Dalam sejarahnya yang panjang, peradaban Maya tidak pernah disatukan, tidak seperti Persekutuan Tiga Kaum Aztek ataupun Kerajaan Inka. Sejarah mereka dimulai pada zaman Arkaik (sebelum tahun 2000 SM), ketika peradaban Maya telah mengembangkan pertanian dan desa-desa. Masyarakat kompleks untuk pertama kalinya muncul pada zaman Praklasik (sekitar 2000 SM hingga 250 M), dan pada masa ini pula orang-orang Maya sudah mulai menanam jagung, kacang, labu, dan cabai. Kota-kota Maya pertama mulai muncul sekitar tahun 750 SM, dan pada tahun 500 SM, kota-kota tersebut memiliki struktur-struktur monumental, termasuk kuil besar dengan tampak depan yang terbuat dari stuko. Sistem tulisan hieroglif untuk pertama kalinya digunakan di wilayah Maya pada abad ke-3 SM. Pada zaman Praklasik Akhir, banyak kota yang mengalami perkembangan pesat di wilayah Cekungan Petén, sementara Kaminaljuyu menjadi kota yang penting di Dataran Tinggi Guatemala. Dimulai dari sekitar tahun 250 M, peradaban Maya memasuki zaman Klasik, yaitu zaman ketika orang-orang Maya mendirikan tugu-tugu besar dengan pahatan-pahatan yang mencantumkan tanggal dari Kalender Hitung Panjang. Pada zaman ini juga muncul berbagai negara kota besar yang saling terhubung dalam jaringan perdagangan yang rumit. Di dataran rendah Maya, terdapat dua kota besar yang menjadi musuh bebuyutan, yaitu Tikal dan Calakmul. Pada zaman Klasik, kota Teotihuacan di Meksiko tengah juga melakukan campur tangan dalam politik dinasti di peradaban Maya. Akan tetapi, pada abad ke-9, terjadi peristiwa keruntuhan Maya Klasik, sehingga kota-kota Maya pun ditinggalkan dan para penduduk berpindah ke arah utara. Kemudian, pada zaman Pascaklasik, kota Chichen Itza mengalami kebangkitan di utara, dan Kerajaan K'iche' di Dataran Tinggi Guatemala juga berhasil memperluas wilayahnya. Pada abad ke-16, Imperium Spanyol menjajah wilayah Mesoamerika, dan setelah berlangsungnya upaya penaklukan yang panjang, kota terakhir Maya, Nojpetén, jatuh ke tangan Spanyol pada tahun 1697.
Pada zaman Klasik, kekuasaan ada di tangan raja-raja yang memerintah di negara kotanya masing-masing dengan konsep "raja dewata" yang bertindak sebagai penengah antara dunia nyata dengan dunia gaib. Jabatan raja diturunkan secara patrilineal kepada anak laki-laki sulung. Calon raja diharapkan menjadi seorang pemimpin perang yang andal. Politik Maya didominasi oleh sistem patronasi yang tertutup, walaupun sistem politik setiap negara kota tidak selalu sama. Pada zaman Klasik Akhir, golongan ningrat menjadi semakin kuat, sehingga mengurangi kekuasaan "raja dewata".
Peradaban Maya mengembangkan karya seni dari bahan-bahan tahan lama maupun tidak tahan lama, seperti kayu, giok, obsidian, batu, dan stuko. Karya seninya juga bermacam-macam, dari pahatan, keramik, hingga lukisan dinding. Kota-kota Maya tidak memiliki perencanaan yang terpusat, dan bangunan-bangunan baru didirikan sesuka hati. Pusat kotanya terdiri dari pusat pemerintahan dan upacara yang dikelilingi oleh daerah permukiman. Berbagai wilayah kota dihubungkan oleh jalan. Bangunan-bangunan utama di kota-kota Maya meliputi istana, kuil, piramida, lapangan bola, dan bangunan-bangunan untuk melakukan pengamatan benda langit. Peradaban Maya memiliki golongan elit yang melek huruf, dan mereka telah mengembangkan sistem tulisan hieroglif yang rumit. Mereka mencatat sejarah dan keterangan mengenai ritual di dalam buku-buku, tetapi sebagian besar telah dihancurkan penjajah Spanyol. Saat ini, hanya ada tiga buku yang telah disepakati oleh ilmuwan berasal dari peradaban Maya. Terdapat pula banyak sekali contoh teks Maya dalam bentuk prasasti dan keramik. Salah satu pencapaian bangsa Maya yang lain adalah dalam mengembangkan kalender ritual yang rumit dan juga menjadi salah satu peradaban pertama yang mengenal angka nol. Orang Maya juga dikenal melakukan pengorbanan manusia yang didasari atas keyakinan bahwa ritual darah diperlukan untuk memuaskan para dewa.
Peradaban Maya berkembang di wilayah Mesoamerika, yang terbentang dari Meksiko utara sampai Amerika Tengah bagian selatan.[1] Mesoamerika merupakan salah satu tunas peradaban di dunia.[2] Wilayah Mesoamerika mengalami serangkaian perkembangan budaya yang meliputi masyarakat kompleks, pertanian, kota, arsitektur monumental, aksara, dan sistem kalender.[3] Beberapa ciri peradaban-peradaban Mesoamerika adalah pengetahuan astronomi, pengorbanan manusia dan darah, serta mitologi yang membagi dunia tidak hanya menjadi empat bagian yang sejalan dengan arah mata angin (masing-masing dengan ciri yang berbeda), tetapi juga menjadi tiga, yaitu dunia langit, dunia bumi, dan dunia bawah.[4]
Pada 6000 SM, para penduduk Mesoamerika mulai melakukan domestikasi tumbuhan, dan proses ini menghasilkan masyarakat pertanian yang menetap di satu tempat untuk waktu yang lama.[5] Iklim yang beragam menghasilkan jenis tanaman yang juga beraneka ragam, tetapi semua wilayah di Mesoamerika memiliki beberapa tanaman utama, yaitu jagung, kacang, dan labu.[6] Semua peradaban di Mesoamerika memiliki teknologi Zaman Batu; setelah tahun 1000 M, perunggu, perak, dan emas mulai ditempa. Wilayah Mesoamerika tidak memiliki hewan pekerja, belum menemukan roda, dan hanya memiliki segelintir hewan hasil domestikasi; transportasi utama di Mesoamerika pada zaman dahulu adalah dengan berjalan kaki atau menggunakan kano.[7] Orang-orang di Mesoamerika percaya bahwa dunia itu tidak bersahabat bagi manusia dan diperintah oleh dewa-dewi yang tidak dapat diprediksi. Di Mesoamerika, ritual permainan bola sering dipraktikkan.[8] Mesoamerika juga merupakan kawasan dengan keanekaragaman bahasa, dan sebagian besar bahasa-bahasa di kawasan tersebut tergolong ke dalam beberapa rumpun bahasa, seperti rumpun bahasa Maya, Mixe-Zoque, Otomanguea, dan Uto-Aztek. Terdapat pula beberapa bahasa yang merupakan bahasa isolat (tak berkerabat). Kawasan bahasa Mesoamerika sendiri memiliki beberapa ciri-ciri utama, yaitu banyaknya kata serapan dan penggunaan sistem bilanganperduapuluhan (berasaskan 20).[9]
Wilayah peradaban Maya mencakup sepertiga kawasan Mesoamerika,[10] dan orang-orang Maya juga menjalin hubungan dengan peradaban-peradaban tetangga seperti Olmek, Mixtek, Teotihuacan, dan Aztek.[11][10] Pada zaman Klasik Awal, kota Tikal dan Kaminaljuyu merupakan pusat suatu jaringan yang terbentang hingga ke luar wilayah Maya di Dataran Tinggi Meksiko Tengah.[12] Pada saat yang sama, pengaruh Maya juga dapat ditemui di Tetitla di Teotihuacan.[13] Pada abad ke-9, mural di Cacaxtla (situs lain di Dataran Tinggi Meksiko Tengah) dilukis dengan gaya Maya.[14] Hal ini dapat ditafsirkan sebagai upaya untuk mendekatkan diri dengan kawasan Maya yang kuat setelah jatuhnya Teotihuacan dan terjadinya perpecahan politik di Dataran Tinggi Meksiko,[15] atau sebagai cara untuk mengungkapkan bahwa penduduk kota tersebut memiliki asal usul Maya.[16] Sementara itu, kota Maya di Chichen Itza dan ibu kota Toltek di Tula diduga memiliki hubungan yang sangat erat.[17]
Geografi
Peradaban Maya menduduki wilayah yang luas dan mencakup kawasan Meksiko tenggara dan Amerika Tengah bagian utara. Wilayah ini mencakup seluruh Semenanjung Yukatan dan semua wilayah yang kini merupakan bagian dari negara Guatemala dan Belize, serta bagian barat Honduras dan El Salvador.[18] Sebagian besar wilayah semenanjung tersebut merupakan dataran yang luas dengan sedikit perbukitan atau pegunungan dan dengan wilayah pesisir yang umumnya merupakan dataran rendah.[19]
Kawasan Petén (yang berada di Guatemala utara dan sisi tenggara negara bagian Chiapas di Meksiko) mencakup dataran batu kapur dengan hutan yang lebat.[20] Di bagian tengah daerah aliran sungai Petén juga terdapat empat belas danau.[21] Di sebelah selatan dataran rendah, topografinya secara perlahan mulai meninggi hingga akhirnya mencapai Dataran Tinggi Guatemala.[22] Sementara itu, hutan lebat menutupi Petén dan Belize utara, sebagian besar wilayah Quintana Roo, Campeche selatan, dan bagian selatan negara bagian Yukatan. Di ujung utara, tumbuh-tumbuhannya berubah menjadi hutan yang terdiri dari perdu yang lebat.[23]
Zona litoralSoconusco terletak di sebelah selatan Pegunungan Sierra Madre de Chiapas,[24] dan terdiri dari daratan pesisir yang sempit dan kaki bukit Sierra Madre.[25] Dataran Tinggi Maya terbentang ke arah timur dari Chiapas hingga Guatemala, dan titik tertinggi di wilayah tersebut terletak di Sierra de los Cuchumatanes. Pusat-pusat penduduk terbesar di wilayah dataran tinggi ini pada masa Pra-Kolumbus terletak di lembah-lembah dataran tinggi terbesar, seperti Lembah Guatemala dan Lembah Quetzaltenango. Di dataran tinggi selatan, kerucut-kerucut vulkanik terbentang sejajar dengan pesisir Samudra Pasifik. Dataran tinggi membentang ke arah utara hingga Verapaz, dan topografinya secara perlahan menurun ke arah timur.[26]
Sejarah
Sejarah peradaban Maya terbagi menjadi tiga zaman utama: Praklasik, Klasik, dan Pascaklasik.[27] Zaman-zaman ini didahului oleh zaman Arkaik, yaitu masa ketika desa-desa mulai didirikan dan pertanian mulai dikembangkan.[28][29] Para ahli modern menganggap zaman-zaman ini sebagai cara membagi kronologi Maya yang sembarangan, dan perlu diingat bahwa nama zaman-zaman ini tidak menyiratkan perkembangan atau kemunduran peradaban.[30] Definisi permulaan dan akhir suatu zaman tidak selalu sama, tergantung pada penulisnya, dan perbedaannya bahkan bisa mencapai rentang waktu satu abad.[31]
Reruntuhan Kaminaljuyu di dataran tinggi dan El Mirador di dataran rendah, keduanya adalah kota yang penting pada zaman Praklasik Akhir.
Orang-orang Maya mengembangkan peradaban pertama mereka pada zaman Praklasik.[35] Para ahli masih membahas kapan zaman Praklasik dimulai. Peninggalan penduduk Maya di Cuello (kini terletak di Belize) diketahui berasal dari tahun 2600 SM berdasarkan metode penanggalan radiokarbon.[36] Permukiman-permukiman didirikan sekitar tahun 1800 SM di kawasan Soconusco di wilayah pesisir Samudra Pasifik, dan orang-orang Maya pada masa itu juga sudah mulai menanam jagung, kacang, labu, dan cabai.[37] Zaman ini memiliki ciri berupa kemunculan komunitas-komunitas yang menetap di suatu tempat serta karya seni tembikar dan arca-arca dari tanah liat.[38]
Pada zaman Praklasik Pertengahan, desa-desa kecil mulai tumbuh menjadi kota.[39] Kota Nakbe di Petén merupakan kota pertama yang telah ditemukan keberadaannya di dataran rendah Maya,[40] dan struktur-struktur besar di tempat tersebut diperkirakan berasal dari kitaran tahun 750 SM.[39] Sementara itu, dataran rendah yang terletak di sebelah utara di Yukatan mulai dimukimi oleh banyak orang pada zaman Praklasik Pertengahan.[41] Sekitar tahun 400 SM, penguasa-penguasa Maya sudah memerintahkan pembuatan prasasti.[42] Aksara sudah digunakan di Petén pada abad ke-3 SM.[43] Pada zaman Praklasik Akhir, kota El Mirador mengalami pertumbuhan yang pesat hingga luasnya mencapai 16 km2.[44] Walaupun tidak sebesar El Mirador, Tikal juga sudah menjadi kota yang besar sekitar tahun 350 SM.[45]
Sementara itu, Kaminaljuyu telah menjadi kota utama di dataran tinggi pada zaman Praklasik Akhir.[46][47]Takalik Abaj dan Chocolá adalah dua kota terpenting di wilayah daratan pesisir Pasifik,[48] sedangkan Komchen mengalami pertumbuhan hingga menjadi situs paling penting di Yukatan utara.[49] Namun, peradaban Praklasik Akhir mengalami keruntuhan pada abad ke-1 M dan alhasil banyak kota-kota Maya yang ditinggalkan; penyebab peristiwa ini masih belum diketahui.[50]
Zaman Klasik (250–900 M)
Zaman Klasik merupakan zaman ketika monumen-monumen yang mencantumkan tanggal dari Kalender Hitung Panjang didirikan di dataran rendah Maya.[52] Pada zaman ini, pembangunan, kehidupan perkotaan, pembuatan inskripsi monumen, dan perkembangan seni dan intelektual mencapai puncaknya, khususnya di wilayah dataran rendah selatan.[52] Situasi politik Maya pada zaman Klasik telah dibandingkan dengan Italia pada masa Renaisans atau Yunani Klasik, karena terdapat sejumlah negara kota yang terlibat dalam jaringan persekutuan dan permusuhan yang rumit.[53] Kota-kota terbesar pada zaman ini memiliki jumlah penduduk antara 50.000 hingga 120.000 jiwa dan juga terhubung dengan jaringan situs-situs penopang.[54]
Pada zaman Klasik Awal, kota-kota di seluruh kawasan Maya dipengaruhi oleh kota besar Teotihuacan di Lembah Meksiko yang terletak amat jauh di utara.[55] Pada tahun 378 M, Teotihuacan melakukan campur tangan di Tikal dan kota-kota terdekat lainnya, menjatuhkan penguasa mereka, dan menjadikan dinasti baru yang didukung oleh Teotihuacan sebagai penguasa baru.[56][57] Campur tangan ini dipimpin oleh Siyaj K'ak' ("Lahir dari Api"), yang tiba di Tikal pada awal tahun 378. Raja Tikal Chak Tok Ich'aak I mangkat pada hari yang sama, sehingga mungkin ia dilengserkan dengan menggunakan kekerasan.[58][59] Setahun kemudian, di bawah naungan Siyaj K'ak', diangkat seorang raja baru yang bernama Yax Nuun Ahiin I.[60] Setelah berkuasanya dinasti yang baru, Tikal menjadi kota yang paling kuat di dataran rendah bagian tengah, dan perluasan ini tampaknya diprakarsai oleh Siyaj K'ak'.[60]
Saingan Tikal adalah Calakmul, sebuah kota yang terletak di Cekungan Petén.[61] Tikal dan Calakmul sama-sama memiliki jaringan persekutuan dan vasal; kota-kota yang lebih lemah dan tergabung ke dalam salah satu dari jaringan tersebut memperoleh martabat karena namanya dikaitkan dengan kota yang kuat, dan mereka juga membina hubungan yang damai dengan anggota jaringan yang sama.[62] Tikal dan Calakmul memanfaatkan persekutuan ini untuk mengambil tindakan terhadap satu sama lain. Pada masa-masa tertentu pada zaman Klasik, salah satu dari kedua kekuatan ini akan menjadi lebih unggul daripada yang lain, sehingga terdapat periode kemajuan dan kemunduran.[63]
Pada tahun 629, B'alaj Chan K'awiil (anak raja Tikal K'inich Muwaan Jol II) diutus untuk mendirikan kota baru di Dos Pilas di kawasan Petexbatún, kemungkinan untuk dijadikan pos untuk memperluas kekuasaan Tikal di luar jangkauan Calakmul.[64] Selama dua dasawarsa ia berjuang demi Tikal. Pada tahun 648, raja Yuknoom Ch'een II dari Calakmul menangkap Balaj Chan K'awiil. Yuknoom Ch'een II lalu mengembalikan Balaj Chan K'awiil ke takhta Dos Pilas sebagai vasalnya.[65][66][67] Balaj Chan K'awiil kemudian mengabdi kepada Calakmul.[68]
Kota yang paling penting di wilayah tenggara adalah Copán.[61] Dinasti di Copán pada zaman Klasik didirikan pada tahun 426 oleh K'inich Yax K'uk' Mo'. Raja yang baru membina hubungan yang erat dengan kota-kota Maya di Petén dan juga dengan Teotihuacan.[69][70] Copán mencapai puncak kejayaannya pada masa Uaxaclajuun Ub'aah K'awiil, yang berkuasa dari tahun 695 hingga 738.[71] Namun, masa pemerintahannya berakhir setelah ia ditangkap oleh vasalnya sendiri, raja K'ak' Tiliw Chan Yopaat dari Quiriguá.[72] Sang mantan penguasa Copán lalu dibawa ke Quiriguá dan dipenggal dalam ritual.[73][74] Kemungkinan kudeta ini didukung oleh Calakmul dengan maksud untuk melemahkan sekutu Tikal.[75] Sementara itu, Palenque dan Yaxchilan merupakan kota-kota terkuat di kawasan Sungai Usumacinta.[61] Di dataran tinggi, Kaminaljuyu di Lembah Guatemala telah menjadi kota yang besar pada tahun 300.[76] Di wilayah Maya utara, kota yang paling penting adalah Coba.[77]
