Lumba-lumba totol pantropis
TaksonomiSpesies ini pertama kali dideskripsikan oleh John Gray pada tahun 1846. Dalam analisis awalnya, Gray memasukkan lumba-lumba totol atlantik ke dalam spesies ini. Sekarang mereka ditempatkan dalam spesies terpisah. Baik nama genus maupun nama spesies lumba-lumba totol pantropis berasal dari bahasa Latin yang berarti tipis atau menipis. DeskripsiUkuran dan warna lumba-lumba totol pantropis sangat bervariasi di seluruh wilayah jelajahnya. Pembagian yang paling signifikan adalah variasi antara lumba-lumba yang hidup di zona pesisir dan pelagik. Lumba-lumba pesisir lebih besar dan lebih berbintik (kedua variasi bentuk ini telah dibagi menjadi subspesies hanya pada populasi Samudra Pasifik bagian timur). Bintik-bintik merupakan karakteristik utama yang menciri pada hewan dewasa, meskipun individu yang belum dewasa umumnya berwarna seragam dan rentan dirancukan dengan lumba-lumba hidung botol. Populasi di sekitar Teluk Meksiko mungkin relatif tidak bertotol, bahkan saat mereka dewasa. Di Samudra Atlantik, kerancuan mungkin terjadi dengan lumba-lumba totol Atlantik. Lumba-lumba totol pantropis merupakan hewan yang cukup ramping, dengan jubah gelap dan bintik-bintik terang di tubuhnya yang bertambah banyak dan besar seiring bertambahnya usia.[1][2][3] Spesies ini memiliki bagian mulut yang panjang dan tipis serta sirip punggung berbentuk sabit yang merupakan variasi sirip punggung paling tipis di antara lumba-lumba.[2][3] Rahang atas dan bawah berwarna gelap, tetapi dipisahkan oleh "bibir" tipis berwarna putih. Dagu, tenggorokan, dan perut berwarna putih hingga abu-abu pucat dengan bintik-bintik yang terbatas. Sisi-sisi tubuhnya dipisahkan menjadi tiga garis warna yang berbeda. Bagian bawah tubuh berwarna paling terang, diikuti oleh garis tipis abu-abu di tengah sisi, dan punggung berwarna abu-abu gelap. Sirip punggung yang tinggi juga berwarna serupa. Stok ekor yang tebal cocok dengan warna pita tengah. Repertoar vokal lumba-lumba totol pantropis belum didokumentasikan dengan jelas. Tidak ada informasi yang dipublikasikan mengenai sinyal akustik dari populasi mamalia di Samudra Atlantik Selatan.[4] Lumba-lumba totol pantropis sangat aktif dan cenderung melakukan lompatan besar dan heboh dari laut. Lumba-lumba ini memiliki perilaku permukaan bertipe "merusak" dan sering kali melompat ke atas permukaan air selama satu detik atau lebih. Menaiki haluan dan bermain-main dengan perahu adalah hal yang biasa dilakukan mereka. Di Pasifik timur, lumba-lumba ini sering ditemukan berenang bersama tuna sirip kuning sehingga penangkapan tuna sering menyebabkan kematian lumba-lumba. Namun, mereka tidak memakan ikan tersebut. Kedua spesies ini memiliki makanan yang sama yaitu ikan epipelagis kecil. Di daerah lain, spesies ini juga dapat memakan cumi-cumi dan krustasea. Panjang lahir lumba-lumba ini adalah 80–90 cm. Saat dewasa, mereka memiliki panjang sekitar 2,5 m dan berat 110–140 kg. Kematangan seksual dicapai pada usia 10 tahun pada betina dan 12 tahun pada jantan. Umur rata-rata sekitar 40 tahun.[1] Populasi dan distribusiLumba-lumba totol pantropis, sesuai dengan namanya, tersebar luas di sekitar perairan tropis dan subtropis dari 40°LU dan 40°LS, dan merupakan salah satu jenis lumba-lumba yang paling banyak dijumpai di samudra Atlantik dan Hindia.[2][3] Total populasinya di dunia lebih dari tiga juta ekor (mereka menjadi Cetacea kedua terbanyak setelah lumba-lumba hidung botol) dan dua juta ekor di antaranya ditemukan di Pasifik timur. Namun, jumlah ini menurun dari setidaknya 7 juta ekor sejak tahun 1950-an. Lumba-lumba totol pantropis adalah spesies Cetacea yang paling umum diamati di Suaka Margasatwa Agoa yang terletak di Antillen Kecil di Karibia bagian timur. Karena sering ditemukan di dalam suaka margasatwa, mamalia ini dianggap sebagai spesies penghuni; namun, belum ada penelitian yang dilakukan untuk memperkirakan status populasi dan pola perpindahan antarpulau mereka.[2][3] Pusat-pusat kepadatan populasi tertinggi adalah perairan dangkal yang paling hangat (suhu air lebih dari 25 °C). Mereka juga cenderung terkonsentrasi di tempat yang memiliki gradien suhu yang tinggi. Interaksi dengan manusiaLumba-lumba totol pantropis yang memiliki kecenderungan untuk bergaul dengan tuna sirip kuning, terutama di Pasifik timur. Dalam sejarah, perilaku ini membawa bahaya yang sangat nyata bagi mereka. