Pesawat berjenis Airbus A321, mengangkut 217 penumpang dan 7 kru pesawat.[5][6] Sebagian besar penumpang berasal dari Rusia, empat penumpang dari Ukraina, dan satu penumpang dari Belarus.[7]
Seluruh penumpang yang berjumlah dari 217 orang dan 7 orang kru pesawat tewas ketika pesawat tersebut patah dan hancur di udara, termasuk model Rusia Yelena Domoshnyanya. Dengan jumlah korban tewas mencapai 224 orang, Penerbangan 9268 menjadi kecelakaan paling mematikan pada tahun 2015, melampaui Germanwings Penerbangan 9525, kecelakaan kedua yang melibatkan Airbus A321, setelah Airblue Penerbangan 202 dan kecelakaan paling mematikan di antara keluarga pesawat Airbus, melampaui TAM Linhas Aéreas Penerbangan 3054. Kecelakaan ini juga merupakan kecelakaan terburuk di Mesir, melampaui Flash Airlines Penerbangan 604, kecelakaan terburuk dengan jumlah orang Rusia terbanyak, dan kecelakaan terburuk dengan pesawat yang memiliki registrasi di Irlandia.
Beberapa saat setelah diberitakan bahwa pesawat tersebut jatuh, cabang Sinai dari organisasi teroris ISIS, sebelumnya dikenal sebagai Ansar Bait al-Maqdis, mengklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut, di mana secara kebetulan terjadi di wilayah perselisihan Sinai. ISIS kemudian mengklaim bertanggung jawab atas peristiwa tersebut di Twitter, di video, dan di sebuah pernyataan oleh Abu Osama al-Masri, pemimpin ISIS cabang Sinai, ISIS kemudian mempostingkan bom yang digunakan di pesawat tersebut sebagaimana dikutip oleh majalah Dabiq, majalah online organisasi tersebut.
Hingga 4 November 2015, Otoritas Amerika Serikat dan Inggris meyakini bahwa sebuah bom ialah penyebab dibalik kecelakaan tersebut. Pada November 2015, seorang investigator dari bagian investigasi Mesir menyatakan bahwa pihaknya "90 persen yakin" bahwa jet tersebut dibom. Pemimpin investigasi Ayman al-Muqaddam menyatakan bahwa penyebab potensial yang lain ialah ledakan tangki gas, kelelahan logan, dan baterai litium yang kepanasan (overheating). Badan keamanan Rusia menyatakan bahwa menyatakan bahwa pesawat tersebut jatuh akibat serangan teror yang disebabkan oleh bom yang telah diimprovisasi dengan kekuatan setara dengan 1 kg dinamit yang diledakkan ketika di udara. Pihak Rusia menemukan jejak zat kimia eksplosif sebagai bukti.
Dugaan Teror
Pada 10 November2015, Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev, memberikan pernyataan bahwah tidak menutup kemungkinan penyebab kecelakaan pesawat Kogalymavia adalah serangan teror.[8] Dugaan ini juga diperkuat oleh Badan Intelijen Inggris atau SIS yang meyakini pelaku pengeboman pesawat maskapai Kogalymavia itu adalah kelompok pemberontak Sinai yang berbaiat pada ISIS.[9] Pada 17 November2015, Kepala Badan Keamanan FSB Alexander Bortnikov secara resmi menyatakan bahwa penyebab jatuhnya pesawat berpenumpang 224 orang ini, adalah karena "serangan teror".[10] Teroris diduga meletakan bom yang mengandung sekitar 1 kg (2 lbs) TNT[11] di kabin utama pesawat[12].
Pesawat
Pesawat A321-231 dibangun pada tahun 1997 dan pertama kali terbang bersama Middle East Airlines, dari 2003, juga terbang bersama Onur Air dan lebih banyak maskapai termasuk Pacific Airlines, Saudia dan Asiana Airlines sampai Oktober 2011 dan terbang bersama Kogalymavia atau Metrojet pada tahun 2012. Pesawat pernah dapat insiden pada tahun 2001, di mana ketika mendarat, pesawat mengalami tailstrike, yaitu keadaan di mana ekor pesawat menggesek landasan. Ekor tersebut kemudian diperbaiki dan pesawat kembali terbang dengan normal pada tahun 2002.
