Orang-orang Iran, seperti bangsa Persia dan Sogdiana telah tinggal di Tiongkok melalui berbagai periode dalam sejarah Tiongkok.
Sejarah
Agama Buddha dibawa ke Tiongkok oleh orang Iran Parthia, yaitu An Shigao dan An Xuan.
Sebuah desa berusia 600 tahun di Yangzhou, Provinsi Jiangsu, Tiongkok, memiliki penduduk keturunan bangsa Iran. Di desa itu, terdapat 27.000 orang (data tahun 2000) dan tempat-tempat dengan nama menyerupai Fars dan Persia.[1]
Orang Persia
Dinasti Tang
Bangsawan Sasaniyah, seperti Peroz III dan putranya, Narsieh, lari dari invasi Islam Arab atas Sasaniyah Persia demi menyelamatkan diri ke Tiongkok pada zaman Dinasti Tang. Di sana mereka memperoleh suaka.
Bajak laut Tiongkok bernama Feng Ruofang menyimpan beberapa budak Persia di Hainan yang ditangkap dalam perompakan kapal pada abad ke-8.[2] Feng menurunkan budak-budak Persia itu di Hainan dalam pelayaran mereka.[3][4][5][2] Orang-orang Persia mencari tanaman kayu keras yang tumbuh di Provinsi Guangdong.[6] Pada tahun 758 bangsa Persia dan Arab melakukan penyerangan ke Kanton dan dua tahun setelah itu, di Yangzhou orang-orang Persia dan Arab diserang oleh pemberontak Tiongkok.[7][8] Di Hainan 100 kati dupa dibakar oleh Feng dalam satu waktu.[9][10]
Periode Lima Dinasti dan Sepuluh Negara
Dalam periode Lima Dinasti dan Sepuluh Negara (Wudai, tahun 907–960), terdapat bukti-bukti kaisar-kaisar Tiongkok menikahi perempuan-perempuan Persia. Chen Yuan menulis, "Dalam masa Wudai (907–960) para kaisar lebih suka menikahi perempuan-perempuan Persia dan keluarga kerajaan Dinasti Song suka menikahi perempuan-perempuan dari Dashi [Arab]."[11]
Bekas Shu
Banyak orang Iran menggunakan nama Tionghoa "Li" sebagai nama belakang ketika mereka pindah ke Tiongkok. Salah satu keluarga terkemuka adalah Li Xian, Li Shunxian, dan Li Xun. Sumber-sumber menyebutkan bahwa yang tertua di antara mereka, Li Xun, menulis buku "Hai Yao Ben Cao" (Hai yao pen ts'ao), terjemahan dari "Farmakope obat-obatan asing".[12] Li Xun tertarik pada obat-obatan asing. Keluarganya menjual obat sebagai sumber penghasilan.[13][14]
Li Shunxian adalah seorang perempuan yang terkenal karena kecantikannya dan menjadi selir Kaisar Tiongkok Bekas Shu, Wang Zongyan. Keluarga Li tinggal di istana keluarga kerajaan di Chengdu (sekarang Sichuan). Li Shunxian juga seorang penyair. Keluarga mereka merupakan pedagang kaya yang datang ke Tiongkok pada tahun 880. Li Xian memiliki usaha dagang alkimia, parfum, dan obat-obatan Tao.[15]
Keluarga Li melarikan dari dari pemberontakan Huang Chao sekitar tahun 878. Kakek Li bersaudara diduga bernama Li Su-sha, seorang pedagang dupa Persia.[16]
Biografi terbaik mengenai ketiga bersaudara itu adalah karya Lo Hsiang-Lin. Dalam buku itu, tertulis bahwa Li bersaudara adalah pengikut Kristen Nestorian. Li Xun dan Li Xian kemudian menjadi pengikut Tao. Li Xun banyak menulis puisi bergaya Song Utara. Saudaranya, Li Xian, bahkan lebih Taois yang terkait dengan penciptaan chiu shih, "hormon seks steroid dari urine".[17]