Pada abad ke-9 M, wilayah Maya tengah mengalami keruntuhan dengan ciri-ciri berupa ditinggalkannya kawasan perkotaan, berakhirnya dinasti-dinasti penguasa, dan berpindahnya kegiatan manusia ke arah utara.[55] Belum ada konsensus di kalangan sejarawan mengenai penyebab peristiwa ini, tetapi keruntuhan ini sendiri mungkin dipicu oleh beberapa hal, termasuk peperangan, membludaknya jumlah penduduk yang mengakibatkan kerusakan lingkungan, dan kekeringan.[78] Walaupun begitu, pada masa ini (yang juga dikenal dengan sebutan Klasik Terminal), kota-kota di utara seperti Chichen Itza dan Uxmal malah mengalami perkembangan.[55] Kota-kota besar di Semenanjung Yukatan utara masih terus dihuni setelah kota-kota di dataran rendah selatan sudah berhenti membuat monumen-monumen.[79]
Wewenang penguasa dalam organisasi sosial Maya Klasik terbatas dalam hal ritual, dan tidak mencakup kendali perdagangan ataupun pembagian makanan dari pusat. Model kekuasaan ini tidak dapat menanggapi dengan baik perubahan-perubahan yang terjadi, karena tradisi membatasi tindakan-tindakan penguasa pada kegiatan-kegiatan seperti pembangunan, ritual, dan peperangan. Hal ini semakin memperparah permasalahan sistemik di kota-kota Maya.[80] Pada abad ke-9 dan ke-10, permasalahan seperti itu mengakibatkan kejatuhan sistem pemerintahan semacam ini. Di Yukatan utara, peranan penguasa secara individual digantikan oleh dewan penguasa yang terdiri dari kelompok elit. Di Yukatan selatan dan Petén tengah, kerajaan-kerajaan mengalami kemunduran; di Petén barat dan beberapa wilayah lainnya, perubahannya sangat besar dan mengakibatkan depopulasi kota-kota dengan cepat.[81] Hanya dalam beberapa generasi, wilayah-wilayah Maya tengah banyak yang ditinggalkan.[82] Ibu kota dan kota kedua ditinggalkan dalam waktu 50 hingga 100 tahun.[54] Satu per satu kota mulai berhenti membuat monumen bertanggal; tahun terakhir dari Kalender Hitung Panjang yang tercatat di Toniná adalah tahun 909. Prasasti-prasasti tidak lagi dibuat, dan penduduk liar memasuki istana kerajaan yang telah ditinggalkan. Jalur dagang Mesoamerika juga mengalami pergeseran dan tidak lagi melewati wilayah Petén.[83]
Zaman Pascaklasik (950–1539 M)
Walaupun kota-kota besar pada zaman Klasik telah ditinggalkan, bukan berarti orang-orang Maya menghilang begitu saja; pada zaman Pascaklasik, populasi mereka terpusat di dekat sumber-sumber air permanen.[85] Tidak seperti peristiwa-peristiwa keruntuhan sebelumnya di kawasan Maya, kali ini wilayah yang telah ditinggalkan tidak langsung dihuni kembali.[54] Kegiatan-kegiatan manusia berpindah ke wilayah dataran rendah utara dan Dataran Tinggi Maya; mungkin saja terjadi migrasi dari dataran rendah selatan pada masa ini, karena banyak kelompok Maya Pascaklasik yang memiliki mitos-mitos migrasi.[86] Chichen Itza dan tetangganya, Puuc, mengalami kemunduran pada abad ke-11, dan ini mungkin merupakan tahap akhir keruntuhan Maya Klasik. Setelah kemunduran Chichen Itza, tidak lagi terdapat kekuatan yang mendominasi di kawasan Maya hingga akhirnya kota Mayapan bangkit pada abad ke-12. Kota-kota baru juga muncul di dekat pesisir Laut Karibia dan Teluk Meksiko, dan jaringan-jaringan perdagangan baru pun dibentuk.[33]
Berbagai perubahan lain juga terjadi pada masa peralihan dari zaman Klasik menuju Pascaklasik.[87] Kota Kaminaljuyu yang pernah menjadi kota besar di Lembah Guatemala ditinggalkan setelah dihuni selama hampir 2.000 tahun.[88] Di sepanjang dataran tinggi dan pesisir Samudra Pasifik, kota yang terletak di kawasan yang mudah diserang dipindah ke tempat lain, kemungkinan akibat berkecamuknya peperangan. Kota-kota kini berdiri di puncak bukit yang dikelilingi oleh jurang, karena kota-kota semacam itu lebih mudah dipertahankan; pertahanan alami tersebut juga kadang dilengkapi dengan tembok dan parit.[88] Salah satu kota terpenting di Dataran Tinggi Guatemala pada masa ini adalah Q'umarkaj, ibu kota Kerajaan K'iche' yang agresif.[87] Pada masa ini, pemerintahan negara-negara Maya (dari Yukatan hingga Dataran Tinggi Guatemala) sering kali diperintah oleh sebuah dewan. Namun, kenyataannya terdapat satu anggota dewan yang bertindak sebagai penguasa tertinggi, sementara anggota-anggota yang lain menjadi penasihatnya.[89]
Mayapan ditinggalkan oleh penduduknya sekitar tahun 1448, setelah terjadinya permasalahan politik, sosial, dan lingkungan yang menyerupai peristiwa keruntuhan Maya Klasik di wilayah Maya selatan. Peristiwa tersebut terjadi setelah berkecamuknya perang, wabah penyakit, dan bencana alam di Semenanjung Yukatan, yang baru akan berakhir tidak lama setelah kontak dengan bangsa Spanyol pada tahun 1511.[90] Walaupun sudah tidak ada lagi kota besar yang mendominasi, para penjelajah Spanyol tetap melaporkan keberadaan kota-kota pesisir yang kaya dengan pasar yang ramai.[33] Pada zaman Pascaklasik Akhir, Semenanjung Yukatan terbagi menjadi sejumlah wilayah merdeka yang memiliki budaya yang sama, tetapi sistem sosiopolitiknya berbeda-beda.[91] Sementara itu, menjelang penaklukan oleh bangsa Spanyol, Dataran Tinggi Guatemala didominasi oleh beberapa negara Maya yang kuat.[92]Suku K'iche' telah membentuk sebuah kerajaan yang mencakup berbagai wilayah di Dataran Tinggi Guatemala barat dan dataran pesisir Pasifik. Namun, beberapa dasawarsa sebelum serbuan bangsa Spanyol, Kerajaan Kaqchikel secara perlahan sudah menggerogoti wilayah Kerajaan K'iche'.[93]
Periode Kontak dan penaklukan oleh Spanyol (1511–1697 M)
Pada tahun 1511, kapal karavelSpanyol karam di Karibia, dan terdapat sekitar puluhan orang yang berhasil mendarat di pesisir Yukatan. Mereka ditangkap oleh seorang penguasa Maya, dan kebanyakan dari mereka dikorbankan, walaupun dua orang berhasil lolos. Dari tahun 1517 hingga 1519, terdapat tiga ekspedisi Spanyol yang menjelajahi wilayah pesisir Yukatan, dan anggota-anggota ekspedisi tersebut beberapa kali terlibat dalam pertempuran dengan orang-orang Maya.[94] Setelah ibu kota Aztek di Tenochtitlan jatuh ke tangan Spanyol pada tahun 1521, panglima Spanyol Hernán Cortés mengirim Pedro de Alvarado ke Guatemala dengan 180 pasukan berkuda, 300 infanteri, 4 meriam, dan ribuan prajurit sekutu dari Meksiko tengah;[95][96][97] mereka tiba di Soconusco pada tahun 1523.[95] Ibu kota K'iche' di Q'umarkaj direbut oleh Alvarado pada tahun 1524.[98][99] Tidak lama sesudahnya, orang-orang Spanyol diundang sebagai sekutu ke ibu kota suku Maya Kaqchikel di Iximche.[100][101] Akan tetapi hubungan baik di antara keduanya tidak berlangsung lama, karena bangsa Spanyol meminta terlalu banyak emas sebagai upeti, dan kota ini pun ditinggalkan beberapa bulan kemudian.[102] Setelah itu, ibu kota suku Maya Mam di Zaculeu jatuh ke tangan Spanyol pada tahun 1525.[103][104]Francisco de Montejo dan putranya, Francisco de Montejo El Mozo, melancarkan kampanye-kampanye militer melawan negara-negara Maya kecil di Semenanjung Yukatan pada tahun 1527, dan mereka berhasil menaklukkan bagian utara semenanjung tersebut pada tahun 1546.[105] Maka hanya kerajaan-kerajaan Maya di Cekungan Petén yang tersisa.[106] Pada tahun 1697, Martín de Ursúa menyerbu ibu kota suku Itza di Nojpetén, sehingga kota Maya terakhir yang merdeka jatuh ke tangan Spanyol.[107]
Walaupun telah ditaklukan oleh bangsa Spanyol, banyak desa-desa terpencil Maya yang masih berada di luar kendali pemerintahan kolonial Spanyol. Komunitas-komunitas dan keluarga inti Maya tetap mempertahankan kehidupan tradisional mereka.[108] Makanan pokok Mesoamerika masih berupa jagung dan kacang, meskipun produksi pertanian dapat ditingkatkan berkat masuknya alat-alat besi. Kerajinan tangan tradisional seperti tekstil, keramik, dan keranjang masih tetap dilakukan. Pasar-pasar dan perdagangan produk setempat masih berlanjut setelah masa penaklukan. Kadang-kadang pemerintah kolonial mendukung ekonomi tradisional agar mereka dapat memperoleh upeti dalam bentuk keramik atau tekstil kapas, walaupun barang-barang ini biasanya dibuat sesuai dengan kebutuhan Eropa. Kepercayaan dan bahasa orang-orang Maya juga sulit untuk diubah, meskipun misionaris-misionaris Katolik telah berjuang untuk mengubah mereka.[109] Kalender ritual tzolk'in sepanjang 260 hari masih dipakai di komunitas-komunitas Maya modern di Dataran Tinggi Guatemala dan Chiapas,[110][111] dan saat ini terdapat jutaan penutur bahasa-bahasa Maya yang tinggal di wilayah nenek moyang mereka.[112]
Penyelidikan peradaban Maya
Petugas-petugas Gereja Katolik menulis catatan sejarah yang lengkap mengenai bangsa Maya untuk membantu upaya mereka menyebarkan agama Katolik dan juga untuk menjadikan mereka bagian dari Imperium Spanyol.[113] Kemudian para pastor dan pejabat kolonial Spanyol meninggalkan catatan-catatan mengenai reruntuhan-reruntuhan yang mereka kunjungi di Yukatan dan Amerika Tengah.[114] Pada tahun 1839, seorang pengelana dan penulis Amerika Serikat yang bernama John Lloyd Stephens berangkat untuk mengunjungi beberapa situs Maya bersama dengan arsitek Inggris Frederick Catherwood.[115] Catatan-catatan yang mereka tulis mengenai reruntuhan-reruntuhan Maya berhasil meningkatkan ketertarikan orang-orang dan membuat Maya menjadi perhatian dunia.[113] Pada akhir abad ke-19, dilakukan pencatatan dan pemulihan tulisan-tulisan etnohistoris mengenai Maya, dan langkah-langkah untuk mengurai hieroglif Maya juga dimulai.[116]
Bidang arkeologi ilmiah modern terlahir di wilayah Maya pada dua dasawarsa terakhir abad ke-19, yang dirintis oleh karya-karya Alfred Maudslay dan Teoberto Maler.[117] Pada awal abad ke-20, Museum Peabody mensponsori penggailan di Copán dan Semenanjung Yukatan.[118] Selain itu, selama dua dasawarsa pertama abad ke-20, upaya untuk mengurai kalender Maya telah mengalami kemajuan, sehingga nama dewa-dewi, tanggal, dan konsep-konsep keagamaan telah diidentifikasi.[119] Semenjak dasawarsa 1930-an, penjelajahan arkeologis meningkat pesat, dan penggalian-penggalian berskala besar pun dilakukan di berbagai wilayah Maya.[120]
Pada dasawarsa 1960-an, ahli Maya J. Eric S. Thompson menyebarkan gagasan bahwa kota-kota Maya pada dasarnya adalah pusat upacara yang kosong untuk para penduduk yang tersebar di hutan, dan menurutnya peradaban Maya diperintah oleh para astronom-imam yang damai.[121] Gagasan-gagasan tersebut dipatahkan akibat kemajuan dalam upaya mengurai aksara Maya pada akhir abad ke-20, yang dipelopori oleh Heinrich Berlin, Tatiana Proskouriakoff, dan Yuri Knorozov.[122] Berkat terobosan-terobosan dalam upaya memahami aksara Maya semenjak dasawarsa 1950-an, telah diketahui bahwa raja-raja Maya Klasik gemar berperang, sehingga pandangan bahwa peradaban Maya adalah peradaban yang damai sudah tidak dapat dipertahankan lagi.[123]
Politik
Tidak seperti Aztek dan Inka, wilayah-wilayah Maya tidak pernah disatukan oleh suatu negara atau kekaisaran. Sepanjang sejarahnya, wilayah Maya terdiri dari berbagai macam masyarakat berpemerintahan, termasuk negara dan chiefdom. Terdapat hubungan yang rumit di antara masyarakat berpemerintahan ini; mereka tidak hanya saling bersekutu ataupun bermusuhan, tetapi juga saling mendominasi ataupun tunduk dengan satu sama lain hingga membentuk hubungan vasal. Pada masa-masa tertentu, masyarakat berpemerintahan tertentu berhasil berkembang menjadi kekuatan di tingkatan daerah, seperti Calakmul, Caracol, Mayapan, dan Tikal. Berdasarkan bukti-bukti yang terandalkan, masyarakat berpemerintahan pertama yang dibentuk di dataran rendah Maya berasal dari abad ke-9 SM.[124] Pada zaman Praklasik Akhir, sistem politik Maya berkembang menjadi sistem teopolitik, dengan ideologi elit yang menjustifikasi wewenang penguasa, dan wewenang ini diperkuat lewat pertunjukan di muka umum, ritual, dan agama.[125] "Raja dewata" menjadi pusat kekuatan politik dan memiliki kendali tertinggi atas pemerintahan, ekonomi, peradilan, dan militer. Dengan wewenang dewata yang ada di tangan penguasa, ia dapat mengerahkan ningrat dan rakyat jelata untuk melancarkan proyek-proyek raksasa, dan tampaknya ia dapat melakukan hal tersebut tanpa memerlukan polisi ataupun tentara.[126] Beberapa masyarakat berpemerintahan melancarkan strategi penguatan administrasi dan mengisi jabatan-jabatan administratif dengan para pendukung yang setia alih-alih kerabat mereka sendiri.[127] Di dalam suatu masyarakat berpemerintahan, pusat-pusat populasi yang memiliki peringkat menengah juga memainkan peranan penting dalam mengatur sumber daya dan konflik internal.[128]
Panggung perpolitikan Maya sangatlah rumit dan elit-elit Maya saling bersekongkol dan memperdaya agar mereka dapat lebih unggul daripada tetangga-tetangganya secara ekonomi maupun sosial.[129] Pada zaman Klasik Akhir, beberapa kota dapat mendominasi kota-kota besar lainnya dalam rentang waktu yang panjang, seperti kota Caracol yang mendominasi Naranjo selama setengah abad. Dalam contoh lain, jaringan persekutuan yang renggang dibentuk di sekitar sebuah kota yang dominan.[130] Permukiman-permukiman perbatasan, yang biasanya terletak di tengah-tengah di antara ibu kota-ibu kota yang saling bertetangga, sering kali berpaling dari satu pihak ke pihak yang lain sepanjang sejarahnya, dan pada masa tertentu juga bertindak secara independen.[131] Ibu kota-ibu kota yang dominan memungut upeti berupa barang-barang mewah dari pusat penduduk yang telah ditundukkan.[132] Kekuatan politik diperkuat oleh kekuatan militer, dan penangkapan prajurit musuh dan kehinaan yang dirasakan olehnya merupakan unsur penting dalam budaya elit. Rasa kehormatan dan kebanggaan yang begitu besar di kalangan ningrat prajurit dapat mengakibatkan perseteruan dan upaya pembalasan dendam, sehingga memicu ketidakstabilan politik dan perpecahan masyarakat berpemerintahan.[133]
Semenjak zaman Praklasik Awal, masyarakat Maya terbagi menjadi golongan elit dan rakyat jelata. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, berbagai sektor masyarakat menjadi semakin terspesialisasi, dan organisasi politik pun menjadi lebih rumit.[134] Pada zaman Klasik Akhir, ketika jumlah penduduk telah membludak dan ratusan kota terhubung dalam jaringan hierarki politik yang rumit, segmen masyarakat yang kaya juga berlipat ganda.[135] Golongan menengah mungkin juga telah muncul, yang mencakup perajin, imam dan pejabat berpangkat rendah, pedagang, dan prajurit. Rakyat jelata meliputi petani, hamba, buruh, dan budak.[136] Menurut sejarah penduduk asli, tanah dimiliki secara komunal oleh keluarga atau klan bangsawan. Klan semacam itu menyatakan bahwa tanah mereka merupakan tanah nenek moyang klan mereka, dan hubungan antara tanah dengan nenek moyang diperkuat dengan penguburan orang mati di daerah perumahan.[137]
Raja dan istana
Pada zaman Maya Klasik, terdapat budaya kerajaan yang dapat dilihat dalam seni rupa dari zaman tersebut. Raja menjadi penguasa tertinggi dan memiliki status setengah dewa yang menjadikannya penengah antara dunia manusia dengan dunia para dewa. Sedari awal, raja-raja sudah dikaitkan dengan dewa jagung yang menganugerahkan jagung sebagai landasan peradaban Mesoamerika. Sistem pergantian raja di peradaban Maya bersifat patrilineal, dan wewenang kerajaan hanya diserahkan kepada ratu jika hal tersebut diperlukan demi keberlangsungan keluarga kerajaan mereka. Biasanya kekuasaan diturunkan kepada anak laki-laki sulung. Seorang pangeran muda dijuluki ch'ok ("pemuda"), walaupun istilah ini kemudian mengacu kepada bangsawan pada umumnya. Calon penerus kerajaan disebut b'aah ch'ok ("kepala pemuda"). Masa kecil seorang pangeran muda diiringi dengan ritual-ritual, salah satunya adalah ritual pengeluaran darah pada umur lima atau enam tahun. Meskipun keturunan raja adalah faktor yang amat sangat penting, calon penerus juga harus bisa menjadi pemimpin perang yang cakap, dan hal ini dapat ditunjukkan dengan menawan musuh. Pemahkotaan raja baru sendiri merupakan upacara yang rumit dan meliputi berbagai kegiatan seperti pemahkotaan di atas kursi kulit jaguar, pengorbanan manusia, serta penerimaan lambang kekuasaan kerajaan, seperti ikat kepala dengan hiasan giok yang melambangkan "dewa pelawak", ikat kepala yang dihiasi dengan bulu-bulu quetzal, dan tongkat kerajaan yang melambangkan dewa K'awiil.[140]
