Mitologi Inka berisi banyak kisah dan legenda yang berperan dalam menjelaskan atau melambangkan keyakinan suku Inka.[1]
Keyakinan dasar
Penelitian ilmiah menunjukkan sistem keyakinan suku Inka menyatu dengan pandangan mereka tentang alam semesta, terutama yang berkenaan dengan cara suku Inka mengamati pergerakan bima Sakti dan tata surya yang terlihat dari Cusco; Ibu kota Kerajaan Inka yang namanya berarti pusat bumi. Sesuai sudut pandang ini, cerita-cerita mereka melukiskan pergerakan rasi bintang, planet, dan formasi-formasi planet, yang semuanya berhubungan dengan siklus-siklus pertanian mereka. Hal ini penting bagi suku Inka, karena mereka bergantung pada musim pertanian siklis, tidak hanya berhubungan dengan siklus tahunan, tetapi siklus waktu yang jauh lebih lama (setiap 800 tahun sekali). Cara pencatatan waktu ini dilakukan untuk menjamin penyebaran informasi penting, meskipun terjadi perubahan rezim atau bencana sosial.
Banyak mitos-mitos Inka yang ditafsirkan dari sudut pandang Eurocentric, sehingga menjauhkan mitos-mitos tersebut dari kosmologi dan pertanian Inka, merampas mitos-mitos tersebut dari kekayaan dan fungsionalitas kuno mereka yang praktis.
Setelah Penaklukan Spanyol pada Kerajaan Inka oleh Francisco Pizarro, pejabat kolonial membakar catatan-catatan yang disimpan oleh Inka. Saat ini ada sebuah teori yang dikemukakan Gary Urton bahwa Quipu bisa jadi sistem biner yang mampu merekam fonologi atau datalogographic. Namun, hingga saat ini, segala yang diketahui hanya berdasarkan catatan para pendeta, ikonografi di tembikar dan arsitektur Inka, serta mitos-mitos dan legenda yang masih bertahan di kalangan penduduk asli pegunungan Andes.
Legenda fondasi Inka
Manco Cápac sang pendiri legendaris Dinasti Inka di Peru dan Dinasti Cusco di Cusco. Legenda-legenda dan sejarah mengenai dirinya sering kali bertentangan, terutama yang menyangkut pemerintahannya di Cusco serta asal-usulnya. Dalam salah satu legenda, dia dianggap anak Tici Viracocha. Legenda lain menyebutkan, ia diangkat dari kedalaman Danau Titicaca oleh dewa matahari Inti. Meskipun demikian, rakyat biasa dilarang menyebut nama Viracocha, mungkin hal ini yang menjadi alasan mengapa perlu ada tiga legenda dasar, bukannya satu.[2]
Banyak juga mitos mengenai Manco Cápac dan awal-awal kekuasaannya. Dalam suatu mitos, Manco Cápac dan saudaranya Pacha Kamaq diceritakan sebagai putra dewa matahari Inti. Manco Cápac dipuja sebagai dewa api dan matahari. Dalam mitos lain, Manco Cápac diutus bersama Mama Ocllo (lainnya bahkan menyebutkan dengan banyak saudara) ke Danau Titicaca di mana mereka muncul kembali dan menetap di Isla Del Sol. Menurut legenda ini, Manco Cápac dan saudara-saudaranya dinaikkan ke bumi oleh dewa matahari dan muncul dari gua Puma Orco di Paqariq Tampu dengan membawa tongkat emas yang disebut 'tapac-yauri'. Mereka diperintahkan membuat Kuil Matahari tepat di mana tongkat itu terbenam ke tanah, sebagai penghormatan kepada dewa matahari Inti, ayah mereka. Selama perjalanan, salah satu saudara Manco (Ayar Cachi) dibujuk agar kembali ke Puma Urqu untuk dikurung di dalamnya, kalau tidak akan diubah menjadi es, karena perilaku ceroboh dan kejamnya membuat suku-suku yang ingin mereka kuasai marah. (huaca).