Pedagang-pedagang Persia mendominasi perdagangan obat-obatan di Tiongkok. Salah satu di antara mereka adalah pedagang Tionghoa naturalisasi asal Persia, Li Susha, yang terkenal karena kekayaan dan pada tahun 824 mempersembahkan chen xiang ting zi, suatu obat aromatik berharga, kepada Kaisar Jingzong.[18]
Han Selatan
Dari abad ke-10 hingga ke-12, telah disebutkan keberadaan kaum perempuan Persia di Guangzhou (Kanton). Pada abad ke-10, misalnya, di antara harem Kaisar Liu Chang ada perempuan Persia dan pada abad ke-12 sejumlah besar perempuan Persia di Tiongkok terkenal karena memakai banyak anting dan "suka bertengkar".[19][20] Tercatat bahwa "Posu-fu di Kuang-chou membuat lubang-lubang di sekeliling telinga mereka. Beberapa memakai lebih dari dua puluh anting."[21] Deskripsi aktivitas seksual antara Liu Chang dan perempuan Persia dalam buku Dinasti Song "Ch'ing-i-lu" tulisan T'ao Ku begitu jelas, tetapi etika kesusilaan menghalangi mengambil kutipan dari buku itu.[22] Liu bebas menghabiskan waktunya bersama dengan perempuan Persia.[23] Beberapa perempuan yang berasal dari Teluk Persia tinggal di kawasan asing Guangzhou, mereka semua dipanggil "perempuan Persia" (波斯 婦 Po-ssu-fu atau Bosifu).[24]
Beberapa sejarawan tidak membedakan antara Persia dan Arab. Beberapa menyatakan bahwa orang-orang Tiongkok menyebut semua perempuan dari Teluk Persia "Perempuan Persia".[25]
Kaisar muda Tiongkok Liu Chang dari Dinasti Han Selatan memiliki harem, termasuk seorang gadis Persia yang ia juluki Mei Zhu, berarti "Mutiara Cantik". Liu menyukai Mei Zhu karena kulitnya yang kecokelatan, digambarkan dalam bahasa Prancis "peau mate" (berkulit zaitun atau cokelat muda). Ia dan gadis Persia itu suka memaksa pasangan-pasangan muda untuk telanjang dan bermain bersama mereka di istana.[26][27] Dalam tahun pertama kekuasaannya, ia berusia tidak lebih dari enam belas tahun ketika ia telah merasakan berhubungan intim dengan gadis Persia itu. Gadis Persia itu disebut "putri".
Wu Tai Shï mengatakan bahwa Liu Ch'ang [劉鋹], Kaisar Dinasti Han Selatan yang berkuasa di Kanton, sekitar tahun 970 M "menghabiskan waktu bersama gadis-gadis istana dan perempuan Persia [波斯] di apartemen, dan menyerahkan pemerintahan negaranya pada para menteri."[28] Sejarah Lima Dinasti (Wu Tai Shih) menyatakan bahwa "Liu Chang kemudian bersama gadis-gadis istana dan perempuan Po-ssu-nya, terlibat dalam hubungan asmara di harem".[29]
Dinasti Song
Guangzhou (Kanton) memiliki satu komunitas termasuk perempuan-perempuan Persia pada abad ke-10 hingga ke-12. Perempuan Persia ada di harem Liu Chang pada abad ke-10 dan pada abad ke-12, perempuan-perempuan Persia (波斯 婦) di sana terlihat mengenakan banyak anting.[30][31][32][33]
Berdasarkan buku Zhu Yu "Pingzhou ke tan" 萍 洲 可 談, para perempuan muslim di Guangzhou dipanggil perempuan Persia 波斯 婦 atau Pusaman 菩薩蠻菩萨蛮 yang mungkin berasal dari "Mussulman" atau "Bussulman" yang berarti Muslim dalam bahasa Persia.[34][35][36][37][38][39][40] Pusaman juga merupakan nama langgam 樂府 tentang penari-penari perempuan yang dikirim sebagai upeti ke Tiongkok.[41][42][43][44]