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, para nelayan menangkap ribuan lumba-lumba dan tuna sekaligus dengan menggunakan jaring pukat cincin. Semua lumba-lumba yang tertangkap mati. Dalam kurun waktu sekitar 25 tahun, 75% populasi lumba-lumba di wilayah ini, dan lebih dari setengah populasi lumba-lumba di dunia musnah. Masalah ini telah mendapat perhatian publik yang luas. Banyak supermarket besar yang merasa bahwa secara ekonomi lebih bijaksana untuk menggunakan pemasok tuna yang nelayannya menangkap tuna dengan cara yang lebih diskriminatif, dan dengan demikian mengiklankan produk tuna mereka sebagai produk yang ramah terhadap lumba-lumba. Beberapa produk semacam itu disetujui oleh Whale and Dolphin Conservation Trust.[5] Dampak negatif dari kegiatan penangkapan ikan tetap ada, meskipun praktik-praktik yang "aman bagi lumba-lumba" telah dilakukan. Alih-alih mengurangi jumlah lumba-lumba melalui kematian langsung, kegiatan penangkapan ikan justru mengganggu kinerja reproduksi lumba-lumba totol pantropis timur laut. Penangkapan ikan berdampak negatif pada tingkat kelangsungan hidup anak lumba-lumba dan/atau tingkat kelahiran mereka. Hal ini dapat disebabkan karena operasi penangkapan ikan memisahkan induk dari anaknya yang sedang menyusu, mengganggu pembuahan atau masa gestasi anak lumba-lumba, atau kombinasi keduanya.[6] Ancaman utamaPopulasi lumba-lumba totol pantropis di Pasifik timur dibagi menjadi tiga unit, yaitu populasi pesisir dan dua populasi lepas pantai di timur laut dan barat daya.[7] Hampir lima juta lumba-lumba dibunuh antara tahun 1959 dan 1972 dan tiga juta di antaranya berasal dari unit populasi lepas pantai bagian timur laut.[8] Sejak saat itu, subpopulasi ini menjadi yang paling lambat pulih, jika memang benar-benar mengalami kepulihan.[9] Kematian alami juga terjadi, tetapi sulit untuk diperkirakan.[7] Ancaman utama bagi Stenella attenuata adalah individu-individu yang terbunuh sebagai tangkapan sampingan dalam perikanan.[7] Ancaman lain terhadap spesies ini adalah perikanan jaring insang di Australia, Pasifik Utara (wilayah tengah dan utara), Peru, Ekuador, Jepang, dan Filipina. Jumlah pasti kematian akibat perikanan ini tidak diketahui. Jepang menangkap lumba-lumba totol pantropis untuk konsumsi manusia. Rata-rata hasil tangkapan antara tahun 1995 dan 2004 adalah 129 ekor per tahun.[10] Lumba-lumba totol pantropis adalah spesies yang lebih disukai untuk dikonsumsi di Taiwan. Tindakan konservasiPopulasi lumba-lumba totol pantropis di Pasifik tropis bagian timur dan Asia Tenggara terdaftar dalam Apendiks II[11] dari Konvensi Konservasi Spesies Hewan Liar yang Bermigrasi (CMS). Karena lumba-lumba totol pantropis dapat dibagi menjadi tiga subspesies, studi tentang populasi yang berbeda ini akan diperlukan untuk menilai upaya konservasi.[12] Selain itu, lumba-lumba totol pantropis tercakup dalam Nota Kesepahaman mengenai Konservasi Manatee dan Cetacea Kecil di Afrika Barat dan Makaronesia (Nota Kesepahaman Mamalia Perairan Afrika Barat) dan Nota Kesepahaman untuk Konservasi Cetacea dan Habitatnya di Wilayah Kepulauan Pasifik (Nota Kesepahaman Cetacea Pasifik).[13] Undang-Undang Perlindungan Mamalia Laut Amerika Serikat ditetapkan pada tahun 1972. Sejak saat itu, kapal-kapal penangkap ikan AS telah mengurangi kematian lumba-lumba akibat tangkapan sampingan hingga 95%.[14] Undang-undang ini mencantumkan stok mamalia laut di bagian timur laut dan pesisir sebagai "menipis."[15] Kematian lumba-lumba telah menurun drastis sejak dibentuknya Komisi Tuna Tropis Inter-Amerika (IATTC). Komisi ini menetapkan batas kematian pada armada internasional. Pada tahun 2005, hanya 373 kematian lumba-lumba totol yang teramati.[16] Populasi lumba-lumba dapat tumbuh sebesar 4% per tahun,[17] tetapi populasi lumba-lumba tutul pantropis tidak membaik atau juga memburuk antara tahun 1979 dan 2000.[18] Populasinya belum pulih, meskipun pengelolaan telah diberlakukan selama 30 tahun. Meskipun AS dan badan-badan penangkapan ikan internasional telah mengurangi tangkapan sampingan lumba-lumba secara signifikan, subpopulasi timur laut tidak menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat.[9] Kurangnya pemulihan subpopulasi lumba-lumba totol pantropis dapat disebabkan oleh alasan-alasan berikut: pemisahan anak, anak yatim piatu, tekanan perikanan, kematian yang tidak dilaporkan, dan perubahan ekosistem. Kematian yang teramati dari lumba-lumba ini bisa jadi tidak dilaporkan karena kapal kecil tidak memiliki pengamat, pengamat tidak melihat jaring secara konstan setiap saat, lumba-lumba yang terluka mati setelah pengamatan, dan individu yang mati tidak selalu dilaporkan.[9] Referensi
|