Pariwisata bencana adalah kegiatan mengunjungi tempat-tempat yang pernah mengalami musibah lingkungan alami atau buatan manusia. Walaupun banyak bencana menjadi subjek pariwisata bencana, lokasi bencana yang paling sering dikunjungi adalah lokasi letusan gunung berapi. Pendapat tentang moralitas dan dampak pariwisata bencana cukup beragam. Pendukung pariwisata bencana mengklaim bahwa aktivitas ini membangkitkan kesadaran masyarakat, membantu ekonomi daerah, dan memperkenalkan budaya setempat, sedangkan kritikus pariwisata bencana mengklaim bahwa aktivitas ini eksploitatif, mengambil untung dari kerugian orang lain, dan sering kali keliru dalam menjelaskan bencana.
Realitas maya
Wisata maya Facebook di Puerto Rico
Pada September 2017, Badai Maria meluluhlantakkan Republik Dominika dan Puerto Rico. Badai Maria diperkirakan menewaskan 4.645 orang. Di Puerto Rico, kerugian diperkirakan mencapai $94 miliar dan 60.000 orang kehilangan tempat tinggal.[1][2]
Pada 9 Oktober 2017, CEO Facebook, Mark Zuckerberg, dan kepala realitas maya sosial Facebook, Rachel Franklin, memanfaatkan siaran langsung untuk memperkenalkan aplikasi realitas maya baru bernama Facebook Spaces. Mereka melakukan tur virtual di lokasi bencana di Puerto Rico. Selama 10 menit, Zuckerberg menjelaskan kerja sama Facebook dengan Palang Merah dalam membangun peta penduduk dari citra satelit untuk memfokuskan upaya pemulihan pascabencana.
Publik memberikan respon negatif terhadap tur ini. Zuckerberg dikritik karena menyebut realitas maya wahana "ajaib" yang mampu membawa seseorang ke lokasi bencana. Sebagian besar penonton menganggap avatar Zuckerberg dan Franklin tidak pantas. Keesokan harinya, Zuckerberg meminta maaf dan menjelaskan, "Ketika kamu berada di dalam realitas maya, suasana sekitarmu terasa nyata. Namun, empati tidak bisa dirasakan oleh orang-orang yang melihatmu dalam wujud karakter virtual di layar dua dimensi."[3][4][5][6][7]
Contoh
Letusan Gunung Vesuvius 79 M
Ketika Gunung Vesuvius meletus tahun 79 Masehi, kota Pompeii dan Herculaneum terkubur debu vulkanik. Debu mengawetkan semua yang ada di kota, termasuk jalanan dan pahatan gedung. Meski reruntuhan Pompeii ditemukan tahun 1599, pariwisata baru menggeliat setelah insinyur asal Spanyol, Rocque Joaquin de Alcubierre, melakukan penggalian besar-besaran pada tahun 1748 yang mengungkap berbagai bangunan penting seperti teater Romawi utuh.
Kini, Pompeii menjadi bagian dari Taman Nasional Vesuvius dan merupakan salah sati tempat wisata paling populer di Italia. Tempat ini dikunjungi oleh 2,5 juta wisatawan setiap tahun.[8][9]
Insiden Hindenburg 1937
Pada malam hari tanggal 6 Mei 1937, kapal udara penumpang Jerman, LZ 129 Hindenburg, terbakar saat hendak mendarat di Lakehurst Naval Air Station, New Jersey. Penyebab kebakaran yang menewaskan 37 penumpang ini tidak diketahui. Bencana Hindenburg adalah salah satu berita paling menghebohkan waktu itu.[10]
Kini, sebuah plakat perunggu dan semen menandai tempat bencana ini. Tepat di sebelah timurnya, relawan dari Navy Lakehurst Historical Society memandu para wisatawan mengelilingi Historic Hangar One, tempat perawatan Hindenburg.[8]
Ledakan PLTN Chernobyl 1986
Pada pagi hari tanggal 26 April 1986, reaktor nomor empat PLTN Chernobyl meledak, menghasilkan materi radioaktif layang dan kebakaran yang berlangsung selama sepuluh hari. Ledakan Chernobyl menewaskan puluhan orang dalam seketika dan ribuan orang dalam jangka panjang. 350.000 orang diungsikan dari Chernobyl dan kota Pripyat. Tiga reaktor lain di PLTN Chernobyl terus beroperasi saat itu, lalu pelan-pelan dikurangi sampai PLTN ditutup tahun 2000.