Dinasti Ming
Berasal dari keluarga Li masa Dinasti Han di Quanzhou, Lin Nu, putra Li Lu, mengunjungi Hormuz di Persia pada tahun 1376. Ia menikahi seorang gadis Persia atau Arab dan membawa gadis itu kembali ke Quanzhou. Li Nu adalah leluhur reformator Dinasti Ming Li Chih.[45][46] Oleh kerabatnya, Lin Nu dan keturunannya dihapus dari silsilah keluarga karena mereka marah Lin Nu memeluk Islam dan menikahi gadis Persia. Pada saat itu, perasaan xenofobik kuat terhadap orang asing mengingat kekejaman Semu Persia dalam Pemberontakan Ispa. Kerabat yang memegang teguh adat istiadat Tionghoa merasa malu, sehingga mereka mengubah nama keluarga mereka dari Lin menjadi Li untuk menghindari bergaul dengan keturunan Lin Nu dari istri Persia-nya yang beragama Islam.[47]
Populasi Han dan Sogdiana ada di Xizhou.[56] Sebuah catatan dari Pemakaman Astana yang berasal dari tahun 639 menunjukkan transaksi penjualan seorang budak gadis Sogdiana. Catatan itu diterjemahkan oleh He Deli, seorang Sogdiana yang tahu bahasa Turki dan Tionghoa.[57][58][59][60][61][62][63][64][65][66][67][68] Gadis budak itu dibayar sebesar 120 koin perak.[69][70] Kontrak penjualan ditulis dalam bahasa Sogdiana.[71] Kontrak itu diterjemahkan oleh Yoshida Yutaka.[72][59] Gadis budak itu bernama Upach, berasal dari keluarga Chuyakk, dan lahir di Asia Tengah. Nama pembeli tertulis Yansyan dalam bahasa Sogdiana dari keluarga Chan. Penjual budak itu berasal dari Samarqand bernama Wakhushuvirt. Kontrak itu menyebutkan bahwa mereka dapat melakukan semua yang mereka inginkan, seperti membiarkannya pergi, menjualnya, melecehkannya, atau memukulinya. Gadis itu milik keluarga Yansyan selamanya.[73] Zhang Yanxiang 張延 相, yang namanya ditemukan dalam dokumen berbahasa Mandarin di Turfan, diyakini adalah Chan Yansyan.[74][75][76][77][78][79][80][81][82][83][84]
Di jalur sutra, gadis budak adalah komoditas utama dan jauh lebih mahal daripada sutra. Nilai seorang gadis budak lima kali lipat nilai sutra. Gadis budak Asia Tengah diekspor dari wilayah Iran ke Tiongkok. Dipercaya bahwa para pedagang kaya dan bangsawan-bangsawan di ibu kota Tiongkok, Chang'an, adalah konsumen bagi sejumlah besar budak perempuan Asia Tengah yang dibawa oleh orang-orang Sogdiana. Orang-orang Sogdiana memperoleh untung besar dari penjualan gadis budak dan keuntungan juga diperoleh pemerintah Tiongkok dari pajak penjualan budak. Penyair Persia sering menulis tentang minuman anggur dan para budak perempuan. Toko-toko minuman anggur dilengkapi dengan pelayan gadis-gadis muda. Selain menyajikan minuman, para gadis muda itu menari, menyanyi, dan memberikan layanan seks untuk tamu. Sebagian besar dari mereka berusia 14 atau 15 tahun. Seorang pedagang Sogdiana, Kang Weiyi, memiliki 15 gadis budak, termasuk gadis India, Asia Tengah, dan Baktria yang ia bawa untuk dijual di Chang'an.[85][86][87][88][89][90][91][92][93][94][95][96][97]
^Schafer, Edward Hetzel (1967). The Vermilion Bird. University of California Press. hlm. 180.