Pemerintahan politik Maya yang berpusat di istana kerajaan bukanlah sebuah lembaga birokrasi. Pemerintahannya bersifat hierarkis, dan jabatan-jabatan resmi disponsori oleh anggota ningrat berpangkat tinggi; pejabat-pejabat biasanya diangkat ke jabatan yang lebih tinggi pada masa hidup mereka. Pejabat-pejabat dianggap "dimiliki" oleh sponsor mereka, dan hubungan ini masih berlanjut bahkan setelah kematian sang sponsor.[141] Istana kerajaan Maya merupakan lembaga politik yang dinamis.[142] Tidak terdapat struktur yang seragam untuk semua istana kerajaan Maya; setiap masyarakat berpemerintahan memiliki sistem istana kerajaan yang sesuai dengan latar belakang mereka.[143] Sejumlah gelar kerajaan dan bangsawan telah diidentifikasi oleh para ahli epigrafi yang menerjemahkan inskripsi-inskripsi Maya Klasik. Ajaw biasanya diterjemahkan menjadi "penguasa" atau "raja". Pada zaman Klasik Awal, ajaw adalah penguasa kota. Kemudian, struktur sosial menjadi semakin rumit, dan ajaw pun menjadi anggota golongan penguasa, dan satu kota bisa memiliki lebih dari satu golongan penguasa, masing-masing berkuasa di daerah yang berbeda.[144] Penguasa tertinggi membedakan diri mereka dari para bangsawan dengan membubuhkan kata k'uhul di depan gelar ajaw mereka. Seorang k'uhul ajaw adalah "penguasa dewata", awalnya hanya untuk raja dengan garis keturunan kerajaan yang paling bermartabat dan kuno.[145]Kalomte juga merupakan gelar kerajaan yang belum diketahui secara pasti maknanya, tetapi gelar ini hanya dimiliki oleh raja-raja terkuat dari dinasti yang paling kuat pula. Gelar ini mungkin berarti penguasa yang lebih tinggi daripada yang lain, atau raja di atas raja-raja lain, dan gelar ini hanya digunakan pada zaman Klasik.[144][145] Pada zaman Klasik Akhir, kekuasaan absolut k'uhul ajaw telah melemah, dan sistem politik telah meluas hingga mencakup lebih banyak kelompok ningrat, tetapi mungkin perluasannya sudah terlalu berlebihan.[146]
Peringkat sajal berada di bawah ajaw, dan mungkin sajal merupakan penguasa yang tunduk kepada atasannya. Sajal setara dengan penguasa tingkat dua atau tiga, dan bertanggung jawab kepada ajaw, walaupun terdapat kemungkinan bahwa ajaw sendiri juga tunduk kepada kalomte.[144] Seorang sajal sering kali berperan sebagai pemimpin perang atau gubernur, dan inskripsi-inskripsi sering kali mengaitkan gelar sajal dengan peperangan; mereka sering disebutkan sebagai orang yang menawan musuh dalam perang.[149]Sajal berarti "yang ditakuti".[150] Sementara itu, gelar ah tz'ihb dan ah ch'ul hun berkaitan dengan juru tulis. Ah tz'ihb adalah seorang juru tulis kerajaan dan biasanya merupakan anggota keluarga kerajaan; ah ch'ul hun adalah Penjaga Buku Suci, gelar yang sangat terkait dengan gelar ajaw, sehingga menyiratkan bahwa ajaw juga memegang gelar ah ch'ul hun secara bersamaan.[151] Gelar-gelar istana lainnya (yang tidak diketahui peranannya) adalah yajaw k'ahk' ("Penguasa Api"), ti'huun, dan ti'sakhuun. Ti'huun dan ti'sakhuun mungkin merupakan ragam dari gelar yang sama,[152] dan antropolog Marc Zender menduga bahwa pemilik gelar ini mungkin merupakan juru bicara penguasa.[153] Gelar-gelar istana sangat berorientasi pada pria, dan jarang sekali yang berlaku untuk wanita, dan dalam contoh-contoh tertentu gelar ini hanya menjadi sebutan kehormatan untuk wanita.[154] Elit-elit yang memiliki gelar sering kali dikaitkan dengan bangunan-bangunan tertentu di dalam inskripsi hieroglif kota-kota zaman Klasik, yang menunjukkan bahwa pemegang jabatan tersebut mungkin menguasai struktur tersebut, atau struktur tersebut merupakan pusat kegiatan mereka.[155]Lakam mungkin merupakan satu-satunya pemegang jabatan non-elit di istana kerajaan.[141]Lakam hanya dapat ditemui di situs-situs besar dan tampaknya mereka bertanggung jawab mengurus perpajakan di daerah-daerah setempat.[141]
Kemungkinan terdapat beberapa faksi di dalam istana kerajaan. K'uhul ahaw dan rumah tangganya mungkin menjadi pusat kekuasaan, sementara kelompok-kelompok penting lainnya adalah kelompok imam, ningrat prajurit, dan ningrat abdi dalem lainnya. Di tempat yang memiliki dewan penguasa, seperti di Chichen Itza dan Copán, mungkin terdapat faksi-faksi tambahan di dalam dewan tersebut. Persaingan di antara faksi-faksi yang berbeda menghasilkan lembaga politik yang dinamis akibat adanya perselisihan dan kompromi. Dalam keadaan semacam itu, pertunjukan di muka umum sangatlah penting. Pertunjukan-pertunjukan yang dilakukan meliputi tarian ritual, penyajian tawanan perang, pengorbanan upeti, pengorbanan manusia, serta ritual keagamaan.[156]
Rakyat jelata
Rakyat jelata diperkirakan mencakup lebih dari 90% populasi, tetapi tidak banyak yang diketahui mengenai mereka. Rumah-rumah mereka umumnya dibangun dari bahan-bahan yang tidak tahan lama, dan jenazah-jenazah mereka tidak banyak yang tersisa dalam peninggalan arkeologis. Beberapa rumah rakyat jelata didirikan di atas permukaan yang ditinggikan, dan permukaan-permukaan ini dapat diidentifikasi, tetapi rumah-rumahnya tidak. Rumah-rumah semacam ini hanya dapat diketahui keberadaannya dengan melakukan survei penginderaan jauh di wilayah yang kelihatannya kosong.[157] Rakyat jelata terdiri dari berbagai macam kelompok; cakupannya adalah semua orang yang tidak memiliki darah biru, sehingga meliputi semua orang dari petani yang paling miskin hingga perajin kaya dan rakyat jelata yang terpilih untuk mengisi jabatan pemerintahan.[158] Rakyat jelata melakukan kegiatan-kegiatan produksi, termasuk produksi untuk memenuhi kebutuhan kelompok elit (seperti kapas dan kakao), tanaman-tanaman untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan barang-barang yang berguna seperti keramik dan alat batu.[159] Rakyat jelata ikut berperang, dan mereka dapat meningkatkan status sosial mereka dengan menjadi seorang prajurit yang cakap.[160] Rakyat jelata membayar pajak kepada elit dalam bentuk barang-barang pokok seperti tepung jagung dan hasil buruan.[132] Kemungkinan rakyat jelata yang bekerja keras dan menunjukkan bakat yang luar biasa dapat menjadi anggota masyarakat yang berpengaruh.[161]
Peperangan
Arca dari Pulau Jaina yang menggambarkan prajurit zaman Klasik
Peperangan merajalela di peradaban Maya. Kampanye militer dilancarkan dengan berbagai alasan, seperti upaya untuk mengendalikan jalur dagang, mendapatkan upeti, memperoleh tawanan, memperkuat negara, atau bahkan untuk memusnahkan negara musuh. Tidak banyak yang diketahui mengenai susunan, logistik, atau pelatihan militer dalam peradaban Maya. Peperangan digambarkan dalam seni Maya dari zaman Klasik, dan peperangan dan kemenangan disebutkan di dalam inskripsi-inskripsi hieroglif.[162] Namun, inskripsi-inskripsi tersebut sering kali tidak menjelaskan penyebab perang, atau seperti apa perang yang terjadi.[163] Pada abad ke-8 hingga ke-9, peperangan besar mengakibatkan keruntuhan kerajaan-kerajaan di kawasan Petexbatún di Petén barat.[163] Ditinggalkannya kota Aguateca secara mendadak oleh para penduduknya telah memberikan kesempatan bagi para ahli untuk menyelidiki sisa-sisa persenjataan Maya langsung di tempatnya.[164] Aguateca tampaknya diserbu oleh musuh yang tidak diketahui jati dirinya sekitar tahun 810 M. Pertahanan kota tersebut berhasil ditembus dan istana kerajaannya dibakar. Penduduk elit di kota tersebut melarikan diri atau ditangkap, dan tidak pernah kembali untuk mengambil harta benda yang telah ditinggalkan. Para penduduk di wilayah pinggiran meninggalkan kota tersebut tidak lama sesudahnya. Ini adalah contoh peperangan yang dikobarkan oleh musuh untuk memusnahkan suatu negara alih-alih sekadar menundukkannya. Penelitian di Aguateca juga menunjukkan bahwa prajurit-prajurit zaman Klasik kebanyakan adalah anggota kelompok elit.[165]
Para penguasa Maya diharapkan juga menjadi pemimpin perang yang andal paling tidak semenjak zaman Praklasik. Mereka digambarkan dengan kepala-kepala musuh yang menggantung di sabuknya. Pada zaman Klasik, lambang kemenangan semacam itu tidak lagi muncul di sabuk raja, tetapi raja-raja zaman Klasik sering kali digambarkan berdiri di atas para tawanan perang yang dipermalukan.[162] Raja-raja Maya memimpin perang sebagai panglima hingga penghujung zaman Pascaklasik. Inskripsi-inskripsi Maya dari zaman Klasik juga menunjukkan bahwa seorang raja yang kalah perang dapat ditawan, disiksa, dan dikorbankan.[160] Sementara itu, bangsa Spanyol mencatat bahwa pemimpin-pemimpin Maya menggunakan buku-buku bergambar agar tetap dapat mengetahui pergerakan pasukan mereka.[166]
Nasib negara yang kalah perang tidak selalu sama. Kadang-kadang seluruh kota akan dijarah dan tidak lagi dimukimi, seperti yang terjadi di Aguateca.[167] Dalam contoh lain, para pemenang akan menawan penguasa dan anggota keluarga mereka. Bangsawan-bangsawan yang ditawan dapat dijebloskan ke penjara atau malah dikorbankan. Sementara itu, ada pula negara-negara yang bernasib lebih baik, karena mereka hanya perlu membayar upeti kepada para pemenang.[168]
Prajurit
Pada periode Kontak, telah diketahui bahwa pangkat-pangkat militer tertentu dikuasai oleh anggota golongan ningrat dan diturunkan secara patrilineal. Kemungkinan pengetahuan khusus yang melekat pada tugas-tugas militer tertentu diajarkan kepada penerus, termasuk strategi, ritual, dan tarian perang.[160] Pasukan Maya pada periode Kontak sangat disiplin, dan para prajurit mengikuti pelatihan secara berkala. Setiap laki-laki dewasa yang sehat jasmani dapat diwamilkan. Terdapat pula satuan-satuan tentara bayaran yang mengikuti seorang pemimpin.[169] Namun, sebagian besar prajurit biasa tidak bekerja purnawaktu, karena kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani; hasil panen mereka biasanya dibutuhkan sebelum perang.[170] Peperangan Maya sendiri sebenarnya tidak mengutamakan pemusnahan musuh, tetapi lebih ke upaya untuk memperoleh tawanan dan menjarah.[171]
Terdapat beberapa bukti dari zaman Klasik yang menunjukkan bahwa perempuan turut membantu dalam peperangan, tetapi mereka sama sekali tidak berperan sebagai perwira militer, kecuali untuk beberapa ratu penguasa.[172] Pada zaman Pascaklasik, kronik-kronik Maya menunjukkan bahwa perempuan kadang-kadang ikut bertempur.[160]
Senjata
Atlatl mulai diperkenalkan di wilayah Maya oleh Teotihuacan pada zaman Klasik Awal.[174] Senjata ini merupakan sebuah tongkat sepanjang 0,5 m dengan ujung yang bertakik untuk memasang anak panah atau lembing.[175] Tongkat ini digunakan untuk melemparkan anak panah atau lembing dengan kekuatan yang lebih besar dan juga dengan ketepatan yang lebih tinggi daripada sekadar melempar dengan tangan kosong.[174] Bukti berupa ujung-ujung pedang batu yang diperoleh dari Aguateca menunjukkan bahwa anak panah dan tombak merupakan senjata utama prajurit Maya Klasik.[176] Rakyat jelata menggunakan suatu senjata tiup yaitu sumpitan selama perang dan juga untuk berburu.[174] Panah juga merupakan senjata lain yang dipakai oleh orang-orang Maya kuno untuk berperang dan berburu.[163] Walaupun panah sudah hadir di wilayah Maya pada zaman Klasik, penggunaannya sebagai senjata perang tidak terlalu disukai;[177] senjata tersebut baru sering digunakan pada zaman Pascaklasik.[174] Sementara itu, orang-orang Maya pada periode Kontak menggunakan pedang dua tangan yang terbuat dari kayu yang kuat dengan bilah yang terbuat dari obsidian,[178] mirip dengan macuahuitl di peradaban Aztek. Prajurit-prajurit Maya mengenakan pelindung tubuh berupa lapisan kapas yang telah direndam dalam air garam agar menjadi semakin kuat.[179] Para prajurit juga menggunakan perisai dari kayu atau kulit hewan yang dihiasi dengan bulu-bulu dan kulit hewan.[170]
Perdagangan
Perdagangan merupakan unsur yang penting dalam masyarakat Maya dan juga dalam perkembangan peradabannya. Kota-kota besar biasanya mengendalikan akses menuju sumber daya terpenting. Kota-kota seperti Kaminaljuyu dan Q'umarkaj di dataran tinggi Guatemala dan Chalchuapa di El Salvador mengendalikan akses menuju sumber batuan obsidian pada masa-masa tertentu dalam sejarah Maya. Kota-kota terpenting di Semenanjung Yukatan utara juga menguasai akses menuju sumber garam.[180] Pada zaman Pascaklasik, orang-orang Maya terlibat dalam perdagangan budak di wilayah Mesoamerika.[181]
Orang Maya melakukan perdagangan jarak jauh yang melintasi kawasan Maya, wilayah Mesoamerika yang lain, serta wilayah di luarnya. Sebagai contoh, di kota Teotihuacan di Meksiko tengah, telah ditemukan kampung pedagang dari Maya Klasik.[182] Di wilayah Mesoamerika yang berada di luar wilayah Maya, jalur dagang berpusat di Meksiko tengah dan pesisir Teluk Meksiko. Pada zaman Klasik Awal, Chichen Itza merupakan pusat jaringan perdagangan besar yang mengimpor piringan-piringan emas dari wilayah Kolombia dan Panama modern, serta batu pirus dari wilayah Los Cerrillos modern di New Mexico. Perdagangan jarak jauh untuk memperoleh barang mewah dan barang sehari-hari kemungkinan dikendalikan oleh keluarga kerajaan. Barang-barang mewah yang dibeli dari luar digunakan oleh penguasa kota dan juga untuk dihadiahkan kepada sekutu dan vasal.[180]
Jalur dagang tidak hanya memasok barang-barang fisik, tetapi juga memungkinkan pergerakan manusia dan gagasan-gagasan di wilayah Mesoamerika.[183] Jalur dagang dapat mengalami pergeseran akibat jatuh bangun kota-kota besar di wilayah Maya, dan pergeseran tersebut diketahui terjadi setiap kali terjadi perubahan besar dalam peradaban Maya, seperti kebangkitan peradaban Maya Praklasik, peralihan menuju peradaban Klasik, serta keruntuhan peradaban Klasik Terminal.[180] Bahkan penaklukan oleh bangsa Spanyol tidak serta merta mengakhiri kegiatan perdagangan Maya;[180] sebagai contoh, suku Manche Ch'ol pada periode Kontak memperdagangkan kakao, annatto, dan vanilla ke daerah kolonial Verapaz.[184][185]
Pedagang
Tidak banyak yang diketahui mengenai para pedagang Maya, walaupun mereka digambarkan mengenakan pakaia ningrat dalam keramik-keramik Maya. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak beberapa pedagang merupakan anggota golongan ningrat. Selama periode Kontak, bangsawan Maya tidak lagi melakukan perdagangan jarak jauh.[186] Kebanyakan pedagang merupakan anggota golongan menengah, dan mereka lebih sering terlibat dalam perdagangan di tingkatan setempat atau kedaerahan alih-alih pergi ke tempat nun jauh yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok elit.[187] Pedagang yang berkelana ke wilayah asing yang berbahaya diibaratkan seperti sedang melewati dunia bawah; dewa-dewa pelindung pedagang adalah dewa-dewa dunia bawah yang membawa tas. Saat pedagang sedang berkelana, mereka mengecat diri mereka dengan warna hitam, seperti dewa pelindung mereka, dan mereka juga memiliki persenjataan lengkap.[182]
