Ia mempertanyakan pendekatan tak berjiwa di sebuah pendidikan yang mengajarkan perawatan medis yang diajarkan oleh dekan Walcott (Bob Gunton) di sekolah kedokteran tersebut; yang dengan penilaian yang instan, kemudian segera menjadi bersikap balik tidak suka ke Patch Adams dan percaya bahwa dokter harus merawat pasien dengan caranya sendiri tanpa perlu menjadi karib dengan mereka.
Karena hal ini dan kejadian-kejadian lainnya seperti memasang sepasang kaki raksasa selama konferensi kebidanan, membuatnya dikeluarkan dari sekolah kedokteran itu, meskipun ia kemudian dikembalikan lagi ketika diketahui bahwa metodenya yang tidak umum itu sering membantu menyembuhkan pasiennya. Adams menyemangati mahasiswa kedokteran untuk bekerja sama secara erat dengan para perawat, mempelajari keterampilan mewawancarai dalam waktu lebih awal, dan berpendapat bahwa kematian harus diperlakukan dengan bermartabat dan kadang-kadang dengan sikap yang jenaka.
Patch memulai pertemanan dengan sesama mahasiswa, yaitu Carin Fisher (Monica Potter) dan mengembangkan idenya untuk klinik medis yang dibangun berdasarkan filosofi merawat pasien menggunakan humor dan empati. Dengan bantuan Arthur Mendelson (Harold Gould), seorang pria kaya yang adalah pasien yang ditemui Patch ketika berada di rumah sakit jiwa, dia membeli 425.000 m² di Virginia Barat untuk membangun Institut Gesundheit di masa depan. Bersama Carin, mahasiswa kedokteran lainnya yang bernama Truman Schiff (Daniel London), dan beberapa teman lama, ia merenovasi sebuah pondok tua menjadi sebuah klinik. Ketika mereka menjalankan klinik, mereka merawat pasien tanpa asuransi kesehatan dengan menampilkan komedi sebagai bagian dari bentuk perawatan untuk mereka.
Persahabatan Patch dengan Carin segera berubah menjadi kisah cinta. Ketika dia mengatakan kepadanya bahwa dia telah dianiaya sebagai seorang anak, Patch menghiburnya dan meyakinkannya bahwa dia dapat mengatasi rasa sakitnya dengan membantu orang lain. Didorong semangat, Carin ingin membantu pasien yang terganggu, Lawrence "Larry" Silver (Douglas Roberts). Namun, Larry membunuh Carin, lalu bunuh diri.
Patch diliputi rasa bersalah oleh kematian Carin dan mulai mempertanyakan kebaikan dalam kemanusiaan. Berdiri di atas tebing, ia merenungkan bunuh diri lagi dan meminta penjelasan dari Tuhan. Namun, dia kemudian melihat kupu-kupu yang mengingatkannya bahwa Carin selalu berharap dia adalah ulat yang bisa berubah menjadi kupu-kupu dan terbang menjauh. Kupu-kupu mendarat di tas medis Patch dan kemejanya sebelum kupu-kupu itu terbang kembali. Patch merasa semangatnya dihidupkan kembali, Patch memutuskan untuk mendedikasikan pekerjaannya untuk semua kenangan, baik dan buruk, yang telah dilaluinya.
Walcott akhirnya mengetahui bahwa Patch telah menjalankan klinik dan praktik kedokteran tanpa lisensi dan berupaya mempermasalahkannya lagi karena hal ini. Walcott juga menuding bahwa Patch telah membuat pasiennya tidak nyaman (yang merupakan tuduhan yang tidak benar). Putus asa untuk membuktikan Walcott salah, Patch mengajukan keluhan kepada Dewan Medis Negara Bagian atas saran dari mantan teman sekamar sekolah kedokterannya, seseorang yang bersikap konservatif, Mitch Roman (Philip Seymour Hoffman). Patch berhasil meyakinkan dewan bahwa ia harus memperlakukan jiwa sebaik memperlakukan tubuh. Dewan memungkinkan dia untuk lulus dan dia menerima tepuk tangan yang sangat meriah dengan berdiri (standing ovation) dari hadirin di ruangan yang penuh sesak.
Pada saat kelulusan, Patch menerima ijazahnya, dan kemudian, sambil membungkuk kepada para profesor dan hadirin, memelorotkan celana dan menunjukkan pantatnya yang telanjang.
Para Pemeran
Robin Williams sebagai Dr. Hunter "Patch" Adams, pada mulanya merupakan pasien kejiwaan, yang berniat untuk mengubah cara dokter berpikir dan memperlakukan pasiennya.