Pada versi lain dari legenda ini, bukannya muncul dari gua di Cusco, para saudaranya justru muncul dari perairan Danau Titicaca. Karena ini adalah mitos asal usul yang lebih baru dari Pacaritambo mungkin ini diciptakan sebagai taktik untuk menghantarkan suku Aymara yang kuat ke dalam Tawantinsuyo.
Dalam legenda Inca Virachocha, Manco Cápac adalah anak Inca Viracocha dari Paqariq Tampu yang berjarak 25 km (16 mi) sebelah selatan Cusco. Dia dan saudara-saudaranya (Ayar Auca, Ayar Cachi, dan Ayar Uchu); serta saudari-saudarinya (Mama Ocllo, Mama Huaco, Mama Raua, dan Mama Cura) menetap di dekat Cusco di Paqariq Tampu, menyatukan orang-orangnya dengan sepuluh ayllu yang mereka temui dalam perjalanannya menaklukkan suku-suku di Lembah Cusco. Legenda ini juga menyebutkan tongkat emas, yang diduga diberikan kepada Manco Cápac oleh ayahnya. Kisahnya bervariasi, tetapi menurut beberapa versi, Manco yang masih muda mengkhianati saudara-saudaranya yang lebih tua karena iri, membunuh mereka, dan kemudian menjadi Cusco.
Dewa
Seperti Romawi, suku Inka mengizinkan budaya yang mereka baurkan ke dalam kerajaan untuk mempertahankan kepercayaan mereka masing-masing. Di bawah ini beberapa dewa-dewa yang dipuja oleh masyarakat dari kerajaan Inka, banyak terjadi tumpang tindih ranah dan tanggung jawab. Kecuali dinyatakan lain, dapat diasumsikan mereka dipuja oleh ayllu yang berbeda atau dipuja di bekas bagian wilayah tertentu.[3]
Apu adalah dewa atau roh pegunungan. Semua pegunungan penting memiliki Apu mereka sendiri, dan beberapa dari mereka mendapat pengorbanan untuk menunjukkan aspek-aspek tertentu dari keberadaan mereka. Batu dan gua juga dipercaya memiliki apu mereka sendiri.[4]
Apocatequil (a.k.a. Apotequil) atau Illapa adalah dewa petir. Dia tinggal di pegunungan Andes. Jenis kelaminnya laki-laki[5]
Cavillace adalah seorang dewi perawan yang memakan buah, yang ternyata sperma Coniraya, dewa bulan. Ketika ia melahirkan seorang putra, ia meminta siapapun ayahnya untuk maju. Tapi tak satupun yang melakukannya, jadi dia meletakkan bayinya di atas tanah yang kemudian merangkak menuju Coniraya. Dia malu karena perawakan Coniraya yang rendah di antara para dewa lainnya, dia berlari ke pantai Peru, di mana dia mengubah diri dan anaknya menjadi batu.
Ch'aska ("Venus") atau Ch'aska Quyllur ("Venus star") adalah dewi fajar dan senja, sang planet
Coniraya adalah dewa bulan yang membentuk spermanya menjadi buah, yang kemudian dimakan Cavillaca.
Copacati adalah dewi danau.
Ekeko dewa perapian dan kekayaan. Boneka kuno yang menggambarkan dirinya dan menempatkan versi mini dari keinginan mereka dalam boneka tersebut; diyakini menyebabkan penggunanya mendapatkan apa yang ia inginkan.
Illapa ("guntur dan kilat"; a.k.a. Apu Illapu, Ilyap, Katoylla) adalah dewa cuaca yang sangat populer. Hari liburnya pada tanggal 25 juli. Dikatakan dia menempatkan bima Sakti dalam sebuah kendi dan menggunakannya untuk menciptakan hujan. Dia muncul sebagai pria dengan baju bersinar, membawa pemukul dan batu. Sebelumnya ia adalah dewa utama di Kerajaan Qulla tempat di mana provinsi Qullasuyu Kerajaan Inca diberi nama.
Inti adalah dewa matahari. Sumber kehangatan dan cahaya dan pelindung rakyat. Inti dianggap sebagai dewa paling utama. Raja-raja Inka dipercaya sebagai keturunan langsung dari dewa matahari.