Peradaban Maya tidak memiliki hewan pengangkut, sehingga semua barang yang diperdagangkan dibawa oleh tenaga kasar jika jalurnya adalah jalur darat; jika jalurnya melintasi sungai atau pesisir, barang diangkut dengan menggunakan kano.[188] Sebuah kano dagang Maya yang besar ditemukan di lepas pantai Honduras selama perjalanan keempat Kristoforus Kolumbus. Kano tersebut terbuat dari batang pohon besar yang telah dilubangi dan memiliki jerubung palem. Kano ini memiliki lebar 2,5 m dan didorong oleh 25 pendayung. Barang-barang yang diangkut oleh kapal tersebut meliputi kakao, obsidian, keramik, tekstil, makanan, dan minuman untuk awaknya, serta lonceng dan kapak tembaga.[189]Biji kakao digunakan sebagai mata uang (walaupun bukan satu-satunya), dan biji tersebut sangat berharga sampai-sampai terjadi pemalsuan dengan mengeluarkan dagingnya dan menggantikannya dengan tanah atau kotoran avokad.[190]
Pasar
Para arkeolog menghadapi kesulitan dalam menemukan pasar Maya kuno.[191] Namun, bangsa Spanyol melaporkan bahwa ekonomi pasar sudah ada di wilayah Maya saat mereka tiba di wilayah tersebut.[192] Di beberapa kota pada zaman Klasik, para arkeolog telah mengidentifikasi struktur batu seperti gang beratap dan penjajaran batu-batu yang tersebar sebagai fondasi tempat-tempat dagang permanen.[193] Pada tahun 2007, hasil penelitian terhadap tanah dari pasar modern di Guatemala dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari analisis tempat yang diduga pernah menjadi tempat berdirinya pasar kuno di Chunchucmil. Terdapat kadar seng dan fosfor yang terlampau tinggi di kedua tempat tersebut, sehingga mungkin pernah berlangsung kegiatan produksi pangan dan penjualan sayur mayur yang serupa. Kepadatan tempat-tempat penjualan di Chunchucmil menunjukkan bahwa ekonomi pasar sudah ada pada zaman Klasik Awal.[194] Semakin banyak pula arkeolog yang telah mengidentifikasi pasar di berbagai kota Maya dengan memadukan metode arkeologi dan analisis tanah.[195][196] Sementara itu, pada masa ketika bangsa Spanyol tiba di wilayah Maya, kota-kota di dataran tinggi memiliki pasar di alun-alun permanen, dan pejabat-pejabat hadir di tempat untuk menyelesaikan sengketa, menegakkan aturan, dan memungut pajak.[197]
Seni Maya pada dasarnya adalah seni istana kerajaan. Seni ini hampir seluruhnya berkaitan dengan elit Maya dan dunia mereka. Seni Maya dibuat dari bahan-bahan yang tahan lama dan tidak tahan lama, dan berperan dalam mengaitkan orang-orang Maya dengan nenek moyang mereka. Walaupun jumlah karya seni Maya yang telah ditemukan saat ini tidak sebanding dengan jumlah karya seni Maya yang pernah dibuat dalam sejarah, karya seni tersebut berkaitan dengan subjek yang lebih beranekaragam dibanding dengan tradisi-tradisi seni lainnya di benua Amerika.[200] Seni Maya memiliki banyak gaya kedaerahan, dan juga merupakan seni yang unik di Amerika kuno karena mengandung teks-teks narasi.[201] Kebanyakan karya seni Maya terluhur yang telah ditemukan berasal dari zaman Klasik Akhir.[202]
Orang-orang Maya kuno menyukai warna hijau atau biru-hijau, dan menggunakan kata yang sama untuk warna biru dan hijau. Sejalan dengan hal ini, mereka juga sangat menghargai batu giok berwarna hijau apel dan juga batu-batu hijau lainnya, dan mengaitkan batu-batu tersebut dengan dewa matahari K'inich Ajau. Mereka membuat artefak-artefak yang meliputi tessera, manik-manik, hingga ukiran kepala dengan massa 4,42 kg.[203] Bangsawan-bangsawan Maya gemar menajamkan gigi mereka, dan beberapa penguasa memasang giok yang bertatah di gigi mereka. Topeng-topeng pemakaman juga dapat dibuat dari batu giok, seperti topeng pemakaman K'inich Janaab' Pakal, raja Palenque.[204]
Arca kayu dari zaman Klasik Awal, mungkin arca ini dulu memiliki cermin[205]
Pahatan-pahatan batu Maya muncul dalam peninggalan arkeologis sebagai sebuah tradisi yang telah berkembang seutuhnya, dan mungkin tradisi ini berasal dari tradisi pemahatan kayu.[206] Bahan kayu tidaklah tahan lama, sehingga kebanyakan karya-karya seni kayu Maya sudah hilang ditelan zaman. Walaupun begitu, terdapat beberapa artefak kayu yang masih bertahan, termasuk pahatan-pahatan tiga dimensi dan panel-panel hieroglif.[207] Sementara itu, prasasti batu Maya tersebar luas di kota-kota, dan sering kali dipasangkan dengan batu bundar yang disebut "altar" dalam literatur.[208] Pahatan-pahatan batu juga memiliki bentuk-bentuk yang lain, seperti panel reliefgamping di Palenque dan Piedras Negras.[209] Di Yaxchilan, Dos Pilas, Copán, dan situs-situs lainnya, tangga batu dihiasi dengan pahatan.[209][210] Tangga yang dihiasi dengan hieroglif di Copán merupakan teks hieroglif terpanjang di peradaban Maya yang telah ditemukan sejauh ini, yang terdiri dari 2.200 glif.[210]
Pahatan-pahatan terbesar di peradaban Maya adalah tampak depan arsitektur yang dibuat dari stuko. Bentuk kasarnya ditata di pangkal plaster biasa yang melapisi tembok, dan bentuk tiga dimensinya dibuat dengan menggunakan batu-batu kecil. Kemudian bentuk yang sudah ada akan dilapisi dengan stuko dan dibentuk sesuai dengan keinginan; bentuk-bentuk tubuh manusia mula-mula dibuat, dan kemudian kostumnya baru ditambahkan. Hasil pahatan stukonya kemudian dilukis.[211] Topeng stuko raksasa sendiri digunakan untuk menghiasi tampak depan kuil pada zaman Praklasik Akhir, dan hiasan semacam tersebut masih digunakan pada zaman Klasik.[212]
Bangsa Maya memiliki tradisi panjang dalam seni melukis tembok; tembok-tembok polikrom (dekorasi dengan berbagai macam warna) telah ditemukan dalam penggalian di San Bartolo dan berasal dari sekitar tahun 300 hingga 200 SM.[213] Tembok-tembok dilapisi dengan plaster, dan rancangan-rancangan polikrom kemudian dilukiskan. Kebanyakan dari lukisan dinding semacam itu telah hilang ditelan zaman, tetapi makam-makam dari zaman Klasik Awal yang dilukis dengan warna krem, merah, dan hitam telah ditemukan dalam penggalian di Caracol, Río Azul, dan Tikal. Salah satu contoh lukisan dinding yang paling terjaga kondisinya adalah lukisan-lukisan dari zaman Klasik Akhir di Bonampak.[214]
Lukisan dinding di Bonampak dari zaman Klasik Akhir
Rijang dan obsidian memiliki daya guna yang besar dalam kebudayaan Maya, tetapi banyak pula yang dipakai bukan untuk membuat alat.[216] "Rijang eksentrik" adalah salah satu artefak batu terluhur yang dihasilkan di peradaban Maya kuno.[217] Karya seni semacam itu sangat sulit untuk dibuat[218] dan membutuhkan keterampilan yang tinggi. Selain itu, obsidian-obsidian eksentrik besar memiliki panjang yang dapat melebihi 30 cm.[219] Bentuknya bermacam-macam, tetapi biasanya yang digambarkan adalah manusia, hewan, dan bentuk-bentuk geometri yang terkait dengan agama Maya.[218] Rijang-rijang eksentrik memiliki bentuk yang lebih beranekaragam, seperti sabit, salib, ular, dan kalajengking.[220] Contoh yang paling besar dan rumit merupakan penggambaran kepala-kepala manusia, dengan kepala-kepala kecil yang kadang bercabang dari kepala yang lebih besar.[221]
Tekstil buatan Maya sangat jarang ditemui dalam peninggalan arkeologis, meskipun perbandingan dengan kebudayaan-kebudayaan pra-Kolumbus lainnya (seperti Aztek dan peradaban-peradaban Andes) menunjukkan bahwa tekstil mungkin merupakan barang yang bernilai tinggi.[222] Beberapa potong tekstil telah ditemukan oleh arkeolog, tetapi bukti terbaik yang menunjukkan karya seni tekstil adalah penggambaran karya seni tersebut dalam karya-karya lain, seperti lukisan dinding atau keramik. Berdasarkan penggambaran sekunder semacam itu, elit-elit di istana Maya mengenakan pakaian-pakaian yang indah; pakaian-pakaian tersebut kemungkinan terbuat dari kapas, tetapi pakaian berbahan kulit jaguar atau rusa juga telah digambarkan.[223]
Bejana keramik yang dihiasi lukisan, berasal dari Sacul
Seni keramik merupakan jenis seni Maya yang paling umum bertahan hingga kini. Orang-orang Maya tidak mengenal roda tembikar, dan bejana-bejana Maya dibuat dengan teknik melingkar (coiling). Tembikar Maya tidak diglasir, tetapi hasil akhirnya sering kali dipoles. Keramik Maya dilukis dengan slip tanah liat yang dicampur dengan mineral dan tanah liat berwarna. Teknik pembakaran di Maya kuno sendiri masih belum dapat direka ulang.[224] Sementara itu, arca-arca keramik telah ditemukan dalam penggalian makam-makam zaman Klasik Akhir di Pulau Jaina, Yukatan utara. Tinggi arca-arca ini berkisar antara 10 hingga 25 cm.[225] Keramik-keramik polikrom berlanggam Ik, termasuk bejana berbentuk tabung dan piring-piring yang dihiasi dengan lukisan, juga telah ditemukan di Motul de San José dan berasal dari zaman Klasik Akhir. Karya-karya Ik memiliki hieroglif yang dilukis dengan warna merah jambu atau merah pucat dan adegan-adegan bergambar para penari yang mengenakan topeng. Salah satu ciri yang paling mencolok dari karya-karya tersebut adalah penggambaran subjek sebagaimana mereka terlihat di dunia nyata. Subjek dari keramik-keramik tersebut meliputi kehidupan istana di wilayah Petén pada abad ke-8 M, seperti pertemuan diplomasi, pesta pora, pengeluaran darah, adegan para prajurit, serta pengorbanan tawanan perang.[226]
Tulang belulang (baik tulang manusia maupun hewan) juga dipahat; tulang manusia mungkin menjadi lambang kemenangan atau pusaka nenek moyang.[206] Selain itu, orang-orang Maya sangat menghargai cangkang moluskaSpondylus, dan mereka berupaya menyingkirkan bagian luar yang berwarna putih dan duri-durinya agar bagian dalam yang berwarna jingga dapat terlihat.[227] Sekitar abad ke-10 M, teknologi metalurgi merambah wilayah Mesoamerika dari Amerika Selatan, dan orang-orang Maya mulai membuat benda-benda kecil dari emas, perak, dan tembaga, seperti manik-manik, lonceng, dan piringan. Beberapa abad sebelum penaklukan oleh Spanyol, orang-orang Maya mulai menggunakan teknik cire perdue untuk mengecor kepingan-kepingan logam kecil.[228]
Salah satu jenis seni rakyat Maya yang paling jarang diteliti adalah grafiti.[229] Grafiti tambahan (bukan bagian dari hiasan awal) telah ditorehkan di stuko dinding bagian dalam, lantai, dan kursi di berbagai jenis bangunan, termasuk kuil, tempat tinggal, dan gudang. Grafiti telah ditemukan di 51 situs Maya, khususnya di wilayah Cekungan Petén dan Campeche selatan, serta di wilayah dengan langgam arsitektur Chenes di Yukatan barat laut. Di Tikal telah ditemukan banyak grafiti, dan subjek-subjeknya meliputi gambar kuil, rakyat, dewa-dewi, hewan, panji, dan takhta. Grafiti sering kali dibuat secara serampangan, dan banyak yang saling menindih. Selain itu, grafiti-grafiti di Tikal tidak hanya dibuat oleh tangan-tangan yang tidak terlatih, tetapi juga oleh tangan-tangan seniman yang mengenal tata cara seni pada zaman Klasik.[230]
Sepanjang sejarahnya, peradaban Maya telah meninggalkan berbagai macam warisan arsitektur. Bangunan-bangunan batu yang dibuat oleh orang-orang Maya menunjukkan spesialisasi pekerja dalam masyarakat Maya, organisasi yang terpusat, serta kemampuan politik untuk memobilisasi tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Diperkirakan pembangunan sebuah tempat tinggal elit di Copán membutuhkan sekitar 10.686 hari orang kerja (HOK), sementara pembangunan gubuk untuk rakyat jelata hanya memerlukan 67 HOK.[231][232] Selain itu, diperkirakan bahwa 65% tenaga kerja yang diperlukan untuk membangun tempat tinggal elit dimanfaatkan untuk menambang, mengangkut, dan mengerjakan bebatuan yang diperlukan, sementara 24% tenaga kerja dipakai untuk membuat dan menggunakan plaster berbasis gamping. Secara keseluruhan, diperkirakan perlu dua hingga tiga bulan untuk membangun satu tempat tinggal untuk elit di Copán dengan mengerahkan sekitar 80 hingga 130 pekerja purnawaktu. Kota-kota zaman Klasik seperti Tikal terbentang seluas 20 km2, dengan daerah pusat perkotaan yang mencakup wilayah seluas 6 km2. Dibutuhkan banyak sekali tenaga kerja untuk membangun kota semacam ini dengan jutaan HOK.[233] Struktur terbesar yang pernah ada di peradaban Maya didirikan pada zaman Praklasik.[234] Untuk membangun struktur seperti ini, diperlukan tenaga-tenaga yang berspesialisasi sebagai tukang batu dan plaster serta perancang bangunan yang andal.[233]
Rancangan kota
Kota-kota Maya tidak memiliki perencanaan resmi, sehingga bangunan-bangunan baru ditambahkan secara tidak teratur.[235] Kebanyakan kota-kota Maya mengalami perluasan tidak hanya ke arah luar pusat kota, tetapi juga ke arah atas, karena bangunan-bangunan baru menindih bangunan-bangunan lama.[236] Kota-kota Maya biasanya memiliki pusat pemerintahan dan upacara yang dikelilingi oleh kawasan perumahan.[235] Di pusat kota, terdapat daerah suci yang kadang-kadang dipisahkan dari wilayah permukiman oleh tembok.[237] Di tempat semacam ini, terdapat kuil berbentuk piramida dan struktur-struktur monumental lainnya yang dipakai untuk kegiatan elit, seperti bagian dasar yang menjadi kawasan tempat tinggal elit atau administratif. Monumen-monumen turut didirikan untuk mencatat tindak tanduk dinasti penguasa. Di pusat kota juga terdapat alun-alun, lapangan bola suci, dan bangunan yang berfungsi sebagai pasar dan sekolah.[238] Seringkali terdapat jalan yang menghubungkan pusat kota dengan daerah luar kota.[237] Sementara itu, tempat tinggal yang bersebelahan dengan daerah suci dihuni oleh keluarga-keluarga kaya. Keluarga terkaya dan terbesar dari antara para elit kadang-kadang memiliki pahatan dan seni yang setara dengan seni kerajaan.[238]
Pusat upacara di kota Maya merupakan tempat tinggal kelompok elit, dan tempat dijalankannya fungsi pemerintahan. Di tempat ini pula penduduk kota berkumpul untuk mengikuti kegiatan-kegiatan umum.[235] Daerah-daerah perumahan elit menduduki tanah terbaik di sekitar pusat kota, sementara rakyat jelata tinggal lebih jauh dari pusat upacara. Rumah-rumah elit dibangun di atas landasan batu agar tidak terkena banjir saat musim hujan.[239]
Bahan bangunan dan metode
Orang-orang Maya membangun kota-kota mereka dengan teknologi Neolitikum;[240] bahan-bahan bangunan mereka terdiri dari bahan-bahan yang tidak tahan lama dan juga dari batu. Jenis batu yang dipakai untuk membangun berbeda-beda, tergantung pada sumber daya yang tersedia di daerah sekitar, dan hal ini juga kadang memengaruhi gaya bangunan. Di wilayah-wilayah Maya, batu gamping merupakan sumber daya yang melimpah.[241] Batu gamping di wilayah tersebut relatif lunak jika baru dipotong, tetapi kemudian mengeras setelah terpapar dengan udara. Mutu batu gamping yang tersedia juga bermacam-macam. Batu bermutu tinggi tersedia di wilayah Sungai Usumacinta, sementara di Yukatan utara, batu gamping yang dipakai untuk membangun memiliki mutu yang kurang baik.[240] Batu tuf vulkanik digunakan di Copán, sementara orang-orang Maya di Quiriguá memakai batupasir.[241] Di Comalcalco, batu yang cocok tidak tersedia di wilayah setempat,[242] sehingga bata api-lah yang digunakan.[241] Batu gamping dibakar dengan suhu yang tinggi untuk menghasilkan semen, plaster, dan stuko.[242] Semen yang terbuat dari gamping dipakai untuk merekatkan bangunan-bangunan batu, dan balok-balok batu dibentuk dengan teknik abrasi "tali dan air" dan juga dengan alat-alat obsidian. Orang-orang Maya tidak mengenal roda, sehingga semua muatan diangkut dengan tandu, tongkang, atau didorong dengan kayu gelondongan di bawahnya. Muatan yang berat diangkat dengan menggunakan tali, tetapi kemungkinan tanpa menggunakan katrol.[240]
Kayu dipakai sebagai balok dan ambang, termasuk di struktur-struktur batu.[243] Dalam sejarah Maya, gubuk rakyat jelata dan beberapa kuil dibangun dengan menggunakan tonggak kayu dan jerami. Bata jemuran juga digunakan, yang terdiri dari lumpur yang diperkuat dengan jerami dan dipakai sebagai lapisan pada tembok gubuk hasil anyaman. Seperti kayu dan jerami, bata jemuran sering digunakan oleh orang-orang Maya, bahkan setelah munculnya struktur-struktur batu. Di wilayah Maya selatan, bata jemuran digunakan untuk mendirikan bangunan monumental apabila batu yang cocok tidak tersedia di wilayah setempat.[242]