^Fu ren da xue (Beijing, China), S.V.D. Research Institute, Society of the Divine Word, Monumenta Serica Institute (1984). Monumenta Serica, Volumes 35-36. H. Vetch. hlm. 289.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland. Malaysian Branch, Singapore, Project Muse (1961). Monographs on Malay Subjects, Volume 32, Part 2. hlm. 32.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Yarshater (1993). William Bayne Fisher; Yarshater, Ilya Gershevitch, ed. The Cambridge History of Iran, Volume 3 (edisi ke-reprint). Cambridge University Press. hlm. 553. ISBN978-0-521-20092-9. Diakses tanggal January 4, 2012. Probably by the 7th century Persians had joined with Arabs to create the foreign emporium on the Grand Canal at Yangchou mentioned by the New T'ang History. The same source records a disturbance there in 760 in which a thousand of the merchants were killed.. . .Some Persian families residing at the Chinese capital had adopted the surname Li. Their riches were proverbial, so that the idea of a "poor Persian" could be listed as a paradox.. .As late as the 10th century Li Hsien, the descendant of a Persian family which had settled in China under the Sui, composed a "Pharmacopoeia of foreign drugs" (Hai yao pen ts'ao) and was known as a Taoist adept with special skill in arsenical medicines.
^Carla Suzan Nappi (2009). The monkey and the inkpot: natural history and its transformations in early modern China (edisi ke-illustrated). Harvard University Press. hlm. 30. ISBN978-0-674-03529-4. Diakses tanggal January 4, 2012. The Haiyao bencao [Bencao of overseas drugs], compiled by Li Xun (fl. 923), survives only in reconstructions from later texts in which it was cited. Li Xun's compendium was apparently devoted entirely to drugs imported from India and Persia, a focus that is reflected in the few surviving drug descriptions from the texts. Li Xun's Persian ancestry and the fact that his family ran a business selling aromatic drugs probably stirred his interest in foreign materia medica. The text itself is notable not simply for its treatments of the medicinal uses of exotica.
^Carla Suzan Nappi (2009). The monkey and the inkpot: natural history and its transformations in early modern China (edisi ke-illustrated). Harvard University Press. hlm. 114. ISBN978-0-674-03529-4. Diakses tanggal January 4, 2012. One of the sources of such names, widely cited in the discussion of animals because many of the shellfish in the Bencao hailed from the "South Seas" and other foreign contexts, was Li Xun, the Chinese-born Persian discussed earlier whose family made a living by selling fragrant herbs. His Haiyao bencao recorded many drugs of foreign origin. These objects were of particular import to Li Shizhen, as drugs from remote regions were considered especially valuable in the Ming medical marketplace.
^Joseph Needham (1986). Joseph Needham, ed. Science and civilisation in China: Biology and biological technology. Botany. Volume 6, Part 1 of Science and Civilisation in China. Cambridge University Press. hlm. 276. ISBN978-0-521-08731-5. Diakses tanggal January 4, 2012. In the Former Shu State, in the capital of Chhengtu, between the years +919 and +925, one could have met at the court of the reigning house of Wang a remarkable girl named Li Shun-Hsien3, ornamenting the age by her poetic talent no less than her beauty. Together with her two brothers, the younger Li Hsien4 and the elder Li Hsiin5, she came of a family of Persian origin which had settled in West China about + 88o,b acquiring wealth and renown as ship-owners and merchants in the spice trade. c Li Hsien was a student of perfumes and their distilled attars as well as a merchant,d but he also worked on Taoist alchemy and investigated the actions of inorganic medicaments. e The one who took up the brush was Li Hsiin, for about +923 he produced his Hai Tao Pen Tshao6 (Materia Medico of the Countries beyond the Seas )/ study of 12 1 plants and animals and their products, nearly all foreign, with at least 15 completely new introductions.8 His work as a naturalist was highly regarded by subsequent scholars, and often quoted in the later pandects.11 Li Hsiin was interested in all 'overseas' drugs, whether of the Arabic and Persian culture-areas or of East Indian and Malayo-Indonesian origin.