Kon adalah dewa hujan dan angin yang datang dari selatan. Ia adalah anak dari Inti dan Mama Killa.
Mama Allpa adalah dewi kesuburan yang digambarkan memiliki beberapa payudara.
Mama Qucha ("ibu lautan") adalah dewi laut dan ikan pelindung para pelaut dan nelayan. Di salah satu legenda dia mengasuh Inti dan Mama Killa dengan Wiraqucha.
Mama Pacha (a.k.a. Pachamama) secara harfiah diterjemahkan sebagai "ibu alam" dan tokoh penting dalam mitologi, kedua setelah Matahari. Dia adalah istri dari Pacha Kamaq, seekor naga, dan dewa kesuburan yang mengawasi penanaman dan panen. Dia yang menyebabkan gempa bumi.
Mama Killa ("ibu bulan" atau "ibu emas") adalah dewi pernikahan, festival dan bulan, dan putri dari Wiraqucha dan Mama Qucha, serta istri dan adik dari Inti. Dia adalah ibu dari Manqu Qhapaq, Pacha Kamaq, Kon dan Mama Uqllu.
Mama Sara ("ibu jagung", a.k.a. Saramama) adalah dewi biji-bijian. Dia dikaitkan dengan jagung yang tumbuh berkali lipat atau aneh. tanaman aneh yang kadang-kadang berpakaian seperti boneka Mama Sara. Dia juga dikaitkan dengan pohon-pohon willow.
Pacha Kamaq ("Pencipta Bumi") adalah dewa pencipta chthonic, sebelumnya disembah oleh Ichma tetapi kemudian diadopsi ke dalam mitos penciptaan Inka.
Paryaqaqa adalah dewa air dalam mitologi pra-Inka yang diadopsi oleh Inka. Dia adalah dewa badai hujan dan dewa pencipta. Ia lahir sebagai elang tetapi kemudian menjadi manusia.
Paricia adalah dewa yang mengutus banjir untuk membunuh manusia yang tidak menghormatinya. Kemungkinan nama lain untuk Pacha Kamaq.
Supay adalah dewa kematian dan penguasa Uku Pacha serta sebangsa setan.
Urcaguary adalah dewa logam, perhiasan dan bahan galian lainnya yang bernilai tinggi.
Urquchillay adalah seorang dewa yang mengawasi binatang.
Wiraqucha adalah dewa segalanya. Pada awalnya ia adalah dewa utama, tetapi ketika Pachakuti menjadi Raja Inka, ia mengubah keistimewaan ini, menyatakan bahwa dewa yang paling utama adalah Inti.
Keyakinan penting
Mama Uqllu adalah adik dan istri Manqu Qhapaq. Dia diduga yang mengajarkan suku Inka seni berputar.
Mamaconas mirip para biarawati dan tinggal di kuil suci. Mereka mendedikasikan hidup mereka untuk Inti, dan melayani Inka dan para pendeta. Gadis-gadis muda bangsawan atau yang kecantikannya luar biasa dilatih selama empat tahun sebagai acllas dan kemudian diberi pilihan untuk menjadi mamaconas atau menikahi bangsawan Inka. Mereka sebanding dengan Perawan VestaRomawi, meskipun masyarakat Inka tidak menilai keperawanan sebagai keutamaan sebagaimana yang dilakukan masyarakat Barat sepanjang sejarah.
Dalam salah satu legenda, Unu Pachakuti adalah sebuah peristiwa banjir besar yang dikirimkan oleh Virachocha untuk menghancurkan raksasa yang membangun Tiahuanaco.
Wak'a adalah benda suci seperti sebuah gunung atau mumi.
Tempat-tempat penting
Kosmologi Inka tersusun dalam tiga tingkat spatio-temporal atau Pacha.[6] Yakni:
Uku Pacha ("dunia bawah") yang terletak di dalam bumi.