Jenis bangunan utama
Kota-kota besar di peradaban Maya memiliki kuil-kuil berbentuk piramida, istana, lapangan bola, sacbeob (jalan), patio, dan alun-alun. Beberapa kota juga memiliki sistem hidraulis dan tembok pertahanan. Bagian luar sebagian besar bangunan dihiasi dengan lukisan atau gambar. Banyak bangunan yang juga dihiasi dengan pahatan atau relief stuko yang dilukis.[244]
Istana dan akropolis
Gugus istana dan akropolis biasanya terletak di pusat kota, tepatnya di sebelah alun-alun utama. Istana Maya terdiri dari landasan yang menopang struktur dengan banyak ruangan. Sementara itu, istilah "akropolis" dalam konteks Maya mengacu kepada gugus bangunan yang didirikan di atas landasan dengan tinggi yang berbeda-beda. Istana dan akropolis pada dasarnya adalah daerah tempat tinggal elit. Kawasan ini biasanya terbentang secara horizontal, dan sering kali tidak dapat dimasuki oleh semua orang. Beberapa struktur di akropolis Maya menopang atap khas yang disebut crestería. Ruangannya sering kali memiliki kursi-kursi batu yang dipakai untuk tidur, dan juga lubang yang menandai tempat digantungnya tirai pada zaman dahulu. Istana-istana besar, seperti yang ada di Palenque, dapat dilengkapi dengan persediaan air, dan tempat mandi keringat juga sering ditemui di dalam atau di dekatnya. Pada zaman Klasik Awal, jenazah para penguasa kadang-kadang dikubur di bawah kawasan akropolis.[246] Beberapa ruangan di dalam istana merupakan ruangan takhta; di istana kerajaan di Palenque, terdapat beberapa ruangan takhta yang dipakai untuk menggelar acara-acara penting, termasuk penobatan raja baru.[247]
Istana-istana biasanya tertata di sekitar satu lapangan atau lebih, dan tampak depannya menghadap ke arah dalam; beberapa contoh yang ada juga dihiasi dengan pahatan-pahatan.[248] Beberapa istana memiliki deskripsi-deskripsi hieroglif yang menyatakan bangunan tersebut sebagai kediaman penguasa yang disebutkan namanya. Terdapat banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa istana tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal elit, dan banyak pula kegiatan istana yang berlangsung di dalamnya, termasuk pertemuan, penerimaan tamu secara resmi, dan ritual-ritual penting.[249]
Piramida dan kuil
Kuil-kuil kadang-kadang disebut k'uh nah dalam teks-teks hieroglif, yang berarti "rumah dewa". Kuil-kuil didirikan di atas landasan, dan landasan ini biasanya berupa piramida. Kuil-kuil paling awal yang dibangun kemungkinan merupakan gubuk jerami yang berdiri di atas landasan dengan ketinggian rendah. Pada zaman Praklasik Akhir, tembok-temboknya sudah terbuat dari batu, dan perkembangan pelengkung korbel memungkinkan penggunaan atap batu untuk menggantikan jerami. Pada zaman Klasik, yang menjadi atap kuil adalah atap crestería yang menambah tinggi kuil dan juga berfungsi sebagai fondasi seni monumental. Tempat pemujaan kuil terdiri dari satu hingga tiga ruangan, dan dipersembahkan untuk dewa-dewi yang penting, seperti dewa pelindung kota ataupun nenek moyang yang didewakan.[251] Pada umumnya, piramida yang berdiri sendiri merupakan sebuah tempat pemujaan yang menghormati nenek moyang yang kuat.[252]
Kelompok-kelompok E dan observatorium
Orang-orang Maya sering mengamati matahari, bintang, dan planet.[253] "Kelompok-kelompok E" merupakan istilah yang mengacu kepada susunan kuil-kuil yang umum ditemui di kawasan Maya;[254] namanya berasal dari "Kelompok E" di Uaxactun.[255] Kelompok-kelompok E terdiri dari tiga bangunan kecil yang menghadap ke bangunan keempat. Bangunan-bangunan ini digunakan untuk menandai titik balik matahari dan ekuinoks. Contoh terawal kelompok E berasal dari zaman Praklasik.[254] Kawasan Mundo Perdido di Tikal bermula sebagai struktur Kelompok E yang dibangun menjelang akhir zaman Praklasik Pertengahan.[256][257] Tata letak bangunan-bangunan Kelompok E selalu sama. Sebuah bangunan dibangun di sisi barat alun-alun; biasanya bangunan ini merupakan piramida radial dengan tangga-tangga yang menghadap ke arah-arah mata angin. Piramida ini menghadap ke timur, dan di seberang alun-alun terdapat tiga kuil yang lebih kecil. Dari piramida barat, matahari tampak terbit di atas kuil-kuil ini selama titik balik matahari dan ekuinoks.[253] Bangunan-bangunan Kelompok E terus didirikan di wilayah Maya tengah dan selatan dalam rentang waktu satu milenium; tidak semuanya tersusun secara tepat seperti observatorium, dan bangunan-bangunan ini mungkin lebih bersifat simbolis.[258]
Orang-orang Maya juga membangun bangunan-bangunan lain yang dipakai untuk mengamati pergerakan benda-benda langit.[253] Banyak bangunan Maya yang disesuaikan dengan posisi benda langit, termasuk planet Venus serta berbagai rasi bintang.[254] Bangunan El Caracol di Chichen Itza merupakan bangunan bundar yang terdiri dari beberapa lantai dengan bagian atas yang mengerucut. Di bangunan ini terdapat celah jendela yang menandai pergerakan Venus. Di Copán, sepasang prasasti didirikan untuk menandai posisi matahari terbenam selama ekuinoks.[253]
Piramida triadik
Piramida triadik pertama kali muncul pada zaman Praklasik. Bangunan semacam ini terdiri dari struktur besar yang diapit oleh dua bangunan lebih kecil yang mengarah ke dalam, dan keseluruhan bangunan ini berada di atas sebuah landasan. Piramida triadik terbesar yang telah ditemukan terletak di El Mirador di Cekungan Petén; luas wilayah piramida ini enam kali lebih besar daripada luas wilayah Kuil IV, piramida terbesar di Tikal.[259] Piramida triadik memiliki tangga yang menghubungkan alun-alun utama dengan bagian atas landasan.[260] Sejauh ini masih belum ditemukan bangunan yang menjadi pendahulu piramida triadik, tetapi bangunan bergaya ini mungkin berkembang dari struktur-struktur Kelompok E dari timur.[261] Bentuk triadik merupakan bentuk arsitektur yang lazim di wilayah Petén pada zaman Praklasik Akhir.[262][263] Piramida triadik telah ditemukan paling tidak di 88 situs arkeologi.[264][265] Di Nakbe, terdapat puluhan contoh struktur triadik dan empat struktur terbesar di kota tersebut tergolong sebagai struktur tersebut.[266][261] Di El Mirador, kemungkinan terdapat paling tidak 36 struktur triadik.[267] Contoh bentuk triadik bahkan juga telah ditemukan di Dzibilchaltun di ujung utara Yukatan, serta di Q'umarkaj di Dataran Tinggi Guatemala.[268][269] Semenjak pembangunan piramida triadik yang pertama, bangunan semacam ini tetap menjadi bentuk arsitektur yang populer selama berabad-abad;[261] bangunan ini masih didirikan pada zaman Klasik, dan dapat ditemui di Uaxactun, Caracol, Seibal, Nakum, Tikal, dan Palenque.[268] Contoh di Q'umarkaj merupakan satu-satunya yang berasal dari zaman Pascaklasik.[269] Bentuk piramida triadik yang terdiri dari tiga kuil tampaknya memiliki keterkaitan dengan mitologi Maya.[266]
Lapangan bola
Lapangan bola dari masa Pascaklasik di Zaculeu, Dataran Tinggi Guatemala
Lapangan bola merupakan jenis arsitektur yang unik di wilayah Mesoamerika. Walaupun sebagian besar lapangan bola Maya berasal dari zaman Klasik,[270] contoh pertamanya berasal dari sekitar tahun 1000 SM di Yukatan barat laut pada zaman Praklasik Pertengahan.[271] Pada periode Kontak dengan bangsa Spanyol, lapangan bola hanya dipakai di Dataran Tinggi Guatemala, seperti di kota Q'umarkaj dan Iximche.[270] Dalam sejarah Maya, lapangan bola memiliki bentuk ɪ: tempat bermain di pusat memiliki dua ujung yang melintang.[272] Tempat bermain di tengah umumnya memiliki panjang antara 20 hingga 30 m, dan diapit oleh dua struktur
lateral yang memiliki tinggi 3 atau 4 m.[273][274] Bagian dasarnya sering kali menopang struktur yang mungkin diduduki oleh penonton istimewa.[273] Lapangan bola besar di Chichen Itza merupakan yang terbesar di Mesoamerika dengan panjang 83 m dan lebar 30 m, sementara temboknya memiliki tinggi 8,2 m.[275]
Langgam arsitektur kedaerahan
Walaupun kota-kota Maya memiliki berbagai ciri yang sama, terdapat perbedaan-perbedaan yang besar dalam hal langgam arsitektur.[276] Gaya-gaya semacam itu dipengaruhi oleh bahan baku yang tersedia di sekitar, iklim, topografi, dan selera masing-masing tempat. Pada zaman Klasik Akhir, perbedaan-perbedaan tersebut berkembang menjadi langgam-langgam arsitektur kedaerahan yang terpisah.[277]
Petén Tengah
Langgam arsitektur Petén Tengah didasarkan pada kota Tikal. Langgam ini memiliki ciri berupa piramida-piramida yang menjulang tinggi dengan tempat pemujaan di puncaknya yang dihiasi dengan crestería dan dapat dimasuki lewat satu jalur pintu. Ciri-ciri lainnya adalah pasangan prasasti-altar serta dekorasi pada tampak depan, ambang, dan crestería dengan pahatan-pahatan yang menggambarkan para penguasa dan dewa-dewi.[277] Salah satu contoh langgam arsitektur Petén Tengah dapat dilihat di Kuil I Tikal.[278] Contoh situs-situs yang dibangun dengan mengikuti langgam Petén Tengah adalah Altun Ha, Calakmul, Holmul, Ixkun, Nakum, Naranjo, dan Yaxhá.[279]
Puuc
Salah satu contoh kota dengan langgam arsitektur Puuc adalah Uxmal. Langgam ini dikembangkan di wilayah perbukitan Puuc di Yukatan barat laut; pada zaman Klasik Terminal, langgam ini menyebar ke wilayah Yukatan utara.[277] Situs-situs Puuc menggantikan pecahan-pecahan batu dengan semen gamping, sehingga temboknya menjadi lebih kuat, dan mereka juga memperkuat pelengkung korbel mereka;[280] maka dari itu, kota-kota berlanggam Puuc dapat memiliki gerbang lengkung yang berdiri sendiri tanpa ditopang struktur lain. Tampak depan bagian atas pada bangunan dihiasi dengan batu-batuan dengan gaya mosaik, dan membentuk perpaduan dewa-dewi berhidung panjang seperti dewa hujan Chaac dan Dewa Burung Utama. Motif-motifnya juga meliputi pola geometri, jeruji, dan kumparan, kemungkinan dipengaruhi oleh langgam dari Dataran Tinggi Oaxaca di luar kawasan itu. Namun, tampak depan bagian bawah sama sekali tidak dihiasi. Di sisi lain, crestería bukanlah hal yang lazim di situs-situs Puuc.[281]
Piramida palsu menghiasi tampak depan sebuah istana di Río Bec.
Langgam Chenes sangat mirip dengan langgam Puuc, tetapi sudah ada sebelum munculnya tampak depan bermosaik di wilayah Puuc. Dalam langgam Chenes, tampak depannya dihiasi sepenuhnya, baik di atas maupun di bawah. Beberapa pintu dikelilingi oleh topeng-topeng mosaik monster yang melambangkan dewa gunung atau langit, sehingga pintu tersebut menjadi perwujudan pintu masuk ke alam gaib.[282] Beberapa bangunan memiliki tangga di dalam yang menghubungkan berbagai tingkat.[283] Langgam Chenes paling sering ditemui di bagian selatan Yukatan, walaupun bangunan-bangunan dengan gaya ini juga dapat ditemui di wilayah lain di semenanjung tersebut.[282] Contoh situs-situs Chenes adalah Dzibilnocac, Hochob, Santa Rosa Xtampak, dan Tabasqueño.[283]
Río Bec
Langgam Río Bec sangat terkait dengan langgam Chenes,[282] dan juga memiliki unsur-unsur langgam Petén Tengah, seperti keberadaan crestería.[284] Istana-istananya unik karena mempunyai dekorasi "menara palsu", yaitu menara yang tidak memiliki ruangan dan dilengkapi dengan tangga terjal dan pintu palsu.[282][283] Menara-menara ini dihiasi dengan topeng-topeng dewa, dan dibangun hanya untuk membuat kagum orang yang melihatnya. Menara palsu seperti ini hanya ada di wilayah Río Bec.[282] Situs-situs Río Bec meliputi Chicanná, Hormiguero, dan Xpuhil.[284]
Usumacinta
Langgam Usumacinta berkembang di kawasan berbukit di daerah aliran sungai Usumacinta. Kota-kota memanfaatkan tepi bukit untuk menopang bangunan-bangunan besar mereka, seperti yang bisa dilihat di Palenque dan Yaxchilan. Kota-kota berlanggam Usumacinta memodifikasi lengkungan langit-langit korbel agar temboknya bisa lebih tipis dan juga supaya terdapat beberapa pintu masuk ke kuil. Seperti di Petén, crestería menghiasi struktur-struktur utama. Istana-istana berlanggam Usumacinta memiliki pintu masuk tiang dan ambang. Banyak situs yang juga mendirikan prasasti, tetapi Palenque mempunyai panel-panel yang dipahat untuk menghiasi bangunan-bangunannya.[277]
Sebelum tahun 2000 SM, orang-orang Maya hanya menuturkan satu bahasa yang disebut "bahasa Proto-Maya" oleh para ahli linguistik.[285] Analisis linguistik terhadap hasil rekonstruksi kosakata Proto-Maya menunjukkan bahwa tanah air penutur Proto-Maya terletak di wilayah Dataran Tinggi Guatemala barat atau utara, walaupun buktinya masih belum jelas.[1] Bahasa Proto-Maya mengalami percabangan pada zaman Praklasik hingga menjadi kelompok-kelompok besar bahasa Maya yang meliputi rumpun bahasa Huastek, K'iche' Raya, Q'anjobala Raya, Mamea, Tz'eltala-Ch'ola, dan Yukatek.[18] Kelompok-kelompok ini mengalami percabangan pada zaman pra-Kolumbus hingga akhirnya membentuk lebih dari 30 bahasa yang masih bertahan hingga zaman modern.[285][18] Bahasa yang digunakan di hampir semua teks Maya Klasik di seluruh wilayah Maya telah dikenali sebagai bahasa Ch'ola.[286] Teks Praklasik Akhir dari Kaminaljuyu di wilayah dataran tinggi juga tampaknya terkait dengan bahasa Ch'ola.[287] Penggunaan bahasa Ch'ola sebagai bahasa dalam teks Maya bukan berarti bahwa bahasa tersebut dituturkan oleh rakyat jelata; mungkin bahasa tersebut memiliki status yang mirip dengan bahasa Latin Pertengahan sebagai bahasa ritual dan bahasa bergengsi.[288] Bahasa Ch'ola Klasik mungkin merupakan bahasa bergengsi di antara golongan elit Maya Klasik dan digunakan dalam hubungan antar masyarakat berpemerintahan, seperti diplomasi dan perdagangan.[289] Pada zaman Pascaklasik, bahasa Yukatek juga ditulis dalam kodeks-kodeks Maya bersamaan dengan bahasa Ch'ola.[290]
Tulisan
Sistem penulisan Maya merupakan salah satu pencapaian terbesar peradaban-peradaban pra-Kolumbus di Amerika.[292] Sistem penulisan ini merupakan yang paling maju dari antara puluhan sistem penulisan yang pernah dikembangkan di Mesoamerika.[293] Inskripsi pertama yang ditulis dalam aksara Maya berasal dari tahun 300–200 SM di Cekungan Petén.[294] Namun, sistem ini sudah didahului oleh beberapa sistem tulisan lainnya, seperti aksara Epi-Olmek dan Zapotek. Aksara Maya awal sudah muncul di wilayah pesisir Samudra Pasifik di Guatemala pada akhir abad ke-1 M atau awal abad ke-2 M.[295] Kemiripan antara aksara Epi-Olmek dan aksara Maya Awal di pesisir Pasifik menunjukkan bahwa kedua sistem ini mungkin berkembang secara beriringan.[296] Pada tahun 250 M, aksara Maya sudah menjadi lebih resmi dan selaras.[297]
Gereja Katolik dan pejabat-pejabat kolonial (khususnya Uskup Diego de Landa) menghancurkan setiap teks Maya yang mereka temui, tetapi terdapat tiga buku dari zaman Pascaklasik yang masih bertahan hingga kini. Buku-buku ini dikenal dengan nama Kodeks Madrid, Kodeks Dresden, dan Kodeks Paris.[298][299] Terdapat beberapa halaman yang masih ada dari buku keempat, yaitu Kodeks Grolier, tetapi keasliannya masih dipertentangkan. Kegiatan-kegiatan arkeologi yang dilakukan di situs-situs Maya sering kali menemukan bongkahan-bongkahan plaster berbentuk persegi panjang dan serpihan-serpihan cat, yang merupakan sisa-sisa kodeks, tetapi sisa-sisa tersebut sudah terlalu rusak, sehingga inskripsinya telah hilang ditelan zaman dan kebanyakan bahan organiknya sudah terurai.[300] Terkait dengan segelintir tulisan Maya yang masih ada saat ini, Michael D. Coe berkata:
Pemahaman kita mengenai pemikiran Maya kuno mungkin hanyalah sebagian kecil dari gambaran secara keseluruhan, karena dari antara ribuan buku yang mencatat secara rinci pengetahuan dan ritual mereka, hanya empat buku yang bertahan hingga zaman modern (ibarat pemahaman anak cucu kita mengenai kita hanya didasarkan pada tiga buku doa dan 'Pilgrim's Progress').
