Omnivor, pemakan segala, atau sarwaboga[1] (dari bahasa Latin: omne = semua/semuanya; vorare = melahap) adalah spesies yang memakan tumbuhan dan hewan sebagai sumber makanan pokoknya. Babi adalah contoh omnivor yang dikenal secara luas.[2]Burung gagak adalah contoh lain dari omnivor yang dilihat orang setiap hari.[3]Manusia juga merupakan makhluk omnivor.[4][5]
Peristilahan
Omnivor merupakan salah satu istilah yang digunakan dalam pembahasan tentang rantai makanan.[6] Istilah ini biasa digunakan bersamaan dengan istilah karnivor, herbivor, detritivor dan dekomposer.[7] Omnivor merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem dengan peran utama sebagai konsumen.[8] Dalam rantai makanan, omnivor berperan sebagai konsumen tingkat kedua dan ketiga.[9]
Ciri khas
Omnivor dapat memakan segala jenis makanan.[10] Jenis makanan utamanya adalah hewan dan tumbuhan.[11] Omnivor dapat memakan protein nabati dan protein hewani.[12] Hewan omnivor dapat dibedakan berdasarkan tingkat pertumbuhannya dibandingkan dengan hewan karnivor. Pada spesies hewan yang sejenis, pertumbuhan hewan omnivor lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan hewan karnivor.[13]
Pembeda lain antara omnivor, herbivor, dan karnivor ada pada giginya. Omnivor memiliki tiga jenis gigi, yaitu gigi taring, gigi seri, dan gigi geraham belakang. Sedangkan karnivor memiliki gigi taring saja dan herbivor hanya memiliki gigi geraham.[14]
Jenis
Ikan
Ikan yang termasuk omnivor cenderung mempunyai struktur usus dengan vili yang pendek dibandingkan dengan ikan karnivor. Saluran pencernaan pada ikan omnivor lebih panjang sehingga memerlukan waktu pencernaan yang lebih lama.[15] Panjang usus pada ikan omnivor adalah sedikit melebihi panjang tubuh ikan secara keseluruhan.[16]
Ikan omnivor memiliki kemampuan penyerapan sumber energi yang bukan protein.[17] Perbandingan protein hewani dan protein nabati yang terkandung di dalam ikan menunjukkan kecenderungan ikan omnivor sebagai karnivor atau herbivor. Ikan dengan perbandingan protein hewani dan protein nabati sebesar 65:35 cenderung karnivor. Sementara ikan dengan perbandingan protein hewani dan protein nabati sebesar 40:60 cenderung herbivor. Jenis ikan omnivor yang cenderung karnivor misalnya ikan lele.[18] Sedangkan jenis ikan omnivor yang cenderung herbivor misalnya ikan nila.[19] Ada pula ikan omnivor yang cenderung karnivor dengan sifat insektivor. Misalnya, ikan keting, tagih, dan petek.[20]
Tupai
Tupai adalah nama umum untuk famili Tupaiidae. Famili ini ditetapkan pada semua jenis tikus pohon. Tupai termasuk omnivor karena memakan serangga dan buah.[21]
Kebutuhan nutrisi
Karbohidrat
Omnivor memiliki kebutuhan akan karbohidrat yang kadarnya bervariasi. Kebutuhan karbohidrat pada omnivor berkisar antara 25–35%.[22]
Kontaminasi
Mikroplastik
Biota omnivor di perairan dapat mengalami kontaminasimikroplastik karena perilaku makan maupun dari rantai makanan. Mikroplastik dimakan secara tidak langsung melalui mangsa berupa makroinvertebrata air yang telah terkontaminasi mikroplastik terlebih dahulu. Makroinvertebrata air ini dicerna oleh sistem pencernaan biota perairan yang omnivor.[23]
Spesies menguntungkan
Mencit
Mencit adalah spesies omnivor alami. Tubuhnya berukuran kecil, sehat, kuat dan mampu beranak banyak. Sifat utama dari mencit adalah jinak dan dapat diperoleh dengan harga yang murah. Mencit digunakan sebagai hewan laboratorium dan merupakan yang paling banyak penggunaannya. Dalam penelitianbiologi, mencit dapat digunakan untuk total uji coba sebanyak 40–80%.[24]
Spesies merugikan
Semut
Semut adalah omnivor yang dapat menularkan penyakit. Penularan penyakit dari semut dapat terjadi ke manusia maupun hewan lainnya. Kehadiran semut di rumah sakit berbahaya bagi kesehatan manusia di dalamnya. Karena semut dapat memakan segala macam makanan termasuk dahak. Di dalam dahak ini terdapat berbagai macam jenis kuman yang menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit.[25]
^Adapted from a talk by John McArdle, Ph.D. "Humans are Omnivores". Vegetarian Resource Group. Diakses tanggal 2007-12-29.
^"Omnivores". NatureWorks, New Hampshire Public Television. Diakses tanggal 2009-09-09.
^Purnamasari, R., dan Santi, D. R. (2017). Pribadi, Eko Teguh, ed. Fisiologi Hewan. Surabaya: Program Studi Arsitektur UIN Sunan Ampel. hlm. 29. ISBN978-602-50337-2-8.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Hanum, Galuh Ratmana (2017). Sartika, S. B., dan Multazam, M. T., ed. Biokimia Dasar. Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. hlm. 11. ISBN978-979-3401-62-1.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: editors list (link)
^Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Kementerian Lingkungan Hidup (2011). Teologi Lingkungan: Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam(PDF). Deputi Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah. hlm. 14. ISBN978-979-16395-3-8.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Sudradjat dan Riyanti, L. (2019). Nutrisi dan Pakan Ternak(PDF). Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian. hlm. 33. ISBN978-602- 6367-43-3.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Yustina dan Darmadi (2017). Fisiologi Hewan(PDF). Pekanbaru: Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. hlm. 211–212. ISBN978-602-50749-6-7.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Pangentasari, D., dkk. (2018). "Komposisi dan Nilai Kecernaan Nutrien Tepung Daun Tarum (Indigofera zollingeriana) yang Difermentasi dengan Cairan Rumen Domba pada Benih Ikan Jelawat Leptobarbus hoevenii (Bleeker, 1851)". Jurnal Iktiologi Indonesia. Masyarakat Iktiologi Indonesia. 18 (2): 171. doi:10.32491/jii.v18i2.314. ISSN1693-0339.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Manik, R. R. D. S., dan Arleston, J. (2021). Sitanggang, Anita, ed. Nutrisi dan Pakan Ikan(PDF). Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung. hlm. 61. ISBN978-623-6092-49-1.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Sandra, S. P., dan Radityaningrum, A. D. (2021). "Kajian Kelimpahan Mikroplastik di Biota Perairan". Jurnal Ilmu Lingkungan. Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro. 19 (3): 641. ISSN1829-8907.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Rejeki, P. S., Putri, E. A. C., dan Prasetya, R. E. (2018). Pratiwi, Niniek Lely, ed. Imunisasi Dasar Lengkap dan Permasalahannya(PDF). Surabaya: Airlangga University Press. hlm. 7.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Sigit, S. H., dkk. (2006). Sigit, S. H., dan Hadi, U. K., ed. Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi dan Pengendalian(PDF). Bogor: Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. hlm. 100. ISBN979-25-6940-5.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)