Hanan Pacha ("dunia yang lebih tinggi") adalah dunia di atas kita, di mana matahari dan bulan tinggal.[7]
Lingkungan dan geografi juga merupakan bagian tak terpisahkan dalam mitologi Inka. Banyak benda-benda alam yang mencolok di Kerajaan Inka dikaitkan dengan mitos dan legenda penting di kalangan suku Inka.[8] Misalnya, Danau Titicaca, salah satu perairan penting di Altiplano, ada dalam mitos-mitos Inka, sebagai danau asal usul dari mana dunia berawal. Selain itu, banyak pula puncak-puncak Andes yang mencolok memiliki peran khusus dalam mitologi Inka. Hal ini tercermin dalam mitos tentang gunung Paxil, di mana manusia dikatakan tercipta dari biji jagung yang disebarkan oleh para dewa.. Lingkungan terestrial bukanlah satu-satunya lingkungan yang penting dalam mitologi. Inka sering memasukkan bintang-bintang dalam legenda dan mitos mereka.[9] Misalnya, banyak rasi-rasi bintang yang diberi nama dan dimuat dalam cerita, seperti formasi bintang Great Llama dan the Fox. Meski sama sekali tidak berhubungan dengan fitur fisik, Suara alam sangat penting dalam mitologi Inka. Misalnya, dalam mitos penciptaan Viracocha suara-suara dewa sangatlah penting. Selain itu, mitos-mitos disebarkan secara lisan, sehingga bunyi dan suara sebuah lokasi penting bagi mitologi Inka.[10] Contoh-contoh ini menunjukkan pengaruh lingkungan dalam penciptaan dan perjalanan mitos-mitos Inka.
Simbol-Simbol Inka
Chakana (atau Inca Cross, Chakana) - menurut beberapa penulis modern - setara dengan simbolik silang tiga tingkat yang dikenal dalam mitologi lain sebagai Pohon Kehidupan, Pohon Dunia dan sebagainya. Melalui poros tengah seorang dukun melakukan perjalanan dalam keadaan kesurupan menuju dunia bawah dan tingkat yang lebih tinggi yang dihuni oleh dewa-dewa untuk menyelidiki penyebab musibah di permukaan Bumi. Ular, puma, dan condor adalah perwakilan totem dari tiga tingkat. Dugaan arti dari simbol chakana ini tidak didukung oleh literatur ilmiah.
Penyebaran
Mitologi memiliki banyak peran dalam Kerajaan Inka. Selain dipakai untuk menjelaskan fenomena alam, atau memberi petunjuk cara berpikir bagi penghuni kerajaan mengenai dunia, juga dimanfaatkan untuk membenarkan ketidaksetaraan sosial kaum elit atas rakyat jelata di kerajaan. Misalnya, ada mitos asal usul yang terkenal yang melukiskan bagaimana awal mula Kerajaan Inka yang berpusat di Cusco. Digambarkan dalam mitos ini, empat pria dan wanita muncul dari sebuah gua dekat Cusco, dan mulai menetap di dalam Lembah Cusco, membuat kecewa orang-orang Hualla yang telah lama mendiami daerah tersebut.[11] Orang-orang Hualla biasa menanam koka dan cabai, oleh Inka dikaitkan dengan orang-orang Amazon, yang dianggap rendahan dan liar.. Inka terlibat peperangan dengan Hualla tersebut, bertempur dengan brutal, dan akhirnya Inka menang. Menariknya, mitos ini menyebutkan orang-orang Inka pertama ini menanami jagung, makanan andalan Inka, di lokasi di mana mereka dengan kejamnya menaklukkan Hualla.. Mitos ini terus berlanjut, Inka menguasai seluruh Lembah Cusco, sebelum akhirnya berhasil menaklukkan sebagian besar dunia Andes.. Walaupun kisah tentang kolonisasi di Lembah Cusco ini tampak seperti kisah yang tidak berbahaya, mitos-mitos seperti ini mendukung ketidaksetaraan sosial di seluruh Kerajaan Inka.