^Joseph Needham (1986). Joseph Needham, ed. Science and civilisation in China: Biology and biological technology. Botany. Volume 6, Part 1 of Science and Civilisation in China. Cambridge University Press. hlm. 276. ISBN978-0-521-08731-5. Diakses tanggal January 4, 2012. The family was fleeing from the rebellion of Huang Chhao in +878, cf. Vol. i, p. 216. Their grandfather may well have been the Persian incense merchant Li Su-Sha', whose dates would be between +820 and +840.
^Joseph Needham (1986). Joseph Needham, ed. Science and civilisation in China: Biology and biological technology. Botany. Volume 6, Part 1 of Science and Civilisation in China. Cambridge University Press. hlm. 276. ISBN978-0-521-08731-5. Diakses tanggal January 4, 2012. The best biography of Li Hsiin and his brother and sister is that by Lo Hsiang- Lin (4, 5). From some of the entries in his book, one can see that Li Hsiin, although by origin a Nestorian Christian, acquired a very Taoist belief in medicines which would promote longevity and material immortality. He wrote much poetry in the Northern Sung style. His brother, Li Hsien, was even more Taoist, and had much regard as an adept, engaging in the preparation of chhiu shih (秋石) (steroid sex hormones from urine, cf. Vol. 5, pt 5, pp. 311 ff.).
^Fuwei Shen; Jingshu Wu (1996). Cultural flow between China and outside world throughout history (edisi ke-illustrated). Foreign Languages Press. hlm. 120. ISBN978-7-119-00431-0. Diakses tanggal January 4, 2012. The drug and herb traders consisted mainly of Persian merchants. One of them was a naturalized Chinese merchant of Persian origin called Li Susha, who was known for his wealth and his offering of the valuable aromatic drug chen xiang ting zi to Emperor Jingzong of the Tang Dynasty in 824. Later, in the turbulent era of the Five Dynasties, more people became known for their dealings in drugs or
^Tōyō Bunko (Japan). Kenkyūbu (1928). Memoirs of the Research Department of the Toyo Bunko (the Oriental Library), Issue 2. The Toyo Bunko. hlm. 52. Diakses tanggal January 4, 2012. 17) Concerning the Po-sm-fu $L $f M, ie. the Persian women, Chttang Ch'o 3£$# towards the beginning of the South Sung, in his Chi-lei-pien WM, says: "The Po- ssu-fu at Kuang-chou make holes all round their ears. There are some who wear more than twenty ear-rings." M jW Hfc Sf £w. ... The ear-rings were much in fashion among the Persians in the reign of Sasan ( Spiegee, Erani^e/ie Alterthumskunde, Bd. Ill, s. 659), and after the conquest of the Saracens, the Moslem ladies had a still stronger passion for them (Hughes, Dictionary of Islam, p. 102). Original from the University of Michigan.
^Tōyō Bunko (Japan) Kenkyūbu (1928). Memoirs of the Research Department of the Toyo Bunko (the Oriental Library), Issue 2. The Toyo Bunko. hlm. 55. Diakses tanggal January 4, 2012. and did not came out to see governmental business." [IF1] §§71#il5i$S£$l?;£c 3£ (2L« jfe3B,«/S+ a, SiaitB:*). In the Ch'ing-i-lu m »»(ed. of ttl&fFSSO attributed to T'AO Ku ft ft towards the beginning of the North Sung era, we have a minute description of Liu Chang's licentious conduct with the Po-ssu woman, but decency would forbid as to give quotations from the book. Original from the University of Michigan.