Daniel London sebagai Truman Schiff, sahabat Patch dan merupakan pengikutnya yang paling setia di sekolah kedokteran.
Philip Seymour Hoffman sebagai Mitch Roman, kawan sekamar Patch yang sangat ketat, yang semula banyak bertengkar dengan Patch namun kemudian bergabung dengan niatannya yang menginginkan perubahan.
Bob Gunton sebagai dekan Walcott, dekan yang rigid di sekolah kedokteran, yang sangat tidak suka dengan Patch sejak semuanya berawal.
Monica Potter sebagai Carin Fisher, mahasiswa sekolah kedokteran yang serius, yang kemudian merasa tersentuh dengan pendekatan Patch.
Peter Coyote sebagai Bill Davis, seorang pasien rumah sakit yang sekarat dan bersikap mudah naik pitam, yang kemudian terikat dengan Patch, dan menerima takdirnya dengan penuh martabat.
Film ini memiliki beberapa perbedaan besar dari kisah nyata hidup Adams. Salah satunya adalah bahwa karakter Corinne adalah fiksional, tetapi selaras dengan teman kehidupan nyata Adams (seorang pria) yang dibunuh dalam keadaan yang sama. Perbedaan lainnya adalah Robin Williams yang saat itu berusia 47 tahun menggambarkan Adams sebagai mahasiswa yang terdaftar di sekolah kedokteran yang sangat terlambat dalam hidupnya, usianya yang lebih tua bahkan dibesar-besarkan dalam dialog di filmnya. Kenyataannya, Adams segera memulai sekolah kedokteran dan perkembangan pendidikannya cukup wajar bagi seorang dokter: Dia lulus SMA pada usia 18 tahun, lulus perguruan tinggi pada usia 22 tahun, dan lulus dari sekolah kedokteran pada usia 26 tahun.
Rilis ke Pasaran
Film Laris
Film ini dilepas ke pasaran pada tanggal 25 Desember 1998 di Amerika Serikat dan Kanada dan meraup USD 25,2 juta di 2.712 bioskop pada akhir pekan pembukaannya, bertengger pada peringkat #1 di box office. Setelah akhir pekan pertama, itu adalah film #2 selama empat minggu.[3] Film ini meraup USD 202.292.902 di seluruh dunia — USD 135.026.902 di Amerika Serikat dan Kanada dan USD 67.266.000 di wilayah lain.[4]
Keberterimaan
Tinjauan dari Kritikus
Film ini mendapat tinjauan negatif dari para kritikus. Metacritic melaporkan bahwa film ini memiliki peringkat rata-rata 25%,[5] dan saat ini memiliki skor 22% di Rotten Tomatoes, yang 64 ulasannya rata-rata berpendapat, "Pertunjukan dan penyutradaraan yang terlalu sentimentil membuat aspek drama-komedi sebagai bagian dari film ini menjadi terlalu jelas."[6] Layak untuk dicatat kritikus film Chicago Sun-Times, Roger Ebert, memberi film ini satu setengah dari empat bintang dan menulis, "'Patch Adams' membuat saya ingin menyemprot layar dengan karbol. Film ini tidak tahu malu. Cuma pengobral sentimentalisme. Bagaikan memaksa kita mengeluarkan air mata dengan metode sedot lemak, tanpa kita dibius terlebih dahulu."[7]Robert K. Elder dari Chicago Tribune menyebut Monica Potter sebagai "Hal terbaik yang berbeda dibandingkan yang lain, dalam [film] Patch Adams yang dungu."[8]
Film ini menerima dua jempol tanda tidak suka di serial televisiSiskel & Ebert, dengan kritik khusus terhadap karakter Patch, yang mereka pandang sebagai "sombong", "menjengkelkan" dan "sok suci" serta mencatat bahwa mereka tidak akan pernah percaya pada dokter yang bertindak seperti Adams. Gene Siskel berkata, "Aku lebih suka memalingkan muka dan [tetap menderita] batuk daripada melihat momen [dalam film] Patch Adams lagi."[9] Dia kemudian memilihnya sebagai film terburuk tahun 1998; itu adalah film terakhir yang dia beri predikat sebagai "yang terburuk" sebelum kematiannya pada tahun 1999.
Penghargaan
Musik temaMarc Shaiman dinominasikan di ajang Academy Award dalam kategori Musik Terbaik untuk Aransemen Asli atau Komedi. Film ini juga dinominasikan untuk dua Penghargaan Golden Globe, untuk Film Bergerak Terbaik - Musikal atau Komedi dan Aktor Terbaik - Film Musikal atau Komedi (Robin Williams).