Dengan menciptakan mitos ini, Inka mampu memperkuat kekuasaan mereka atas kerajaan. Pertama, dengan mengasosiasikan Hualla dengan tanaman-tanaman hutan, mitos asal usul Inka ini akan membuat pendengar menganggap orang-orang Hualla lebih biadab dan primitif dibandingkan dengan Inka yang menurut mereka unggul. Sehingga penaklukan Hualla oleh Inka serta berkembangnya pertanian jagung yang mereka miliki, mendukung gagasan bahwa Inka adalah pengelola sah atas tanah tersebut, karena mereka mampu menjadikan tanah itu lahan budidaya yang produktif . Mitos-mitos ini dimuat dalam festival-festival maupun ritus di seantero Kerajaan Inka. Misalnya, ada festival jagung yang dirayakan setiap tahun saat panen. Selama festival ini, para elit Inka merayakannya berdampingan dengan dewa jagung dan dewa utama Inka, Inti. Dengan begitu, mitos penanaman jagung Inka asli dimanfaatkan untuk mengaitkan elit Inka yang berkuasa dengan para dewa, serta menggambarkan mereka sebagai penghantar panen. Jadi, mitos asal usul Inka ini digunakan untuk membenarkan posisi para elit Inka di dalam kerajaan multi etnis mereka yang luas. Dalam kerajaan, Inka memiliki status khusus "Darah Inka", yang memberi mereka hak istimewa atas orang-orang non Inka.[12] Kemampuan Inka mendukung posisi para elit mereka bukanlah prestasi yang kecil, mengingat kurang dari lima puluh ribu Inka mampu menguasai jutaan orang non Inka. Mitologi adalah cara penting dimana Inka mampu membenarkan legitimasi kekuasaannya, serta posisi istimewa mereka dengan kekuasaan tersebut.
Penyebaran strategis mitologi Inka tidaklah berakhir setelah kerajaan Inka dijajah oleh Spanyol. Justru mitologi Inka dimanfaatkan untuk melawan dan menantang otoritas penguasa kolonial Spanyol. Banyak mitos Inka digunakan untuk mengkritik keserakahan dan ketidaktahuan imperialisme Eropa. Misalnya, ada mitos di kalangan masyarakat adat bekas kerajaan Inka yang menceritakan tentang orang asing yang datang ke Andes dan menghancurkan benda-benda berharga.[13] Salah satu mitos tersebut adalah kisah Atoqhuarco di kalangan orang-orang Quechua, mengisahkan bagaimana seorang wanita pribumi dibinasakan dalam aksi pemberontakan terhadap orang asing yang berbuat tidak senonoh, yang akhirnya berubah menjadi seekor rubah pemangsa.. Institusi kolonial yang kuat juga dikritik pada beberapa mitos-mitos ini, Gereja Katolik yang sering mendapat kecaman. Misalnya, kisah mengenai Pendeta dan Pengurus Gereja yang menyoroti tentang kemunafikan dan sifat kasar seorang Pendeta Katolik dan perlakuannya yang tidak berperasaan terhadap jemaahnya yang pribumi.. Dengan demikian, mitos-mitos ini menunjukkan bahwa mitologi Inka secara strategis digunakan untuk menumbangkan dan memberontak melawan kekuasaan Spanyol di bekas Kerajaan Inka.
Mitologi Inka terus menjadi kekuatan yang manjur dalam komunitas Andes kontemporer. Setelah negara-negara yang dulunya bagian dari Kerajaan Inka memperoleh kemerdekaannya dari Spanyol, Banyak dari negara-negara ini berusaha menemukan mitos asal usul yang sesuai untuk mendukung legitimasi negara mereka.[14] Pada awal abad ke-20, muncul kembali minat terhadap warisan asli negara-negara baru ini. Dimana referensi mitologi Inka ini bisa lebih mencolok, seperti tampilnya Inti pada bendera Argentina, referensi lain tentang mitologi Inka bisa lebih halus.[15] Misalnya, pada akhir abad ke-20 pemerintah Revolusi Peru merujuk pada mitos-mitos Inka tentang Pachamama, sosok ibu Bumi Inka, untuk membenarkan program-program distribusi tanah mereka.. Selain itu, pemerintahan modern terus mengacu pada Kerajaan Inka terdahulu untuk mendukung klaim legitimasi mereka, sampai pada titik dimana ada pemerintah kota yang mendanai perayaan ritual yang merujuk pada mitologi Inka, terutama di sekitar Cusco. Kekuatan mitologi Inka menggema dalam politik kontemporer, politisi seperti Alejandro Toledo membuat rujukan ke mitologi dan citra Inka selama kandidat dan masa jabatannya.[16] Meski Kerajaan Inka telah berakhir pada ratusan tahun yang lalu, mitologinya yang penuh semangat masih mempengaruhi kehidupan di seluruh Amerika Selatan saat ini.