— Michael D. Coe, The Maya, London: Thames dan Hudson, edisi keenam, 1999, hlm. 199–200.
Kebanyakan tulisan-tulisan Maya dari masa pra-Kolumbus yang masih bertahan berasal dari zaman Klasik dan terkandung di dalam inskripsi-inskripsi di situs-situs Maya, seperti di prasasti atau di bejana keramik. Media-media tulisan lainnya meliputi kodeks, tampak depan stuko, fresko, ambang kayu, dinding gua, dan artefak-artefak yang dapat dipindah dan terbuat dari berbagai jenis bahan, termasuk tulang, cangkang, obsidian, dan giok.[301]
Terdapat dua cara untuk menulis kata B'alam ("jaguar") dalam aksara Maya. Glif pertama menuliskan kata secara logografis dan kepala jaguar mengacu kepada seluruh kata. Glif kedua menuliskan kata secara fonetis BA, LA, dan MA.
Sistem penulisan Maya (sering kali disebut "hieroglif")[302] merupakan sistem penulisan logosilabis yang memadukan glif yang melambangkan suku kata dengan logogram yang melambangkan seluruh kata.[301][303] Dari antara sistem-sistem penulisan yang ada di benua Amerika pada zaman Pra-Kolumbus, aksara Maya adalah yang paling menyerupai bentuk lisannya.[304] Pada masa kapanpun dalam sejarah Maya, jumlah glif yang digunakan tidak melebihi 500, dan 200 di antaranya (termasuk ragam-ragamnya) bersifat fonetik.[301]
Aksara Maya digunakan hingga masa kedatangan bangsa Eropa, dan penggunaannya mencapai puncaknya pada zaman Klasik.[305] Terdapat lebih dari 10.000 teks yang telah ditemukan, kebanyakan tertoreh di monumen-monumen batu, ambang, prasasti, dan keramik.[301] Orang-orang Maya juga membuat teks di atas sejenis kertas yang dihasilkan dari kulit pohon yang telah diproses, yang kini dikenal dengan namanya dalam bahasa Nahuatl, amatl; bahan ini digunakan untuk membuat kodeks.[306][307] Namun, keterampilan dalam menulis dan memahami tulisan Maya hilang ditelan zaman akibat penaklukan yang dilancarkan oleh bangsa Spanyol.[308]
Pengartian tulisan-tulisan Maya merupakan proses yang panjang dan penuh dengan liku-liku.[309] Beberapa unsur tulisan berhasil diuraikan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, kebanyakan merupakan bagian yang terkait dengan angka-angka, kalender, dan astronomi.[310] Terobosan besar muncul dari dasawarsa 1950-an hingga 1970-an, dan kemudian mengalami kemajuan pesat.[311] Pada akhir abad ke-20, para ahli sudah mampu membaca sebagian besar teks Maya, dan penelitian masih terus dilakukan untuk menyibak misteri-misteri yang tersisa.[312][313]
Aksara hieroglif
Satuan dasar teks hieroglif Maya adalah blok-blok glif yang melambangkan suatu kata atau frasa. Blok ini terdiri dari satu atau beberapa glif yang saling menempel, dan setiap blok glif dipisahkan oleh spasi. Blok-blok glif biasanya disusun dengan pola kisi-kisi. Untuk mempermudah penjelasan, para ahli epigraf menyebut blok-blok glif dari kiri ke kanan dengan huruf, dan dari atas ke bawah dengan angka. Dengan ini, blok glif manapun di dalam suatu teks dapat disebutkan. Contohnya, C4 adalah blok ketiga dari kiri ke kanan dan blok keempat dari atas ke bawah. Apabila suatu tugu peringatan atau artefak memiliki lebih dari satu inskripsi, label kolom tidak diulangi, tetapi diteruskan sesuai dengan urutan huruf; jika terdapat lebih dari 26 kolom, labelnya terus berlanjut menjadi A', B', dan seterusnya. Sementara itu, label untuk baris akan diulang dari 1 untuk setiap teks yang terpisah.[314]
Walaupun teks hieroglif dapat dituliskan dengan cara yang berbeda-beda, pada umumnya teks disusun menjadi kolom ganda. Urutan membacanya dimulai dari kiri atas (blok A1), berlanjut ke blok kedua di sebelah kanan (B1), lalu dimulai lagi dari kiri bawah (A2), sehingga urutan membacanya seperti huruf Z. Begitu sudah mencapai bagian paling bawah, inskripsinya berlanjut ke kiri atas kolom ganda berikutnya. Apabila inskripsinya berakhir di kolom tunggal (tidak berpasangan), kolom terakhir ini biasanya dibaca lurus ke arah bawah.[314]
Blok-blok glif dapat terdiri dari sejumlah unsur, seperti tanda utama dan awalan. Tanda-tanda utama merupakan unsur utama suatu blok, dan dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, adverbia, atau tanda fonetik. Beberapa tanda utama terlihat abstrak, beberapa merupakan gambar objek yang hendak dilambangkan, dan yang lainnya adalah "ragam kepala", yakni personifikasi dari kata yang dilambangkan. Sementara itu, awalan merupakan unsur berbentuk persegi panjang yang lebih kecil, yang biasanya menempel di tanda utama, walaupun sebuah blok seluruhnya dapat terdiri dari awalan-awalan. Awalan-awalan dapat mewakili berbagai macam unsur bahasa, seperti kata benda, kata kerja, akhiran kata kerja, preposisi, pronomina, dan lain-lain. Bagian-bagian kecil dari tanda utama dapat dipakai untuk melambangkan seluruh tanda utama, dan juru tulis Maya sangat berdaya cipta dalam menggunakan dan menyesuaikan unsur-unsur glif.[315]
Walaupun kuas atau pena tidak ditemukan dalam kegiatan-kegiatan arkeologi, analisis goresan tinta dalam kodeks-kodeks dari zaman Pascaklasik menunjukkan bahwa goresan tersebut dihasilkan dengan menggunakan sebuah kuas dengan ujung yang terbuat dari rambut yang lunak.[307] Pahatan di Copán, Honduras, dari zaman Klasik menggambarkan seorang juru tulis dengan tempat tinta yang terbuat dari cangkang keong.[316] Penggalian-penggalian di Aguateca juga telah menemukan sejumlah artefak-artefak untuk menulis di tempat tinggal juru tulis dengan status elit, termasuk di antaranya adalah palet dan cobek dan ulekan.[165]
Juru tulis dan kemampuan membaca
Rakyat jelata tidak dapat membaca, dan juru-juru tulis berasal dari kalangan elit. Tidak diketahui apakah semua anggota golongan ningrat bisa membaca dan menulis, walaupun paling tidak ada beberapa wanita yang dapat melakukannya, karena terdapat penggambaran juru tulis wanita dalam karya seni Maya.[317] Juru tulis Maya disebut aj tz'ib, yang berarti "seseorang yang menulis atau melukis".[318] Kemungkinan terdapat sekolah-sekolah menulis untuk anggota golongan ningrat.[319] Kegiatan menulis dapat dilihat dalam peninggalan arkeologis; Jasaw Chan K'awiil I, raja Tikal, dimakamkan dengan tempat tintanya. Beberapa anggota muda dinasti kerajaan Copán juga telah ditemukan bersamaan dengan alat-alat menulis mereka. Istana di Copán telah diidentifikasikan sebagai istana keluarga bangsawan dengan garis keturunan juru tulis; istana tersebut dihiasi dengan pahatan-pahatan yang meliputi figur-figur yang memegang tempat tinta.[320]
Walaupun tidak banyak yang diketahui mengenai juru tulis Maya, beberapa dari antara mereka menandatangani karya mereka, baik itu di keramik maupun di pahatan batu. Biasanya hanya ada satu orang juru tulis yang menandantangani bejana keramik, tetapi beberapa pemahat dapat mencatatkan nama mereka di pahatan batu; sebagai contoh, delapan pemahat menandatangani satu prasasti di Piedras Negras. Namun, sebagian besar karya seni Maya tidak ditandatangani oleh seniman pembuatnya.[321]
Seperti peradaban-peradaban Mesoamerika lainnya, orang-orang Maya menggunakan sistem bilangan berasaskan 20.[322] Sistem penghitungan garis dan titik yang menjadi dasar sistem angka Maya sudah digunakan di Mesoamerika pada tahun 1000 SM;[323] orang Maya mulai memakainya pada zaman Praklasik Akhir, dan juga menambahkan lambang nol.[323][324] Ini mungkin merupakan kemunculan gagasan nol yang pertama di dunia,[324][325] walaupun matematikawan Babilonia kemungkinan sudah mengenal nol terlebih dahulu.[325] Kemunculan angka nol dapat dilihat di monumen-monumen Maya yang berasal dari tahun 357 M.[326] Pada mulanya, angka nol di peradaban Maya berfungsi sebagai penanda posisi. Kemudian nol dipakai untuk melakukan penghitungan,[327] dan angka ini terus digunakan dalam teks-teks hierlogif selama lebih dari seribu tahun hingga penaklukan oleh bangsa Spanyol.[328]
Sistem bilangan dasar Maya terdiri dari titik untuk melambangkan satu, dan garis untuk melambangkan lima.[329] Pada zaman Pascaklasik, cangkang dijadikan sebagai lambang nol, sementara pada zaman Klasik, yang digunakan adalah glif-glif lain.[329][324] Orang-orang Maya dapat menulis bilangan dari 0 sampai 19 dengan memadukan lambang-lambang tersebut.[329] Nilai dari suatu bilangan ditentukan oleh posisinya; semakin ke atas lambangnya, maka pengalinya akan semakin berlipat 20. Maka dari itu, lambang yang berada di paling bawah melambangkan satuan, dan lambang di atasnya adalah kelipatan dari dua puluh, dan lambang yang ada di atasnya lagi merupakan kelipatan 400, dan seterusnya. Contohnya, angka 884 akan ditulis dengan empat titik di tingkatan yang paling bawah, empat titik di atasnya, dan dua titik di atasnya lagi, sehingga hasilnya adalah 4x1, ditambah 4x20, ditambah 2x400. Dengan menggunakan sistem ini, orang-orang Maya dapat mencatat angka yang besar.[322] Berikut adalah contoh lain untuk semakin memperjelas:
Pengali
Contoh A
Contoh B
Contoh C
× 400
× 20
× 1
32
429
5125
Sementara itu, penjumlahan sederhana dapat dilakukan dengan menambahkan titik dan garis di dua kolom untuk menghasilkan kolom ketiga.[324]
Sistem kalender Maya berasal dari zaman Praklasik. Kalender Maya begitu rumit sehingga dapat mencatat siklus bulan dan matahari, gerhana, dan pergerakan planet dengan ketepatan yang tinggi. Dalam beberapa hal, perhitungan Maya lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan yang sebanding di Dunia Lama; contohnya, tahun matahari Maya dihitung dengan ketepatan yang lebih tinggi daripada kalender Yulius. Kalender Maya sangat terkait dengan ritual Maya, dan merupakan unsur yang penting dalam praktik keagamaan Maya.[330] Kalender ini memadukan Hitung Panjang yang tidak berulang dengan tiga siklus yang saling berpaut, masing-masing mengukur periode yang semakin lama semakin besar. Periode-periode tersebut adalah tzolk'in selama 260 hari,[331]haab' selama 365 hari,[332] dan Putaran Kalender selama 52 tahun, yang merupakan hasil penggabungan tzolk'in dengan haab'.[333] Terdapat pula siklus-siklus tambahan, seperti siklus selama 819 hari yang terkait dengan empat kuadran kosmologi Maya, yang diatur oleh empat aspek yang berbeda dari dewa K'awiil.[334]
Satuan dasar kalender Maya adalah satu hari atau k'in, dan 20 k'in dikelompokkan menjadi winal. Satuan berikutnya tidak berlipat 20, tetapi berlipat 18 untuk menghasilkan perkiraan tahun matahari secara kasar (sehingga diperoleh 360 hari). Tahun yang terdiri dari 360 hari ini disebut tun. Perkalian-perkalian yang dilakukan di tingkatan selanjutnya mengikuti sistem lipat dua puluh.[335]
Tzolk'in merupakan siklus dasar dalam upacara Maya dan menjadi landasan ramalan-ramalan Maya. Konsep ini kemungkinan tidak berlandaskan pada astronomi, tetapi pada periode gestasi manusia. Dugaan ini diperkuat oleh praktik penggunaan tzolk'in untuk mencatat tanggal kelahiran dan menulis ramalan yang terkait. Siklus selama 260 hari ini terdiri dari periode-periode sepanjang dua puluh hari, dengan nomor 1 hingga 13 sebagai awalan untuk menandakan harinya sedang berlangsung pada siklus yang mana.[334]
Haab' adalah siklus yang terdiri dari delapan belas winal, ditambah dengan periode lima hari yang dijuluki wayeb.[336]Wayeb dianggap sebagai masa yang berbahaya, karena diyakini pembatas antara dunia nyata dan gaib akan terbuka, sehingga dewa-dewa jahat dapat memasuki dunia nyata dan mengganggu manusia.[333] Sebagaimana tz'olkin, penamaan winal pada haab' juga diberi awalan berupa angka (dari 0 hingga 19), sementara untuk periode wayeb awalannya adalah 0 hingga 4. Orang-orang Maya mengaitkan hari-hari pada tz'olkin (yang memiliki nama dan angkanya tersendiri, contohnya 8 Ajaw) dengan haab', sehingga terdapat nama dan angka tambahan agar penulisan suatu hari menjadi lebih lengkap, contohnya adalah 8 Ajaw 13 Keh. Hari dengan nama seperti itu hanya dapat muncul setiap 52 tahun, dan periode ini disebut Putaran Kalender oleh para ahli Maya. Dalam sebagian besar peradaban di Mesoamerika, Putaran Kalender adalah satuan terbesar dalam pengukuran waktu.[336]
Seperti kalender-kalender lainnya yang tidak berulang, orang-orang Maya mengukur waktu dari suatu titik yang telah ditetapkan. Kalender Maya mulai dihitung dari akhir siklus bak'tun yang sebelumnya, atau sama dengan suatu hari pada tahun 3114 SM. Diyakini bahwa hari ini merupakan hari penciptaan dunia. Orang-orang Maya menggunakan Kalender Hitung Panjang untuk menetapkan hari manapun dalam Putaran Kalender di dalam siklus Piktun yang terdiri dari 20 bak'tun. Terdapat beberapa variasi dalam kalender Maya, terutama teks-teks di Palenque yang menunjukkan bahwa siklus piktun yang berakhir pada tahun 3114 SM hanya memiliki 13 bak'tun, tetapi kalender-kalender yang lain menggunakan siklus 13 + 20 bak'tun dalam piktun saat ini.[337] Selain itu, terdapat beberapa keragaman di tingkatan kedaerahan terkait dengan pengaturan siklus-siklus istimewa tersebut.[338]
Tanggal hitung panjang secara lengkap terdiri dari glif pembukaan yang diikuti dengan lima glif yang menghitung angka bak'tun, kat'un, tun, winal, dan k'in semenjak penciptaan dunia. Kemudian akan tertulis bagian tz'olkin dalam tanggal Putaran Kalender, dan setelah penulisan beberapa glif, tanggal Hitung Panjang akan diakhiri dengan bagian Haab' dalam tanggal Putaran Kalender.[339]
Korelasi kalender Hitung Panjang
Walaupun Putaran Kalender masih digunakan saat ini,[340][341] orang-orang Maya mulai memakai Hitung Pendek pada zaman Klasik Akhir. Hitung Pendek adalah penghitungan 13 k'atun. Buku Chilam Balam dari Chumayel mengandung satu-satunya acuan dari zaman kolonial terhadap tanggal hitung panjang dari zaman Klasik.[342] Korelasi yang saat ini paling diterima adalah korelasi Goodman-Martínez-Thompson atau GMT. Korelasi GMT menyamakan tanggal Hitung Panjang 11.16.0.0.0 13 Ajaw 8 Xul dengan 12 November 1539 dalam kalender Gregorius.[343] Ahli epigrafi Simon Martin dan Nikolai Grube mengusulkan agar dilakukan pergeseran sebesar dua hari dari korelasi GMT standar.[344] Sementara itu, korelasi Spinden mengurangi tanggal Hitung Panjang sebesar 260 tahun; hal ini juga sesuai dengan bukti-bukti arkeologi di Yukatan, tetapi bermasalah di wilayah Maya lainnya.[343] Korelasi George Vaillant menambah tanggal Hitung Panjang sebesar 260 tahun, sehingga mempersingkat zaman Pascaklasik.[343] Meskipun terdapat beberapa usulan korelasi yang lain, hasil uji penanggalan radiokarbon terhadap ambang kayu yang diberi tanggal di Tikal memperkuat korelasi GMT.[343]
Astrolog terkenal John Dee menggunakan cermin obsidian Aztek untuk melihat masa depan. Kita mungkin menganggap rendah gagasan-gagasannya, tetapi bisa dipastikan kalau dalam hal pandangan, ia jauh lebih dekat dengan orang astronom imam Maya daripada astronom abad ini.