Tanggapan Patch Adams
Patch Adams sebenarnya secara terbuka mengkritik film tersebut, mengatakan bahwa film itu mengorbankan banyak dari pesan pentingnya untuk membuatnya menjadi film laris. Dia juga mengatakan bahwa dari semua aspek kehidupan dan aktivisme, film ini menggambarkannya hanya sebagai dokter yang lucu.[10] Pada Konferensi untuk Urusan Global, ia mengatakan kepada kritikus film Roger Ebert, "Saya benci film itu."[11]
Saat berpidato pada 2010 di Mayo Clinic, Patch Adams berkata, "Film ini berjanji untuk membangun rumah sakit kami. Tidak ada keuntungan dari film yang pernah datang kepada kami, dan karenanya, pada dasarnya 40 tahun dalam pekerjaan ini, kami masih berusaha membangun rumah sakit kami."[12]
Selanjutnya, Adams menyatakan:
"[Robin Williams] menghasilkan USD 21 juta selama empat bulan berpura-pura menjadi saya, dalam versi yang sangat sederhana, dan bahkan ia tidak memberikan USD 10 ke rumah sakit gratis saya." Patch Adams, si tokoh dalam kehidupan nyata, mengatakan, "Seandainya saya punya uang yang dimiliki Robin, saya akan memberikan keseluruhan uang USD 21 juta tersebut ke rumah sakit gratis di negara di mana 80 juta orang tidak bisa mendapatkan perawatan."[13]
Namun, dalam wawancara lain, Adams mengklarifikasi bahwa dia tidak membenci Williams,[10] dan Williams secara aktif mendukung Rumah Sakit Penelitian Anak St. Jude selama beberapa tahun.[14]Setelah kematian Williams pada 2014, Adams berkata:
Berita mengerikan tentang meninggalnya Robin Williams sampai di sini di Amazon, Peru, Senin malam, dengan kesedihan yang luar biasa. Dikelilingi oleh lebih dari 100 teman dan badut dalam perjalanan badut tahunan kami, kami berduka atas kehilangan yang tragis ini dan terus menghargai kejeniusankomedinya.
Robin Williams adalah pria yang luar biasa, baik, dan murah hati. Satu hal penting yang saya ingat tentang kepribadiannya adalah bahwa dia bersikap tanpa keangkuhan — dia tidak pernah bertindak seolah-olah dia kuat atau terkenal. Sebaliknya, ia selalu lembut dan ramah, bersedia membantu orang lain dengan senyum atau lelucon. Robin adalah seorang komedian yang brilian — tidak ada keraguan dalam hal itu. Dia adalah manusia yang penuh kasih dan perhatian. Menontonnya berakting di lokasi syutingfilm berdasarkan hidup saya — "Patch Adams" — saya melihat bahwa setiap kali ada momen yang menegangkan, Robin akan memanfaatkan gaya improvisasinya untuk meringankan suasana para pemain dan kru. Juga, saya ingin tekankan di sini, Robin akan sangat baik terhadap anak-anak saya ketika mereka akan mengunjungi lokasi syuting.
Bertolak belakang dengan berapa banyak orang yang melihatnya, dia tampaknya bagi saya introver. Ketika dia mengundang saya dan keluarga saya ke rumahnya, dia menghargai kedamaian dan ketenangan, kesempatan untuk bernafas — kesempatan untuk menjauh dari ketenaran yang dibawakan oleh bakatnya. Sementara di awal kehidupan, ia beralih ke penggunaan narkoba dan alkohol untuk melarikan diri, ia mengganti kecanduan dengan momen-momen kesendirian untuk membantu mengatasi stres yang disebabkan ketenaran. Dunia ini tidak baik kepada orang-orang yang menjadi terkenal, dan kemasyhuran yang ia kumpulkan adalah mimpi buruk. Sementara kali ini kita berduka, kita berhadapan dengan konsekuensi kematiannya.
Saya sangat berterima kasih atas penampilannya yang luar biasa di awal kehidupan saya, yang memungkinkan Institut Gesundheit untuk melanjutkan dan memperluas pekerjaan kami. Kami menyampaikan berkah kepada keluarga dan teman-temannya di saat-saat berduka ini. Terima kasih untuk semua yang kamu berikan pada dunia ini Robin, terima kasih, kawanku.[15]
Media Rumahan
Patch Adams dirilis dalam bentuk DVD Edisi Kolektor pada 22 Juni 1999.[16] Pada 16 Agustus 2016, film ini dirilis dalam format Blu-ray untuk pertama kalinya.[17]