^Herbert Franke, ed. (1976). Sung biographies, Volume 2. Steiner. hlm. 620. ISBN978-3-515-02412-9. Diakses tanggal January 4, 2012. During his reign the number of castrati at the palace increased to about 5 000. Great power was also given to a palace beauty named Liu Ch'iung- hsien JäP) 3^ iA*, and especially to a female shaman Fan Hu-tzu ^ fcfi 3~, who claimed to. . .But Liu was free to spend his days with the Persian girls in his harem, and to oversee the decoration of his splendid new palaces with costly substances. It is said that he used 3 000 taels of silver in making a single column of the ceremonial hall named Wan-cheng tien
^Memoirs of the Research Department of the Toyo Bunko (the Oriental Library), Issue 2. Japan: The Toyo Bunko. 1928. hlm. 34. Diakses tanggal January 4, 2012. 63 At the foreign quarter, there lived of course many foreign women, and they were called by the Chinese Po-ssu-fu 波斯婦 (lit. Persian women),1'3 perhaps because most of them came from near the Persian Gulf.18) During the Five Dynasties 五代 (907-959), Liu Chang 劉鋹, king of the Nan-han 南漢, had in his harem a young Persian woman, whom he doted upon so much Original from the University of Michigan
^History of Science Society, Académie internationale d'histoire des sciences (1939). Isis, Volume 30. Publication and Editorial Office, Dept. of History and Sociology of Science, University of Pennsylvania. hlm. 120. Diakses tanggal February 9, 2011.
^Roger Darrobers (1998). Opéra de Pékin: théâtre et société à la fin de l'empire sino-mandchou. Bleu de Chine. hlm. 31. ISBN978-2-910884-19-2. Diakses tanggal January 4, 2012. L'expression trouvait son origine sous le règne de Liu Chang (958-971), ultime souverain des Han du sud (917-971), un des États apparus dans la Chine du nord après la chute des Tang, avant que les Song ne réalisent pour leur propre... Liu Chang se rallia au nouveau pouvoir qui lui conféra le titre de Marquis de la Bienveillante Amnistie 17. Son règne a laissé le souvenir de ses nombreuses dépravations. S'en remettant aux eunuques pour gouverner, il prenait plaisir à assister aux ébats de jeunes personnes entièrement dévêtues. Il avait pour favorite une Persane de seize ans, à la peau mate et aux formes opulentes, d'une extrême sensualité qu'il avait lui-même surnommée « Meizhu » (« Jolie Truie »). Il déambulait en sa compagnie parmi les couples s'ébattant dans les jardins du palais, spectacle baptisé « corps en duo », on rapporte qu'il aimait voir la Persanne livrée à d'autres partenaires 18. Original from the University of Michigan
^Xiu Ouyang; Richard L. Davis (2004). Historical records of the five dynasties (edisi ke-illustrated, annotated). Columbia University Press. hlm. 544. ISBN978-0-231-12826-1. Diakses tanggal January 4, 2012. Liu Chang, originally named Jixing, had been invested Prince of Wei. . .Because court affairs were monopolized by Gong Chengshu and cohort, Liu Chang in the inner palace could play his debauched games with female attendants, including a Persian. He never again emerged to inquire of state affairs
^Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland. North China Branch, Shanghai (1890). Journal of the North China Branch of the Royal Asiatic Society, Volume 24. Contributor China Branch of the Royal Asiatic Society. Kelly & Walsh. hlm. 299. Diakses tanggal 04-01-2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |access-date= (bantuan)
^Tōyō Bunko (Japan). Kenkyūbu (1928). Memoirs of the Research Department of the Toyo Bunko (the Oriental Library), Issue 2. The Toyo Bunko. hlm. 54. Diakses tanggal January 4, 2012. 22) In the Wu-tai-shih-cM 2.^ jfc,12, we read, "Liu Chang then with his court- ladies and Po-ssu woman, indulged in amorous affiurs in the harem The names of Po-li i£ >f Il ( = P'o-li JSiflJ) and Original from the University of Michigan
^Association for Asian studies (Ann Arbor;Michigan) (1976), A-L, Volumes 1-2, Columbia University Press, hlm. 817, ISBN978-0-231-03801-0, diakses tanggal 2010-06-29
^Kühner, Hans. “‘The Barbarians' Writing Is like Worms, and Their Speech Is like the Screeching of Owls’ - Exclusion and Acculturation in the Early Ming Period.” Zeitschrift Der Deutschen Morgenländischen Gesellschaft, vol. 151, no. 2, 2001, pp. 407–429. JSTOR, JSTOR, www.jstor.org/stable/43380301.