Orang-orang Maya melakukan pengamatan secara teliti terhadap benda-benda langit, dan mereka mencatat pergerakan matahari, bulan, Venus, dan bintang-bintang. Informasi ini digunakan untuk membuat ramalan, sehingga astronomi Maya pada dasarnya dilakukan untuk keperluan astrologi. Astronomi Maya tidak diamalkan untuk mempelajari alam semesta atas dasar-dasar ilmiah, dan mereka juga tidak memanfaatkan hasil pengamatan mereka untuk menentukan musim agar dapat menghitung kapan sebaiknya mulai bercocok tanam. Astronomi Maya digunakan oleh para imam untuk memahami siklus waktu pada masa lalu, dan lalu menerapkannya pada masa depan untuk menghasilkan ramalan. Para imam memutakhirkan pengamatan mereka dan mencatat peristiwa gerhana matahari dan bulan, serta pergerakan Venus dan bintang-bintang; hasilnya dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya pada masa lalu, dengan anggapan bahwa peristiwa serupa akan terjadi pada masa depan apabila kondisi astronomisnya sama.[347] Gambaran-gambaran di dalam kodeks menunjukkan bahwa para imam melakukan pengamatan astronomi dengan mata telanjang, dan dibantu dengan tongkat silang sebagai alat pengamatan.[348] Analisis terhadap beberapa kodeks yang masih tersisa dari zaman Pascaklasik telah menunjukkan bahwa pada masa kontak dengan bangsa Eropa, orang-orang Maya telah memiliki tabel-tabel gerhana, kalender, dan pengetahuan astronomi yang lebih akurat dari Eropa.[349]
Orang-orang Maya mengukur siklus Venus (584 hari) dengan kesalahan sebesar dua jam. Lima siklus Venus disamakan dengan delapan siklus haab', dan periode ini dicatat di kodeks-kodeks. Orang-orang Maya juga mengamati pergerakan planet Yupiter, Mars, dan Merkurius. Saat Venus terbit dan terlihat sebagai "bintang fajar", peristiwa ini dikaitkan dengan kelahiran kembali Pahlawan Kembar Maya.[350] Bagi orang-orang Maya, apabila Venus terbit menjelang terbitnya matahari (heliacal rising), maka akan terjadi kehancuran dan kekacauan.[348] Venus sangat dikaitkan dengan peperangan, dan hieroglif yang berarti "perang" memiliki unsur glif yang melambangkan planet tersebut.[351] Para penguasa Maya melancarkan kampanye militer bertepatan dengan peristiwa terbitnya Venus menjelang terbitnya matahari, dan juga akan mengorbankan tawanan-tawanan penting.[351]
Gerhana matahari dan bulan dianggap sebagai peristiwa yang berbahaya dan dapat mengakibatkan malapetaka. Dalam Kodeks Dresden, gerhana matahari dilambangkan dengan seekor ular yang menelan hieroglif k'in ("hari"), Gerhana-gerhana ditafsirkan sebagai matahari atau bulan yang sedang digigit, dan orang-orang Maya mengumpulkan data astronomi agar dapat memprediksi kapan terjadi gerhana dan lalu melakukan upacara untuk menghindari bencana.[351]
Seperti wilayah Mesoamerika lainnya, orang Maya percaya akan adanya alam gaib yang dihuni oleh berbagai dewa yang harus dipuaskan dengan persembahan dan ritual.[352] Unsur terpenting dari praktik keagamaan Maya adalah pemujaan nenek moyang yang sudah meninggal dan akan menjadi perantara untuk keturunan mereka yang masih hidup dalam hubungan dengan alam gaib.[353] Kelompok pertama yang menjadi penengah antara manusia dengan alam gaib adalah para dukun.[354] Dalam ritual Maya, para chilan (imam peramal) menggunakan halusinogen, sehingga penampakan yang disaksikan oleh mereka dipicu oleh konsumsi teratai yang bersifat halusinogenik dalam kandungan yang besar.[355] Seiring dengan perkembangan peradaban Maya, elit penguasa meresmikan kultus-kultus yang membenarkan hak mereka untuk berkuasa.[352] Pada zaman Praklasik Akhir,[356] telah terbentuk lembaga dewata k'uhul ajaw yang dikaruniai wewenang politik dan keagamaan.[354]
Orang-orang Maya percaya bahwa alam semesta sangat terstruktur. Terdapat tiga belas tingkatan di surga dan sembilan di dunia bawah, dan dunia manusia terletak di tengah-tengahnya. Setiap tingkatan memiliki empat arah mata angin yang terkait dengan warna-warna yang berbeda: utara adalah putih, timur adalah merah, selatan adalah kuning, dan barat adalah hitam. Dewa-dewa utama memiliki aspek-aspek yang terkait dengan arah dan warna ini.[357]
Keluarga Maya mengubur jenazah di bawah lantai rumah mereka, dan mereka menawarkan persembahan yang sesuai dengan status sosialnya. Dengan ini roh nenek moyang diyakini akan melindungi mereka. Garis keturunan Maya bersifat patrilineal, sehingga pemujaan nenek moyang laki-laki lebih diutamakan, sering kali juga dilengkapi dengan tempat pemujaan rumahan. Seiring dengan perkembangan masyarakat Maya, dan kelompok elit menjadi semakin kuat, keluarga kerajaan Maya mulai membangun piramida-piramida besar yang berisi makam nenek moyang mereka.[353]
Kepercayaan akan kekuatan-kekuatan gaib sangat memengaruhi kehidupan Maya, dari kegiatan sehari-hari (seperti pembuatan makanan) hingga perdagangan, politik, dan kegiatan elit. Dewa-dewa Maya mengatur semua aspek di dunia, baik yang terlihat maupun yang tak kasatmata.[358] Imam Maya merupakan kelompok yang tertutup dan anggotanya berasal dari golongan elit; pada zaman Klasik Awal, mereka mencatat keterangan-keterangan ritual yang menjadi semakin rumit di dalam buku-buku hieroglif, termasuk pengamatan astronomi, siklus kalender, sejarah, dan mitologi. Para imam melaksanakan upacara di muka umum yang meliputi pesta pora, pengeluaran darah, pembakaran dupa, musik, tarian ritual, dan (dalam kesempatan-kesempatan tertentu) pengorbanan manusia. Pada zaman Klasik, penguasa Maya menjadi imam agung. Kemungkinan besar syamanisme masih dipraktikkan beriringan dengan agama negara di kalangan rakyat jelata. Pada zaman Pascaklasik, pendekatan keagamaan telah berubah; semakin banyak yang memuja gambar dewa-dewa, dan pengorbanan manusia semakin sering dilakukan.[359]
Para arkeolog berupaya mereka ulang praktik ritual dan kepercayaan Maya dengan menggunakan beberapa teknik. Salah satu sumber yang paling penting (walaupun tidak lengkap) adalah sumber fisik, seperti persembunyian persembahan dan benda-benda ritual lainnya, tempat pemujaan, serta tempat penguburan dengan persembahannya.[360] Seni, arsitektur, dan tulisan Maya juga dapat dijadikan sumber, dan sumber-sumber ini dapat dipadukan dengan sumber-sumber etnografi, termasuk catatan sejarah mengenai praktik keagamaan Maya yang dibuat oleh bangsa Spanyol pada masa penaklukan.[358]
Darah dianggap diperlukan untuk memuaskan para dewa, dan pengorbanan makhluk hidup merupakan tindakan persembahan darah. Maka dari itu, pengorbanan nyawa manusia merupakan tindakan pengorbanan darah terbesar bagi para dewi, dan kebanyakan ritual-ritual penting Maya berujung pada pengorbanan manusia. Pada umumnya, hanya tawanan perang berderajat tinggi yang dikorbankan, sementara tawanan berderajat rendah dijadikan pekerja paksa.[361]
Ritual-ritual penting (seperti persembahan proyek bangunan besar kepada para dewa atau penobatan penguasa baru) membutuhkan pengorbanan manusia. Raja musuh merupakan tumbal yang paling berharga, dan biasanya tumbalnya dipenggal untuk meragakan pemenggalan dewa jagung Maya oleh dewa-dewa kematian.[361] Pada tahun 738 M, raja K'ak' Tiliw Chan Yopaat dari Quiriguá berhasil menawan raja yang pernah berada di atasnya, Uaxaclajuun Ub'aah K'awiil dari Copán, dan beberapa hari kemudian ia memenggalnya dalam sebuah ritual.[362][74] Pengorbanan dengan cara pemenggalan digambarkan dalam karya seni Maya dari zaman Klasik, dan kadang dilakukan setelah korbannya disiksa terlebih dahulu dengan dipukuli, dikuliti kepalanya, dibakar, atau dikeluarkan isi perutnya.[363] Mitos lain yang terkait dengan pemenggalan adalah mitos Pahlawan Kembar yang dikisahkan di dalam Popol Vuh: ketika sedang bermain bola melawan para dewa di dunia bawah, para pahlawan ini berhasil menang, tetapi salah satu dari mereka kemudian dipenggal oleh musuh mereka.[364][361]
Pada zaman Pascaklasik, jenis pengorbanan manusia yang paling sering dilakukan adalah pengambilan jantung, yang dipengaruhi oleh ritus-ritus Aztek di Lembah Meksiko;[361] ritual ini biasanya dilakukan di lapangan kuil atau di puncak piramida.[365] Dalam salah satu ritual, jenazahnya akan dikuliti oleh imam pembantu, kecuali tangan dan kakinya, dan lalu imam yang memimpin upacara akan mengenakan kulit tumbal dan melakukan tarian ritual yang melambangkan kelahiran kembali.[365] Hasil penelitian arkeologi menunjukkan bahwa pengorbanan jantung sudah dilakukan paling tidak semenjak zaman Klasik.[366]
Penanda lapangan bola dari zaman Pascaklasik di Mixco Viejo, menggambarkan Q'uq'umatz yang sedang membawa Tohil di langit dengan menggunakan rahangnya[367]
Menurut kepercayaan Maya, dunia dihuni oleh banyak sekali dewa-dewi, makhluk gaib, dan kekuatan-kekuatan suci.[368] Penafsiran Maya terhadap para dewa sangat terkait dengan kalender, astronomi, dan kosmologi.[369] Pentingnya peranan seorang dewa dan sifat-sifatnya bergantung pada pergerakan benda langit. Maka dari itu, penafsiran imam terhadap hasil pengamatan astronomi sangatlah penting, karena imam dapat memahami dewa mana yang perlu dipuaskan dengan ritual, kapan upacara sebaiknya digelar, dan persembahan macam apa yang pantas untuk mereka. Setiap dewa memiliki empat perwujudan yang terkait dengan arah mata angin, masing-masing dikaitkan dengan warna yang berbeda. Mereka juga memiliki aspek ganda berupa hari-malam/kelahiran-kematian.[357]
Itzamna adalah dewa pencipta, tetapi ia juga merupakan perwujudan kosmos sekaligus dewa matahari;[357] K'inich Ahau, yakni matahari siang, adalah salah satu aspeknya. Raja-raja Maya sering kali mengidentifikasi diri mereka sebagai jelmaan K'inich Ahau. Itzamna juga memiliki aspek matahari malam, yakni Jaguar Malam yang melambangkan perjalanan matahari melalui dunia bawah.[370] Empat Pawatun menopang sudut-sudut dunia manusia; di dunia para dewa, para Bacab yang mengemban tugas tersebut. Selain memiliki empat aspek utama, para Bacab memiliki puluhan aspek lainnya yang tidak diketahui secara pasti.[371] Sementara itu, empat Chaac merupakan dewa-dewa badai yang mengendalikan guruh, petir, dan hujan.[372] Terdapat pula sembilan penguasa malam yang memerintah masing-masing dari alam dunia bawah.[371] Dewa-dewi penting lainnya meliputi dewi bulan, dewa jagung, dan Pahlawan Kembar.[373]
Popol Vuh ditulis dalam abjad Latin pada awal masa kolonial, dan mungkin ditranskripsikan dari buku hieroglif karya seorang bangsawan Maya K'iche' yang tidak diketahui namanya.[374] Buku ini merupakan salah satu peninggalan sastra penduduk asli terbesar di benua Amerika.[318]Popul Vuh mengisahkan mitos penciptaan dunia, legenda Pahlawan Kembar, dan sejarah Kerajaan K'iche' pada zaman Pascaklasik.[374] Dewa-dewi yang tercatat di dalam Popul Vuh meliputi dewa jagung K'iche',[375]Hun Hunahpu, tiga serangkai dewa yang dipimpin oleh pelindung K'iche', Tohil, serta dewi bulan Awilix dan dewa gunung Jacawitz.[376][377][378]
Seperti peradaban-peradaban lainnya di Mesoamerika, orang-orang Maya memuja dewa Ular Berbulu. Pemujaan dewa semacam ini jarang ditemui pada zaman Klasik,[379] tetapi pada zaman Pascaklasik, pemujaan Ular Berbulu telah menyebar ke Yukatan dan Dataran Tinggi Guatemala. Di Yukatan, dewa Ular Berbulu disebut Kukulkan,[380] sementara orang-orang K'iche' menyebutnya Q'uq'umatz.[381] Kukulkan berasal dari Ular Perang dari zaman Klasik, Waxaklahun Ubah Kan, dan juga telah diidentifikasi sebagai Ular Penampakan seperti dalam seni rupa Maya Klasik.[382] Walaupun pemujaan Kukulkan sudah bermula dari tradisi-tradisi Maya sebelumnya, pemujaan tersebut sangat dipengaruhi oleh pemujaan Quetzalcoatl di Meksiko tengah.[383] Q'uq'umatz juga memiliki latar belakang yang berbeda-beda, dan merupakan perpaduan Quetzalcoatl dari Meksiko dengan Itzamna dari zaman Klasik.[384]
Pertanian
Orang-orang Maya kuno memiliki berbagai macam cara untuk menghasilkan makanan. Sebelumnya diyakini bahwa sebagian besar makanan orang-orang Maya berasal dari teknik perladangan berpindah,[385] tetapi kini diperkirakan bahwa ladang terangkat, terasering, perkebunan intensif, kebun-kebun hutan, dan tanah tidur juga berperan penting dalam menopang penduduk yang jumlahnya besar di wilayah tertentu pada zaman Klasik.[386][387][388] Bukti-bukti mengenai keberadaan sistem-sistem pertanian yang bermacam-macam ini masih ada hingga kini: ladang terangkat yang dihubungkan oleh saluran-saluran dapat terlihat di foto-foto udara.[389] Saat ini, spesies-spesies hutan hujan yang bernilai tinggi di mata orang-orang Maya kuno lebih berlimpah di wilayah yang pernah memiliki kepadatan penduduk yang tinggi pada zaman pra-Kolumbus.[388] Sementara itu, hasil penelitian terhadap serbuk sari di endapan-endapan danau menunjukkan bahwa jagung, ketela pohon, biji bunga matahari, kapas, dan tanaman-tanaman lainnya dibudidayakan bersamaan dengan terjadinya penggundulan di Mesoamerika paling tidak semenjak tahun 2500 SM.[390]
Makanan pokok orang-orang Maya adalah jagung, kacang, dan labu. Makanan ini dilengkapi dengan berbagai jenis tanaman lainnya, baik itu yang dibudidayakan di perkebunan ataupun yang dikumpulkan di hutan. Di Joya de Cerén, letusan vulkanik telah menjaga peninggalan-peninggalan di kota tersebut, termasuk bahan makanan yang disimpan di rumah-rumah Maya, seperti cabai dan tomat. Di tempat tersebut juga ditemukan biji kapas yang sedang dalam proses penggilingan, kemungkinan untuk menghasilkan minyak untuk memasak. Selain bahan-bahan pangan, orang-orang Maya juga membudidayakan tanaman yang berharga seperti kapas, kakao, dan vanilla. Kakao sangat dihargai oleh golongan elit yang gemar meminum cokelat.[391] Kapas dipintal, diberi warna, dan ditenun untuk menghasilkan tekstil yang kemudian diperdagangkan.[392]
Orang Maya hanya memiliki segelintir hewan-hewan hasil domestikasi; anjing didomestikasi sekitar tahun 3000 SM, dan itik serati baru didomestikasi pada zaman Pascaklasik Akhir.[393] Spesies kalkunMeleagris ocellata tidak dapat didomestikasi, tetapi ditangkap di alam liar dan dikandangkan dan digemukkan. Hewan-hewan ini dijadikan sumber makanan; anjing juga dimanfaatkan untuk berburu. Terdapat juga kemungkinan bahwa rusa turut dikandangkan dan digemukkan.[394]
Terdapat ratusan situs Maya yang tersebar di lima negara, yaitu Belize, El Salvador, Guatemala, Honduras, dan Meksiko.[395] Enam situs dengan peninggalan arsitektur atau pahatan yang istimewa adalah Chichen Itza, Palenque, Uxmal, dan Yaxchilan di Meksiko, Tikal di Guatemala, serta Copán di Honduras. Situs lain yang juga penting tetapi sulit untuk dijangkau adalah Calakmul dan El Mirador. Situs-situs utama di kawasan Puuc selain Uxmal adalah Kabah, Labna, dan Sayil. Di sebelah timur Semenanjung Yukatan, terdapat situs Coba dan Tulum.[396] Situs-situs berlanggam Río Bec yang terletak di semenanjung tersebut meliputi Becan, Chicanná, Kohunlich, dan Xpuhil. Sementara itu, beberapa situs terpenting di Chiapas selain Palenque dan Yaxchilan adalah Bonampak dan Toniná. Di Dataran Tinggi Guatemala, terdapat situs Iximche, Kaminaljuyu, Mixco Viejo, dan Q'umarkaj (juga dikenal dengan nama Utatlán).[397] Di dataran rendah Petén utara di Guatemala juga terdapat banyak situs Maya, tetapi situs-situs tersebut sulit untuk dijangkau (kecuali untuk Tikal yang telah menjadi tujuan wisata). Beberapa situs di Petén adalah Dos Pilas, Seibal, dan Uaxactún.[398] Di Belize, situs-situs Maya yang penting meliputi Altun Ha, Caracol, dan Xunantunich.[399]
Koleksi museum
Terdapat banyak museum di dunia yang menyimpan artefak-artefak Maya. Menurut Foundation for the Advancement of Mesoamerican Studies, pada tahun 2018 terdapat lebih dari 250 museum yang terdaftar di dalam basis data Museum Maya,[400] dan daftar European Association of Mayanists sendiri mencantumkan hampir 50 museum di Eropa.[401]
^Carter 2014: "A single passage on a Late Classic hieroglyphic panel at Palenque makes two further points clear; first, that the count of bak'tuns will accumulate to 19, as before the present era, before the number in the piktuns place will change; and second, that that number will change to 1, not to 14, just as the bak'tuns did in 2720 BC. In other words, all piktuns except the present one contained 20 bak'tuns, but the current one contains 33; all previous kalabtuns, the next place up, contained 20 piktuns, but the current kalabtun contains 33 of those. Presumably the same pattern obtains for the rest of the higher places. This staggered resetting of the higher-order cycles, so jarringly unexpected from a contemporary, Western perspective, suggests an attitude towards time more numerological than mathematical. 13 and 20, after all, are the key numbers of the tzolk'in, so it is fitting that they should be incorporated into the Long Count at enormous temporal scales."