Mumifikasi
Para penguasa kerajaan Inka, seperti penguasa yang terakhir Inka Huayna Capac, dijadikan mumi pada saat kematian mereka, agar tubuh mereka bisa dipuja di dalam istana. Peristiwa pemujaan ini dicegah oleh orang-orang Spanyol di bawah Juan Polo de Ondegardo y Zárate, yang baru diangkat sebagai Ketua Pengadilan Cusco pada tahun 1559, saat berada di bawah kendali Spanyol. Ondegardo melakukan upaya kuat untuk mencegah Inka melakukan "dosa pemujaan berhala" mereka, terutama dengan mencari mayat raja-raja Inka yang telah dimumikan kemudian mengirimnya kepada wakil raja di Lima. Mereka berada di sebuah rumah sakit selama 80 tahun sebelum keberadaan mereka tidak diketahui lagi. Inka biasa memumikan raja-raja mereka dan beberapa kali dalam setahun mumi-mumi tersebut disusun di alun-alun Cusco secara kronologis sesuai waktu mereka memerintah, agar masyarakat dapat memberikan penghormatan.[17] Di lain waktu, mumi-mumi tersebut dikembalikan ke istana Cusco dan disembah secara pribadi oleh kelompok pengunjung Francisco Pizarro pernah menyatakan "Sudah menjadi kebiasaan orang mati saling mengunjungi satu sama lain, dan mereka menyelenggarakan tarian dan pesta pora yang mewah, dan terkadang orang mati pergi ke rumah orang-orang yang hidup, kadang-kadang orang yang hidup mendatangi rumah orang mati.”. Raja-raja dianggap bisa berbicara kembali kepada para pemuja melalui peramal, dan bahkan memberikan nasihat bagi pelindung dan penguasa negeri tersebut. Penguasa Inka diharapkan bisa meminta saran dari mumi nenek moyangnya mengenai isu-isu penting. Namun, tidak semua mumi Inka dimuliakan, seperti dalam suatu kasus tubuh Topa Inca Yupanqui yang telah dimumikan dibakar dan semua garis keturunannya dibunuh saat mereka memihak Huascar dalam perang sipil.
Setelah kedatangan orang-orang Spanyol, Inka mulai menyembunyikan mayat para raja dan lebih tertutup dalam penyembahan mereka, seperti yang dinyatakan oleh Juan de Betanzos. Setelah diperintahkan, Polo de Ondegardo dan anak buahnya menemukan sebagian besar mumi-mumi raja dan menyita mayat-mayat tersebut beserta barang-barang ritual lainnya seperti huaques, atau patung. Diduga Ondegardo mengubur mayat-mayat tersebut di sekitar Cusco secara rahasia agar tidak dapat ditemukan dan disembah lagi. Garcilaso de la Vega mengunjungi rumah Ondegardo dan diperlihatkan sebuah proses pembalseman raja-raja dan tingkat keawetannya: “Mayat-mayat itu terpelihara dengan sempurna tanpa kehilangan rambut kepala atau alis ataupun bulu mata. Mereka diberi pakaian seolah-olah mereka masih hidup, dengan Ilantus (ikat kepala kerajaan) di kepala mereka… Tangan mereka disilangkan di dada mereka.”. Mumi-mumi tersebut kemudian dikirim dan diperlihatkan kepada wakil raja kemudian dibawa kembali ke Cusco dan diduga dikubur secara diam-diam. Wakil raja menyembunyikan mumi-mumi tersebut di Rumah Sakit San Andres di Lima karena dia adalah "donator utama rumah sakit itu". Karena rumah sakit itu hanya diperuntukkan bagi penduduk Spanyol, memungkinkan untuk dipamerkan agar dilihat warga, jauh dari penduduk asli
Hewan-hewan dalam Mitologi Inka
Seperti budaya penduduk asli Amerika lainnya, masyarakat Inka sangat dipengaruhi oleh populasi hewan-hewan lokal, baik sebagai sumber makanan, tekstil, dan transportasi serta landasan agama dan budaya. Banyak mitos dan legenda Inka berisi atau hanya memuat tentang hewan atau campuran hewan dan interaksinya dengan dewa, manusia, dan atau lingkungan alam.
