Air mata adalah kelenjar yang diproduksi oleh proses lakrimasi (bahasa Inggris: lacrimation atau lachrymation; (dari bahasa Latin lacrima, artinya "air mata") untuk membersihkan dan melumasi mata. Kata lakrimasi juga dapat digunakan merujuk pada menangis. Emosi yang kuat juga dapat menyebabkan menangis, walaupun kembanyakan mamalia darat memiliki sistem lakrimasi untuk membiarkan mata mereka basah, manusia adalah mamalia satu-satunya yang memiliki emosi air mata.[1]
Fisiologi
Pada manusia, selaput air mata yang membungkus mata, dikenal sebagai selaput prekorneal (precorneal film), terdiri dari 3 lapisan yang berbeda, dari permukaan paling luar sampai ke dalam:
membungkus lapisan berair (aqueous layer); memberikan halangan tahan air (hydrophobic barrier) yang membungkus air mata dan mencegahnya meluap ke pipi. Kelenjar ini dijumpai di antara lempengan tarsal (tarsal plates) pada pelupuk mata (tarsus). Jadi, cairan mata disimpan di antara bola mata dan lapisan minyak pada pelupuk mata.[2]
sel goblet konjunctival (conjunctival goblet cells)
membungkus kornea; meningkatkan lapisan tahan air; meratakan penyebaran air mata; menutupi kornea.
Selaput air mata yang tipis mempersulit kemampuan memakai contact lens, karena kebutuhan oksigen lebih tinggi dari normal, dan contact lens menghalangi masuknya oksigen ke dalam mata. Akibatnya, mata cepat kering ketika memakai contact lens. Obat tetes mata khusus tersedia untuk pemakai contact lens. Sejumlah contact lens didesain untuk mengizinkan oksigen masuk lebih banyak ke mata.
Jenis
Ada tiga jenis dasar air mata:
Kategori
Keterangan
Air mata basal (basal tears)
Pada mata mamalia yang sehat, kornea selalu dibasahi dan diberi makanan oleh basal tears, yang melumasi dan membantu membersihkannya dari debu. Air mata mengandung air, mucin, lemak, lysozyme, lactoferrin, lipocalin, lacritin, immunoglobulin, glukosa, urea, natrium, dan kalium. Beberapa zat dalam cairan mata (lacrimal fluid) (seperti lysozyme) melawan infeksibakteri sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh (immune system). Lysozyme bekerja dengan melarutkan lapisan pembungkus luar bakteri tertentu, disebut peptidoglycan. Air mata merupakan cairan tubuh biasa dengan kandungan garam yang mirip dengan plasmadarah. Biasanya, dalam waktu 24 jam, disekresi 0,75 sampai 1,1 gram (0,03–0,04 ons avoirdupois) air mata; laju ini menurun dengan pertambahan usia.[2]
Air mata refleks (reflex tears)
Jenis kedua ini dihasilkan dari iritasi mata oleh bahan asing, atau dari kehadiran zat yang mengiritasi misalnya uap bawang, gas air mata, atau spray merica di sekitar mata, termasuk kornea, konjunctiva, atau mukosa hidung (nasal mucosa). Juga muncul dengan cahaya terang atau rasa pedas di lidah dan mulut. Dihubungkan dengan muntah, batuk, dan menguap.[2]Air mata refleks ini berusaha membilas zat pengiritasi yang berkontak dengan mata.
Air mata emosi tangisan (crying, weeping atau psychic tears)
Jenis ketiga yang disebut air mata tangisan merupakan peningkatan lakrimasi karena tekanan emosi yang kuat, kemarahan, penderitaan, kedukaan atau kesakitan tubuh. Biasanya tidak muncul saat otak memberi respons "lawan-atau-lari" (fight-or-flight response) karena sistem syarat simpatetik menghalangi lakrimasi. Keluarnya tidak hanya pada saat emosi negatif, karena banyak orang menangis saat sangat gembira. Pada manusia, "air mata emosi" (emotional tears) dapat diiringi wajah yang memerah dan senggukan (seperti batuk), pernafasan tersengal, kadang melibatkan kekejangan di bagian atas tubuh. Air mata yang keluar karena emosi mempunyai susunan kimia yang berbeda dengan air mata untuk melumasi. Air mata emosi mengandung lebih banyak hormon berbasis protein, yaitu prolactin, hormon adrenokortikotropik, dan leucineenkephalin (penahan sakit alamiah) daripada air mata basal dan refleks. Sistem limbik (limbic system) dilibatkan dalam produksi dorongan emosi dasar, seperti marah, takut, dan sebagainya. Secara spesifik, hipotalamus dari sistem limbik, juga berperanan mengatur sistem otonomik. Cabang parasimpatetik dari sistem saraf otonom mengatur kelenjar air mata lewat neurotransmiter asetilkolin melalui baik reseptor nikotinik dan muskarinik. Saat reseptor ini diaktifkan, kelenjar air mata dirangsang untuk mengeluarkan air mata.[4]