Perusahaan wisata asal Ukraina, SoloEast Travel, saat ini mengoperasikan tur seharian ke zona pengungsian Chernobyl, wilayah seluas seribu mil persegi yang juga mencakup kompleks PLTN. Tempat penting dalam rangkaian wisata ini adalah Hutan Merah, kawasan hutan pinus yang hancur akibat kontaminasi radioaktif; Kopachi, desa tetangga yang diruntuhkan karena tingkat kontaminasi yang tinggi; dan perbatasan 1.000 kaki dari reruntuhan reaktor nomor empat. Paket wisata ini dikritik karena SoloEast Travel mengklaim daerah publik di sekitar PLTN memiliki kandungan radiasi rendah dan cenderung aman, tetapi para ilmuwan tidak sepakat.[8]
Tumpahan minyak Exxon Valdez 1989
Tahun 1989, kapal angkut minyak Exxon Valdez menabrak Bligh Reef di Prince William Sound, Alaska, dan menumpahkan minyak mentah ke perairan teluk. Jumlah minyak yang tumpah diperkirakan lebih dari 30 juta galon. Minyaknya kemudian mencemari lautan seluas lebih dari 11.000 mil persegi dan pesisir sepanjang 1.300 mil. Tumpahan minyak ini menewaskan ratusan berang-berang, anjing laut, dan elang dan ratusan ribu burung laut dalam kurun beberapa hari. Meski bukan tumpahan minyak terbesar di dunia, bencana Exxon Valdez dinilai sebagai bencana terburuk dalam sejarah Amerika Serikat.
Sebagai salah satu pihak pertama yang datang ke lokasi kecelakaan, Stan Stephens Cruises kini mengoperasikan wisata gletser di Prince William Sound yang menyoroti sejarah Exxon Valdez dan dampaknya.[8]
Badai Katrina 2005
Pada akhir Agustus 2005, Badai Katrina meluluhlantakkan kota New Orleans, Amerika Serikat. 80–90% penduduk sudah diungsikan lebih dulu. 23 insiden kebocoran terjadi di sejumlah bendungan kanal navigasi, bendungan kanal drainase, dan dinding laut akibat kenaikan permukaan banjir Katrina. Karena itu, 80% kota New Orleans banjir, lebih dari 200.000 rumah hancur, dan 800.000 penduduk kehilangan tempat tinggal. Waktu itu, bencana ini berdampak besar bagi politik, populasi, dan ekonomi Amerika Serikat.
Sepuluh tahun kemudian, dampak Badai Katrina masih terasa. Meskipun banyak perusahaan menawarkan bus wisata ke daerah-daerah terdampak, sejumlah kritikus berpendapat bahwa pariwisata menghambat upaya pemulihan pascabencana. Mereka menyarankan agar wisatawan bepergian menggunakan sepeda supaya tidak mengganggu penduduk yang sedang membangun kehidupannya kembali. Paket wisata biasanya mengutamakan budaya distrik dan kawasan tertentu dan menempatkan Badai Katrina sebagai peristiwa baru dalam sejarah budaya yang panjang. Banyak agen yang menyumbangkan keuntungan atau sebagian keuntungannya ke badan amal setempat.[8][11]
Eyjafjallajökull, Islandia, mulai meletus pada 20 Maret 2010.[12][13] Sekitar 500 petani dan keluarganya dari Fljótshlíð, Eyjafjöll, dan Landeyjar dievakuasi semalaman, tetapi diperbolehkan pulang setelah Departemen Perlindungan Sipil menerbitkan laporan risikonya Pada 14 April 2010, Eyjafjallajökull meletus untuk kedua kalinya sehingga 800 orang terpaksa diungsikan.[14]
Usai letusan pertama, agen perjalanan menawarkan paket wisata ke gunung ini.[15] Namun, awan debu dari letusan kedua mengganggu lalu lintas udara di Britania Raya dan Eropa utara dan barat. Wisatawan tidak bisa bepergian ke Islandia meskipun ruang udara Islandia tetap buka.[14][16][17]
Letusan Gunung Merapi 2010
Pada November 2010, gunung berapi aktif Merapi meletus untuk pertama kalinya dalam abad ini dan menewaskan 353 orang. Kurang lebih 400.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Kasus Gunung Merapi cenderung unik karena Merapi sudah lebih dulu merupakan tempat wisata sebelum gunung meletus. Pariwisata menjadi tulang punggung ekonomi daerah. Walaupun banyak perusahaan wisata dan agen perjalanan yang mengadakan tur ke wilayah bencana, beberapa di antaranya membuka opsi sumbangan kepada badan amal dan terlibta langsung dalam upaya pemulihan pascabencana. Misalnya, Go Green Campaign mendorong wisatawan membeli pohon kecil atau benih, lalu menanamnya di desa-desa sekitar Merapi.[18]