^荣, 新江 (14-09-2014). "荣新江:丝绸之路上的粟特商人与贸易网络". 爱思想 (dalam bahasa Mandarin).Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^De La Vaissière, Étienne (2005). Sogdian Traders: A History(PDF). Étienne De La Handbook of Oriental Studies Handbuch der Orientalistik. 10. Brill. hlm. 132, 169, 170, 173, 355. ISBN90 04 14252 5. ISSN0169-8524. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2018-08-07. Diakses tanggal 2019-11-12.
^——, “New Works on the Sogdians, the Most Important Traders on the Silk Road, A.D. 500–1000” with an Appendix by Y. Yoshida “Translation of the Contract for the Purchase of a Slave-Girl found at Turfan and Dated 639”, T’oung Pao, LXXXIX, 2003, pp. 149–161.
^Hansen, Valerie (2005). É. de la Vaissière, É. Trombert (eds.), ed. "The Impact of the Silk Road Trade on a Local Community: The Turfan Oasis, 500–800"". Les Sogdiens en Chine, (Études thématiques, 14) (dalam bahasa Inggris). Paris: EFEO.Pemeliharaan CS1: Menggunakan parameter penyunting (link)
^孟, 宪实 (Mei 2009). "论唐朝的佛教管理". 北京大学学报(哲学社会科学版) Journal of Peking University(Philosophy and Social Sciences) (dalam bahasa Mandarin). 46 (3).Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"敦煌出度文书所见唐代度牒的申领与发放". china2551.org. (北京师范大学) 度牒是僧尼取…. Agustus 2013 [5年前 (17-08-2013)]. 西部佛学网-佛学|佛学研究|佛学动态|佛教历史|佛学理论|佛教学者|佛教 ... Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-21.
^摘, 要. "虞世南書學之研究" [The Study on the Calligraphy of Yu Shi-Nan] (PDF). National Taichung University of Education Institutional Repository. hlm. 76. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2021-11-09.
^"唐代国家对僧尼的管理——以僧尼籍帐与人口控制为中心". 原创论文 (dalam bahasa Mandarin). 19-05-2014.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Skaff, Jonathan Karam (2003). "The Sogdian Trade Diaspora in East Turkestan during the Seventh and Eighth Centuries". Journal of the Economic and Social History of the Orient (dalam bahasa Inggris). 46 (4): 523. JSTOR3632829.
^Wu Zhen ~ 吳震 "Tangdai Sichou zhilu yu hu nubi maimai" 唐代絲綢之路與胡奴婢買賣吐魯番. (The Silk Road of the Tang dynasty and the sale and purchase of non-Chinese slaves). In 1994 nian Dunhuangxue guoji yantaohui wenji 1994 年敦煌學國際研討會文集 ed. Dunhuang yanjiuyuan 敦煌研究院 (Lanzhou: Gansu minzu chubanshe, 2000) pp. 128-154.
^郭, 雪妮 (2012) [2012(北京师范大学文学院北京100875)]. "酒肆论文摘要,唐代"胡姬"诗与现代日本的西域想象". 长安学刊 (3). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-22. Diakses tanggal 2019-11-12.
Hansen, Valerie (1999). "The Silk Road Project Reuniting Turfan's Scattered Treasures". Revue Bibliographique de Sinologie. Nouvelle série (dalam bahasa Inggris). 17: 63–73. JSTOR24581348.
Hansen, Valerie (2003). "New Work on the Sogdians, the Most Important Traders on the Silk Road, A.D. 500-1000". T'oung Pao. 89 (1/3). JSTOR4528925.
Hansen, Valerie (2005). "The Tribute Trade with Khotan in Light of Materials Found at the Dunhuang Library Cave". Bulletin of the Asia Institute. New Series, Vol. 19, Iranian and Zoroastrian Studies in Honor of Prods Oktor Skjærvø. 19: 39. JSTOR24049203.
Skaff, Jonathan Karam (2003). "The Sogdian Trade Diaspora in East Turkestan during the Seventh and Eighth Centuries". Journal of the Economic and Social History of the Orient (dalam bahasa Inggris). 46 (4): 507. JSTOR3632829.Parameter |reef= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)