Anjing
Suku Inka memelihara anjing untuk berburu dan mengais sampah tetapi jarang untuk tujuan religius. Sedangkan orang-orang Huanca memiliki alasan yang lebih religius dalam mengkonsumsi daging anjing seperti pada mitologi Inka Paria Caca, dewa mereka, yang digambarkan hanya memakan anjing saja setelah dia mengalahkan dewa lain, Huallallo Carhuincho, dalam sebuah pertempuran kecil. Di beberapa bagian Amerika Selatan, Huanca disebut sebagai "Huanca pemakan anjing". Perilaku memakan anjing ini dipandang rendah di bagian lain kerajaan
Ada juga sebuah kota bernama Alqollacta, atau "kota anjing", yang berisi patung-patung anjing yang dianggap mewakili jiwa para anjing yang telah mati. Orang-orang sering menyimpan tulang dan meletakkannya di patung-patung tersebut berharap tindakan itu akan memberi mereka tempat yang lebih baik di alam baka.
Anjing kadang dipercaya bisa beralih antara dunia hidup dan mati dan juga melihat jiwa orang mati. Selain itu, suku Inka percaya bahwa jiwa yang tidak bahagia dapat menjumpai manusia dalam wujud anjing hitam. Orang Aymara di Bolivia percaya bahwa anjing berkaitan dengan kematian dan hubungan sedarah. Mereka meyakini bahwa mereka yang mati harus menyeberangi lautan ke alam baka dalam telinga, atau di atas hidung seekor anjing hitam. Selain itu, beberapa sumber melaporkan bahwa wanita yang tidur sendiri di malam hari bisa dihamili oleh hantu dan akan melahirkan bayi dengan kaki anjing.
Beruang
Meskipun hanya ada satu spesies beruang di Amerika Selatan (Beruang berkacamata, Tremarctos ornatus), kisah The Bear's Wife and Children adalah cerita yang menonjol di kalangan Inca.[18] Orang-orang Andes percaya bahwa beruang mewakili kebiasaan seksual pria dan wanita atau gadis-gadis diperingatkan tentang "pemerkosaan beruang". Cerita ini mengisahkan seekor beruang yang menyamar menjadi pria yang menaklukkan seorang gadis dan membawanya ke gua dimana dia memberi makan serta merawat gadis itu. Lalu gadis itu melihat dua orang anak setengah manusia setengah beruang. Dengan bantuan anak-anak tersebut mereka bertiga bisa lolos dari gua dan kembali ke masyarakat. Anak-anak beruang tersebut diberikan kepada pastor kota yang mencoba membunuh mereka berkali kali (dengan menjatuhkan mereka dari bangunan, mengirim mereka ke alam liar, mengirim mereka berperang) namun hanya anak beruang yang paling muda yang terbunuh . Yang lebih tua mengalahkan rintangan tersebut dan dikirim untuk melawan jiwa yang dikutuk, yang kemudian ia lawan dan selamatkan dari kutukan. Jiwa tersebut memberikan harta kekayaan dan tanahnya pada pria beruang tersebut,dan pria beruang yang sekarang dewasa ini meninggalkan manusia sebagai burung merpati putih. Kisah ini bisa diartikan sebagai kisah menyedihkan orang Amerika asli terhadap masyarakat Hispanik dimana mereka menemukannya, yang menjadi lebih dipercaya karena cerita rakyat ini menjadi lebih menonjol setelah Penaklukan Spanyol.
