My Fair Lady adalah sebuah film drama musikal Amerika, produksi tahun 1964, hasil adaptasi sandiwara musikal gubahan Lerner dan Loewe dengan judul yang sama. Sandiwara musikal itu sendiri didasarkan atas naskah sandiwara karangan George Bernard Shaw dari tahun 1913 yang berjudul Pygmalion. Film dengan skenario yang ditulis Alan Jay Lerner dan disutradarai George Cukor ini bercerita tentang gadis miskin penjaja bunga bernama Eliza Doolittle yang kebetulan mendengar Henry Higgins, seorang profesor fonetik yang congkak, dengan entengnya sesumbar berani bertaruh kalau ia sanggup mendidik si gadis penjaja bunga dari kalangan buruh itu sampai fasih berbudi bahasa Inggris "dengan baik dan benar", sehingga tidak canggung bertatap muka dengan orang-orang kalangan atas kota London era Edward .
Profesor Henry Higgins, seorang ahli fonetik di kota London, yakin bahwa logat dan intonasi suara merupakan penentu masa depan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat (lagu "Why Can't the English?"). Suatu malam di Covent Garden, ia berjumpa dengan Kolonel Hugh Pickering, seorang ahli fonetik yang datang jauh-jauh dari India dengan maksud bertemu dengannya. Profesor Higgins sesumbar bahwa ia sanggup mendidik siapa saja sampai mampu berbudi bahasa dengan sangat baik sehingga layak diperkenalkan sebagai seorang adipati atau adipati putri dalam pesta dansa di wisma kedutaan asing, sekalipun yang harus ia didik adalah orang semacam Eliza Doolittle, gadis berlogat medok kalangan buruh yang sedang merengek-rengek meminta mereka membeli buket bunga jualannya. Eliza bercita-cita menjadi karyawati toko bunga, tetapi terkendala logatnya yang medok sekali (lagu "Wouldn't It Be Loverly"). Keesokan paginya, Eliza mendatangi rumah Profesor Higgins, minta diberi les budi bahasa. Rasa penasaran Kolonel Pickering terpancing, ia pun menyatakan kesediaannya untuk menanggung seluruh ongkos pendidikan Eliza andaikata Profesor Higgins berhasil mendidik gadis itu. Profesor Higgins setuju, kemudian menggerutu panjang lebar tentang kaum perempuan yang selalu saja merusak kesenangan hidup laki-laki (lagu "I'm an Ordinary Man").
Kabar kepindahan Eliza ke tempat tinggal Profesor Higgins akhirnya sampai ke telinga ayahnya, Alfred P. Doolittle, seorang tukang sampah (lagu "With a Little Bit of Luck"). Alfred mendatangi rumah Profesor Higgins tiga hari kemudian, berlagak hendak menjaga nama baik putrinya, tetapi sesungguhnya mengharapkan persenan dari Profesor Higgin, dan akhirnya dapat dibungkam dengan uang sejumlah 5 Poundsterling. Kejujuran, bakat alam berbudi bahasa, dan terutama kerendahan akhlak Alfred yang tidak ia tutup-tutupi membuat Profesor Higgins terkesan. Alfred diberinya rekomendasi untuk bekerja pada seorang hartawan Amerika yang gemar mengkaji akhlak manusia.
Eliza menjalani didikan keras dan menanggung segala perlakuan kasar dengan tabah (lagu "Just You Wait"), tetapi tidak banyak mengalami kemajuan. Tepat pada saat ia, Profesor Higgins, dan kolonel Pickering nyaris menyerah, Eliza akhirnya berhasil menguasai materi pelajaran (lagu "The Rain in Spain"), dan mulai pandai bertutur kata secara baik dan benar dengan logat khas kalangan atas (lagu "I Could Have Danced All Night").