Arroyo, Bárbara (Juli–Agustus 2001). Enrique Vela, ed. "El Poslclásico Tardío en los Altos de Guatemala" [The Late Postclassic in the Guatemalan Highlands]. Arqueología Mexicana (dalam bahasa Spanyol). IX (50): 38–43. ISSN0188-8218. OCLC40772247.
Bricker, Victoria R. (Desember 2007). "A Quarter-Century of Mayan Linguistics". Mexicon. 29 (6): 138–47. ISSN0720-5988. JSTOR23759758. OCLC5821915. ((Perlu berlangganan (help)).
Carmack, Robert M. (2001). Kik'ulmatajem le K'iche'aab': Evolución del Reino K'iche' [Evolution of the K'iche Kingdom] (dalam bahasa Spanyol). Kota Guatemala, Guatemala: Cholsamaj. ISBN978-99922-56-22-0. OCLC253481949.
Carter, Nicholas P. (2014). "Sources and Scales of Classic Maya History". Dalam Kurt Raaflaub. Thinking, Recording, and Writing History in the Ancient World. New York: Wiley-Blackwell. hlm. 340–71.
Caso Barrera, Laura; Mario Aliphat Fernández (2006). "Cacao, vanilla and annatto: three production and exchange systems in the Southern Maya lowlands, XVI–XVII centuries". Journal of Latin American Geography. 5 (2): 29–52. doi:10.1353/lag.2006.0015. ISSN1545-2476. JSTOR25765138. OCLC356573308. ((Perlu berlangganan (help)).
Christenson, Allen J. (2007) [2003]. "Popul Vuh: Sacred Book of the Quiché Maya People"(PDF). Mesoweb articles. Mesoweb: An Exploration of Mesoamerican Cultures. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2014-10-24. Diakses tanggal 2010-01-23.
Colas, Pierre R.; Alexander Voß (2011) [2006]. "Un juego de vida o muerte: El juego de pelota maya". Dalam Nikolai Grube. Los Mayas: Una Civilización Milenaria [A Game of Life or Death: The Maya Ballgame] (hardback) (dalam bahasa Spanyol). Potsdam, Germany: Tandem Verlag. hlm. 186–91. ISBN978-3-8331-6293-0. OCLC828120761.
Colunga-García Marín, Patricia; Daniel Zizumbo-Villarreal (Musim Dingin 2004). "Domestication of Plants in Maya Lowlands". Economic Botany. 58, Supplement: S101–S110. doi:10.1663/0013-0001(2004)58[s101:dopiml]2.0.co;2. JSTOR4256911. ((Perlu berlangganan (help)).Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
Emboden, William A. (1979-01-01). "Nymphaea ampla and other Narcotics in Maya Ritual and Shamanism". Mexicon. 1 (4): 50–52. ISSN0720-5988. JSTOR23757393. OCLC5821915 – via JSTOR. ((Perlu berlangganan (help)).
Estrada-Belli, Francisco (2011). The First Maya Civilization: Ritual and Power Before the Classic Period. Abingdon, UK and New York: Routledge. ISBN978-0-415-42994-8. OCLC614990197.
Foias, Antonia E. (2014) [2013]. Ancient Maya Political Dynamics. Gainesville, Florida: University Press of Florida. ISBN978-0-8130-6089-7. OCLC878111565.
Forsyth, Donald W. (1993). J. P. Laporte; H. Escobedo; S. Villagrán de Brady, ed. "La arquitectura Preclásica en Nakbe: Un estudio comparativo de dos periodos" [The Preclassic Architecture of Nakbe: A Comparative Study of Two Periods] (PDF). Simposio de Investigaciones Arqueológicas en Guatemala (dalam bahasa Spanyol). VI (1992): 113–21. OCLC30671693. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2011-09-04. Diakses tanggal 2010-07-21.
Fox, John W. (2008) [1987]. Maya Postclassic state formation. Cambridge, UK and New York: Cambridge University Press. ISBN978-0-521-10195-0. OCLC297146853.
Fuente, Beatriz de la; Leticia Staines Cicero & Alfonso Arellano Hernández (1999). "Art: Sentries of Eternity". Dalam A. Arellano Hernández; et al. The Mayas of the Classic Period. Mexico City, Mexico: Consejo Nacional para la Cultura y las Artes (CONACULTA). hlm. 141–226. ISBN978-970-18-3005-5. OCLC42213077.
Gillespie, Susan D. (1991). "Ballgames and Boundaries". Dalam Vernon Scarborough; David R. Wilcox. The Mesoamerican Ballgame. Tucson, Arizona: University of Arizona Press. hlm. 317–45. ISBN978-0-8165-1360-4. OCLC51873028.
Guillemín, Jorge F. (1965). Iximché: Capital del Antiguo Reino Cakchiquel [Iximche: Capital of the Ancient Kaqchikel Kingdom] (dalam bahasa Spanyol). Kota Guatemala, Guatemala: Tipografía Nacional de Guatemala. OCLC1498320.
Hohmann-Vogrin (2011) [2006]. "Unidad de espacio y tiempo: la arquitectura Maya". Dalam Nikolai Grube. Los Mayas: Una Civilización Milenaria [Unity of Space and Time: Maya Architecture] (hardback) (dalam bahasa Spanyol). Potsdam, Germany: Tandem Verlag. hlm. 194–215. ISBN978-3-8331-6293-0. OCLC828120761.
Koch, Peter O. (2013). John Lloyd Stephens and Frederick Catherwood: Pioneers of Mayan Archaeology. Jefferson, North Carolina: McFarland. ISBN978-0-7864-7107-2. OCLC824359844.
Laporte, Juan Pedro; Vilma Fialko (1994). J.P. Laporte; H. Escobedo, ed. "Mundo Perdido, Tikal: Los enunciados actuales" [Mundo Perdido, Tikal: Current questions] (PDF). Simposio de Investigaciones Arqueológicas en Guatemala (dalam bahasa Spanyol). VII (1993): 335–48. OCLC33865804. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2011-09-15. Diakses tanggal 2012-02-26.
Love, Michael (Desember 2007). "Recent Research in the Southern Highlands and Pacific Coast of Mesoamerica". Journal of Archaeological Research. 15 (4): 275–328. doi:10.1007/s10814-007-9014-y. ISSN1573-7756.
Lovell, W. George (2000). "The Highland Maya". Dalam Richard E.W. Adams; Murdo J. Macleod. The Cambridge History of the Native Peoples of the Americas, Vol. II: Mesoamerica, part 2. Cambridge, UK: Cambridge University Press. hlm. 392–444. ISBN978-0-521-65204-9. OCLC33359444.
Masson, Marilyn A.; Carlos Peraza Lope (2004). "Commoners in Postclassic Maya society: Social versus economic class constructs". Dalam Jon C. Lohse; Fred Valdez Jr. Ancient Maya Commoners. Austin, Texas: University of Texas Press. hlm. 197–223. ISBN978-0-292-70571-5. OCLC803179517.
Miles, Susanna W. (1952). "An Analysis of the Modern Middle American Calendars: A Study in Conservation". Dalam Sol Tax. Acculturation in the Americas. Proceedings and selected papers of the International Congress of Americanists. Chicago, Illinois: University of Chicago Press. hlm. 273–84. OCLC180504894.
Olmedo Vera, Bertina (1997). A. Arellano Hernández; et al., ed. The Mayas of the Classic Period. Mexico City, Mexico: Consejo Nacional para la Cultura y las Artes (CONACULTA). hlm. 9–99. ISBN978-970-18-3005-5. OCLC42213077.
Phillips, Charles (2007) [2006]. The Complete Illustrated History of the Aztecs & Maya: The definitive chronicle of the ancient peoples of Central America & Mexico – including the Aztec, Maya, Olmec, Mixtec, Toltec & Zapotec. London, UK: Anness Publishing Ltd. ISBN978-1-84681-197-5. OCLC642211652.
Popenoe de Hatch, Marion; Christa Schieber de Lavarreda (2001). J.P. Laporte; A.C. Suasnávar; B. Arroyo, ed. "Una revisión preliminar de la historia de Tak'alik Ab'aj, departamento de Retalhuleu" [A Preliminary Revision of the History of Takalik Abaj, Retalhuleu Department] (PDF). Simposio de Investigaciones Arqueológicas en Guatemala (dalam bahasa Spanyol). XIV (2000): 990–1005. OCLC49563126. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2009-12-11. Diakses tanggal 2009-02-01.
Quezada, Sergio (2011). La colonización de los mayas peninsulares [The Colonisation of the Peninsula Maya] (PDF). Biblioteca Básica de Yucatán (dalam bahasa Spanyol). 18. Merida, Yucatan, Mexico: Secretaría de Educación del Gobierno del Estado de Yucatán. ISBN978-607-7824-27-5. OCLC796677890. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2013-11-04. Diakses tanggal 2013-01-20.
Recinos, Adrian (1986) [1952]. Pedro de Alvarado: Conquistador de México y Guatemala [Pedro de Alvarado: Conqueror of Mexico and Guatemala] (dalam bahasa Spanyol) (edisi ke-2). Antigua Guatemala, Guatemala: CENALTEX Centro Nacional de Libros de Texto y Material Didáctico "José de Pineda Ibarra". OCLC243309954.
Reents-Budet, Dorie; Antonia E. Foias; Ronald L. Bishop; M. James Blackman; Stanley Guenter (2007). J.P. Laporte; B. Arroyo; H. Mejía, ed. "Interacciones políticas y el Sitio Ik' (Motul de San José): Datos de la cerámica" [Political Interactions and the Ik' Site (Motul de San Jose): Ceramic Data] (PDF). Simposio de Investigaciones Arqueológicas en Guatemala (dalam bahasa Spanyol). XX (2006): 1416–36. OCLC173275417. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2011-09-14. Diakses tanggal 2009-11-14.
Restall, Matthew; Florine Asselbergs (2007). Invading Guatemala: Spanish, Nahua, and Maya Accounts of the Conquest Wars. University Park, Pennsylvania: Pennsylvania State University Press. ISBN978-0-271-02758-6. OCLC165478850.
SFU Museum of Archaeology and Ethnology. "Featured Artifacts: Mayan Eccentric Flints". Burnaby, British Columbia, Canada: Simon Fraser University Museum of Archaeology and Ethnology. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-02. Diakses tanggal 2015-03-31.
Sharer, Robert J. (2000). "The Maya Highlands and the Adjacent Pacific Coast". Dalam Richard E.W. Adams; Murdo J. Macleod. The Cambridge History of the Native Peoples of the Americas, Vol. II: Mesoamerica, part 1. Cambridge, UK: Cambridge University Press. hlm. 449–99. ISBN978-0-521-35165-2. OCLC33359444.
Taladoire, Eric; Benoit Colsenet (1991). ""Bois Ton Sang, Beaumanoir": The Political and Conflictual Aspects of the Ballgame in the Northern Chiapas Area". Dalam Vernon Scarborough; David R. Wilcox. The Mesoamerican Ballgame. Tucson, Arizona: University of Arizona Press. hlm. 161–74. ISBN978-0-8165-1360-4. OCLC51873028.
Tanaka, Yuki (2008). A Comparative Study of Maya Hieroglyphic Writing and Japanese Orthography in the Quirigua Hieroglyphic Corpus. Ann Arbor, Michigan: ProQuest. ISBN978-0-549-99989-8.
Thompson, J. Eric S. (1966). "The Maya Central Area at the Spanish Conquest and Later: A Problem in Demography". Proceedings of the Royal Anthropological Institute of Great Britain and Ireland (1966): 23–37. doi:10.2307/3031712. JSTOR3031712. ((Perlu berlangganan (help)).
Thompson, J. Eric S. (1990) [1970]. Maya History and Religion. Norman, Oklahoma: University of Oklahoma Press. ISBN978-0-8061-2247-2. OCLC715926981.
Thompson, J. Eric S. (2 Mei 1974). "Maya Astronomy". Philosophical Transactions of the Royal Society of London. Series A, Mathematical and Physical Sciences. 276 (1257, The Place of Astronomy in the Ancient World): 83–98. Bibcode:1974RSPTA.276...83T. doi:10.1098/rsta.1974.0011. ISSN0261-0523. JSTOR74276.
Van Stone, Mark (2011). "It's not the End of the World: emic evidence for local diversity in the Maya Long Count". Proceedings of the International Astronomical Union. 7 (278): 186–191. doi:10.1017/S1743921311012610.
Viqueira, Juan Pedro (2004) [1995]. "Chiapas y sus regiones" [Chiapas and its Regions]. Dalam Juan Pedro Viqueira; Mario Humberto Ruz. Chiapas: los rumbos de otra historia [Chiapas: The courses of a different history] (dalam bahasa Spanyol). Mexico City, Mexico: Centro de Investigaciones Filológicas with Centro de Investigaciones y Estudios Superiores en Antropología Social (CIESAS). hlm. 19–40. ISBN978-968-36-4836-5. OCLC36759921.
WAYEB. "Museums & Collections". European Association of Mayanists (WAYEB). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-11. Diakses tanggal 2015-06-08.
Webster, David (Maret 2000). "The Not So Peaceful Civilization: A Review of Maya War". Journal of World Prehistory. 14 (1): 65–119. doi:10.1023/a:1007813518630. ISSN1573-7802. JSTOR25801154. ((Perlu berlangganan (help)).
Williams, Josh (2010). "Mississippian and Maya Eccentric Flints". Springfield, Missouri: Board of Governors, Missouri State University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-02. Diakses tanggal 2012-12-29.
Wise, Terence; McBride, Angus (2008) [1980]. The Conquistadores. Men-at-Arms. 101. Oxford, UK and New York: Osprey Publishing. ISBN978-0-85045-357-7. OCLC12782941.
Zorich, Zach (November–Desember 2012). "The Maya Sense of Time". Archaeology. Vol. 65 no. 6. New York: Archaeological Institute of America. hlm. 25–29. ISSN0003-8113. JSTOR41804605. OCLC1481828. ((Perlu berlangganan (help)).
Braswell, Geoffrey E. (2014). The Maya and their Central American Neighbors: Settlement patterns, architecture, hieroglyphic texts, and ceramics. Oxford, UK and New York: Routledge. ISBN978-0-415-74487-4. OCLC857897947.
Fitzsimmons, James L. (2009). Death and the Classic Maya Kings. Austin, Texas: University of Texas Press. ISBN978-0-292-71890-6. OCLC699216836.
Garber, James (2004). The Ancient Maya of the Belize Valley: Half a Century of Archaeological Research. Gainesville, Florida: University Press of Florida. ISBN978-0-8130-2685-5. OCLC52334723.
Herring, Adam (2005). Art and Writing in the Maya cities, AD 600–800: A Poetics of Line. Cambridge, England; New York: Cambridge University Press. ISBN978-0-521-84246-4. OCLC56834579.
McKillop, Heather Irene (2005). In Search of Maya Sea Traders. College Station, Texas: Texas A & M University Press. ISBN978-1-58544-389-5. OCLC55145823.
Tiesler, Vera & Andrea Cucina (2006). Janaab' Pakal of Palenque: Reconstructing the Life and Death of a Maya Ruler. Tucson, Arizona: University of Arizona Press. ISBN978-0-8165-2510-2. OCLC62593473.