Mayor JenderalTNI (Purn.) H.Raden Nana Nuriana (17 April 1938 – 11 Juli 2024) adalah seorang perwira militer Indonesia yang juga menjabat sebagai gubernur Jawa Barat selama dua periode antara tahun 1993 dan 2003. Masa jabatannya sebagai gubernur menyebabkan pemisahan Banten sebagai provinsinya sendiri.
Kehidupan awal dan karir militer
Nuriana lahir di Sumedang pada tanggal 17 April 1938. Ia lulus dari Akademi Militer pada tahun 1962, dan jabatan pertamanya di angkatan bersenjata adalah sebagai komandan distrik militer (rayon). Setelah lulus SMA, ia belajar geologi di Institut Teknologi Bandung, namun ia tidak menyelesaikan studinya di sana. Sebaliknya, ia mendaftar di Akademi Militer, dan lulus pada tahun 1962.[1] Keluar dari akademi, ia menjadi letnan dua di Tentara Nasional Indonesia, dan ditempatkan di sebuah batalyon di Cimahi sebagai komandan distrik militer (rayon).[1][2] Setelah naik pangkat secara bertahap di militer, Nuriana menjadi Panglima Kodam III/Siliwangi yang berbasis di Jawa Barat pada tahun 1991. Sebelumnya, ia pernah menjadi Kepala Staf Kodam VII/Wirabuana, bermarkas di Ujung Pandang.[3]
Sebagai gubernur
Pada tanggal 22 Mei 1993, Nuriana dilantik sebagai gubernur Jawa Barat setelah dipilih oleh dewan provinsi dengan 68 dari 99 suara. Saat itu, ia berpangkat mayor jenderal.[4] Ia menggantikan mantan atasannya di Siliwangi, Yogie Suardi Memet.[5] Pada masa jabatan ini, ia diangkat menjadi kepala badan pengendalian pembangunan Jonggol, yang kemudian direncanakan sebagai ibu kota Indonesia yang baru. Menurut Nuriana pada tahun 1996, luas kota baru akan mencapai 15 ribu hektar dan 15 ribu hektar lagi disisihkan untuk cagar alam dan pertanian.[6] Jonggol juga dijadwalkan menjadi tuan rumah pemerintahan provinsi Jawa Barat.[5] Namun, rencana tersebut dibatalkan karena krisis keuangan Asia yang melanda Indonesia pada tahun 1997.[6]
Ketika ia mencalonkan diri kembali pada tahun 1998, gerakan Reformasi sedang berjalan lancar, dan pencalonannya ditentang oleh enam belas calon gubernur (termasuk Nuriana) yang mencalonkan diri.[7][8] Meski begitu, Nuriana tetap berhasil memenangkan pemilu kembali dengan 70 dari 96 suara.[7] Ia dilantik untuk masa jabatan keduanya pada 8 Agustus 1998.[9]
Pada masa jabatan keduanya, Nuriana menghadapi gerakan separatis dari Banten, dimana politisi dan tokoh lokal Banten ingin membentuk provinsi tersendiri. Nuriana menentang gerakan ini karena khawatir pemisahan Banten akan mengurangi pendapatan daerah Jawa Barat. Ia juga menentang kelompok separatis, dengan mengklaim bahwa pemerintah Jawa Barat telah melakukan investasi besar di daerah-daerah berkembang di Banten seperti kota Serang dan Tangerang selain daerah pedesaan. Namun, Nuriana sedang lemah secara politik pada saat itu, dengan beberapa penyelidikan korupsi yang dilakukan terhadapnya. Banten akhirnya memisahkan diri sebagai provinsi tersendiri pada tahun 2000.[10]
Karier selanjutnya
Setelah masa jabatannya sebagai gubernur berakhir, ia diperiksa atas tuduhan korupsi oleh Kejaksaan Tinggi pada tahun 2001,[11] dan kemudian oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada tahun 2006[12] dan 2009.[13]
Beliau meninggal dunia pada 11 Juli 2024 di Bandung.[5]