Sebagai uji coba, Profesor Higgins membawa Eliza menghadiri acara nonton pacuan kuda di Ascot (lagu "Ascot Gavotte"). Mula-mula Eliza tampil memukau tanpa cela, tetapi kemudian mengejutkan semua orang ketika keceplosan meneriakkan kata-kata dengan logat khas kalangan buruh saat kegirangan melihat kuda yang dijagokannya melaju kencang. Profesor Higgins sampai cengar-cengir dibuatnya. Di arena pacuan kuda Ascot pula Eliza berkenalan dengan Freddy Eynsford-Hill, pemuda kalangan atas yang langsung terpincut kepadanya (lagu "On the Street Where You Live"). Sebagai ujian akhir, Profesor Higgins membawa Eliza menghadiri pesta dansa di wisma kedutaan asing. Eliza tampil memukau semua orang, sampai-sampai seorang pangeran negeri seberang tertarik mengajaknya berdansa. Eliza juga diajak berdansa oleh Zoltan Karpathy, ahli fonetik Hungaria hasil didikan Profesor Higgins yang memanfaatkan keahliannya untuk mendeteksi orang-orang yang berpura-pura berasal dari kalangan atas lalu menyurati mereka untuk meminta uang tutup mulut. Mendengar tutur kata Eliza, Zoltan menyimpulkan bahwa Eliza bukanlah perempuan Inggris kalangan atas sebagaimana pengakuannya, melainkan keturunan raja-raja Hungaria, seorang putri.
Kendati demikian, jerih payah Eliza tidak dihargai. Profesor Higgins saja yang dipuji-puji (lagu "You Did It"). Karena merasa disepelekan dan kesal menghadapi sikap kasar dan terutama sikap tidak peduli Profesor Higgins terhadap masa depannya, Eliza akhirnya minggat tanpa setahu Profesor Higgins yang menganggapnya tak tahu budi (lagu "Just You Wait (ulangan)"). Di luar rumah Profesor Higgins, Freddy masih saja menunggu-nunggu kesempatan untuk berjumpa dengan Eliza (lagu "On the Street Where You Live (ulangan)"). Begitu melihat Eliza keluar rumah, Freddy langsung menghampiri dan menyalaminya, tetapi Eliza malah kesal karena menganggap pemuda itu hanya bisa omong saja (lagu "Show Me"). Eliza mencoba kembali ke kehidupan lamanya, tetapi malah tidak bisa berbaur dengan lingkungan asalnya seperti sediakala. Ia berjumpa dengan ayahnya, yang sudah menjadi orang kaya, karena ditinggali warisan berlimpah oleh hartawan Amerika yang dulu mengkaji akhlaknya. Alfred kini terpaksa menikahi ibu tiri Eliza secara resmi di gereja supaya tidak menyalahi adab hidup orang-orang kaya. Ia merasa Profesor Higgins telah menghancurkan hidupnya, dan berkeluh kesah bahwa dirinya kini terjerat ikatan "akhlak kalangan menengah" (lagu "Get Me to the Church On Time"). Eliza akhirnya berkunjung ke rumah ibu Profesor Higgins, yang menjadi geram ketika mengetahui perilaku kasar putranya terhadap Eliza.
Keesokan harinya, Profesor Higgins mendapati bahwa Eliza sudah pergi meninggalkan rumahnya. Ia berusaha mencari Eliza (lagu "A Hymn to Him"), dan akhirnya menemukan gadis itu di rumah ibunya. Profesor Higgins mencoba membujuk Eliza untuk pulang ke rumahnya. Ia marah ketika Eliza berkata akan menikah dengan Freddy, dan bekerja sebagai asisten Zoltan (lagu "Without You"). Profesor Higgins akhirnya pulang sembari berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa suatu hari nanti Eliza akan mengemis-mengemis minta diterima kembali. Meskipun demikian, ia akhirnya sadar bahwa Eliza telah menjadi bagian penting dari hidupnya (lagu "I've Grown Accustomed to Her Face"). Ketika Profesor Higgins sedang mendengarkan rekaman suara Eliza, tiba-tiba Eliza datang, mematikan pemutar rekaman, lalu berkata dengan logat kasar khas kalangan buruh, "aku udah cuci muka sama cuci tangan sebelon kemari, lo." Profesor Higgins terlihat kaget, tetapi kemudian senang, sebelum akhirnya bertanya, "mana selopku?"