Selain cerita di atas, manusia setengah beruang bernama Ukuku dianggap satu-satunya makhluk yang mampu membawa es dari puncak gunung karena mereka memiliki kecerdasan manusia tapi kekuatan beruang. Badut Ukuku bisa dilihat pada perayaan Corpus Christi di Cusco dimana mereka melakukan ziarah ke gletser terdekat dan menghabiskan malam di atas es sebagai ujian kedewasaan.[19]
Rubah
Rubah umumnya tidak memiliki reputasi yang baik di kalangan suku Inka atau orang-orang di Andes serta dipandang sebagai suatu pertanda. Pengorbanan kepada para dewa termasuk berbagai barang dan hewan, termasuk manusia, namun tidak pernah terlihat adanya rubah. Mitologi Inka berisi rujukan mengenai dewa-dewa yang ditipu oleh rubah. Pada suatu pertemuan, dewa Cuniraya Viracocha marah dengan seekor rubah dan mengatakan "Bagimu, bahkan ketika kamu menyelinap menjaga jarak, orang-orang akan membencimu dan mengatakan 'Rubah itu adalah pencuri!'. Ketika mereka membunuhmu, mereka akan membuangmu sembarangan, bahkan kulitmu juga”.[20] Dalam narasi lain, rubah tersebut dikatakan mencoba mencuri bulan tetapi bulan memeluk rubah tersebut yang mengakibatkan bintik-bintik di bulan. Pada akhirnya, rubah masih berperan dalam masyarakat Andes saat ini dimana lolongan seekor rubah di bulan Agustus dianggap sebagai tanda keberuntungan..
Keyakinan Orang Andes Pra-Inka
Sebelum berdirinya Kerajaan Inka, ada beberapa budaya lain di berbagai wilayah di Peru dengan keyakinan mereka masing-masing, termasuk budaya Chavín, Paracas, Moche, dan Nazca. Keyakinan pra-Inca lain dapat ditemukan dalam Manuskrip Huarochirí, sebuah naskah dari abad ke-17 yang mencatat mitos, budaya, dan kepercayaan orang-orang di Provinsi Huarochirí di Andes Barat.[21]
^Heydt-Coca, Magda von der (1999). "When Worlds Collide: The Incorporation Of The Andean World Into The Emerging World-Economy In The Colonial Period". Dialectical Anthropology. 24 (1): 1–43.
^Toohey, Jason (Jul–Sep 2013). "Feeding the Mountains: Sacred Landscapes, Mountain Worship, and Sacrifice in the Maya and Inca Worlds". Reviews in Anthropology. 42 (3): 161–178.Pemeliharaan CS1: Format tanggal (link) CS1 maint: Date format (link)
^Bryan, Penprase (2017). The Power of Stars. Chem: Springer. hlm. 81–84. ISBN978-3-319-52595-2.
^Classen, Constance (Nov 1990). "Sweet colors, fragrant songs: sensory models of the Andes and the Amazon". American Ethnologist. 17 (4): 722–735. doi:10.1525/ae.1990.17.4.02a00070.
^Bauer, Brian (June 1996). "Legitimization of the State in Inca Myth and Ritual". American Anthropologist. 98 (2): 327–337. doi:10.1525/aa.1996.98.2.02a00090.
^Peregrine, Peter N; Ember, Ember (2007). Encyclopedia of Prehistory (edisi ke-7). Boston: Springer. hlm. 150–194.
^Marín-Dale, Margarita (2016). Decoding Andean Mythology. Salt Lake City: University of Utah Press. ISBN9781607815099.
^Molinié, Antionette (Sep 2004). "The resurrection of the Inca: the role of Indian representations in the invention of the Peruvian nation". History & Anthropology. 15 (3): 233.
^Busaniche, José Luis (1965). Historia Argentina. Buenos Aires: Solar.
^Greene, Shane (February 2005). "Incas, Indios and Indigenism in Peru". NACLA Report on the Americas. 38 (4): 34–69.
^Palma, Ricardo (2004). Peruvian Traditions. Oxford, England: Oxford University Press.