Kecelakaan
Penerbangan 9268 berangkat dari Sharm el-sheikh airport pada 05:50 EST (03:50 UTC)[13] ke Pulkovo Airport di Saint Petersburg, Russia, dengan 217 penumpang dan tujuh kru pesawat di dalamnya. Pesawat gagal melakukan kontak dengan pengawas udara Siprus 23 menit kemudian.[14] Agen transportasi udara federal Russia mengkonfirmasi bahwa pesawat hilang dari radar pelacakan. Media Mesir menyatakan bahwa pesawat hilang kontak dengan jumlah 214 orang di pesawat, di mana mereka menarik kembali informasi tersebut karena mendengar dari pihak Siprus bahwa pesawat telah mengontak menara Siprus. Namun pihak Siprus membantah, dan Mesir kembali menyatakan bahwa pesawat benar telah hilang kontak. Jumlah penumpang kemudian direvisi menjadi 224 orang.
Grup teroris ISIS menyatakan bahwa mereka bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Pakar terorisme dari media France 24 Wassim Nasr, menyatakan bahwa ISIS tidak pernah mengklaim bertanggung jawab atas suatu kejadian yang tidak pernah mereka lakukan. Media Rusia mengatakan bahwa pilot melaporkan masalah teknis dan meminta mendarat di bandara terdekat sebelum pesawat itu hilang, tetapi pemerintah Mesir membantah klaim itu dan kotak hitam dari pesawat tersebut membuktikan bahwa hal tersebut salah.[15][16] Kementerian Aviation Sipil Mesir mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan pesawat itu pada ketinggian 31.000 ft (9.400 m) ketika menghilang dari layar radar setelah keturunan curam 5.000 ft (1.500 m) dalam satu menit. Flightradar24 menunjukkan pesawat menanjak ke 33500 ft (10.200 m) di 404 kn (748 km / h; 465 mph) sebelum tiba-tiba turun ke 28.375 ft (8.649 m) di 62 kn (115 km / h; 71 mph) sekitar 50 km ( 31 mil) utara timur Nekhel, setelah posisinya tidak lagi dilacak. Seluruh 224 penumpang dan kru tewas.[16]
Kantor berita internasional ternama, Reuters, mengutip perkataan dari seorang polisi bahwa badan pesawat Penerbangan 9268 hancur lebur. Serpihan-serpihan pesawat di mana-mana dan bagian depan pesawat terpisah dari bagian ekor pesawat sejauh 5 km, mengindikasikan bahwa pesawat tersebut hancur di udara. Video dari udara yang disiarkan oleh kantor berita RT mengindikasikan bahwa bagian sayap pesawat utuh hingga saat tabrakan dengan tanah. Pola serpihan pesawat, dikombinasikan dengan tidak logisnya perubahan ketinggian dan kecepatan pesawat, mengindikasikan bahwa bagian ekor dan depan pesawat putus ketika penerbangan dan jatuh secara terpisah.
Mesir segera mendatangkan sekitar 50 ambulans ke tempat kejadian. Seorang regu penyelamat yang berhasil mendatangi tempat kejadian menyatakan bahwa pesawat tersebut terbelah dua, di mana satu bagian hancur dan bagian lain menghantam bebatuan. Pada awalnya, regu penyelamat mengira bahwa mereka mendengar teriakan minta tolong di bagian belakang pesawat, namun kemudian, hanya mayat yang ditemukan. Sekitar 100 mayat kemudian ditemukan oleh mereka.
Penerbangan 9268 membawa total 224 orang, terdiri dari 217 penumpang, termasuk dua puluh lima anak-anak, dan tujuh awak. Sebagian besar penumpang adalah warga Rusia, menurut kedutaan Rusia, dan mayoritas penumpang adalah perempuan. Ada juga empat warga Ukraina dan satu warga Belarusia. Sebagian besar penumpang adalah wisatawan yang kembali dari resort Laut Merah.[20] Sebagian besar penumpang Rusia tersebut berasal dari Rusia bagian barat laut, yaitu dari Leningrad, Velikiy Novgorod, dan Pskov.
Menurut Kogalymavia, Pilot penerbangan ini, Valery Yurievich Nemov, memiliki lebih dari 12.000 jam waktu penerbangan, termasuk 3.800 jam pada jenis pesawat ini.
Kecelakaan ini menyebabkan banyak anak menjadi yatim-piatu, diakibatkan kebanyakan anak korban ditinggal dan dititipkan di Rusia.
Investigasi
Ayman al-Muqaddam, kepala badan pengawas kecelakaan udara di Mesir, ditunjuk untuk menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat tersebut. Dalam sebuah pernyataan pada 31 Oktober, ia mengindikasikan bahwa sang pilot sempat melakukan kontak dengan otoritas penerbangan setempat dan meminta izin untuk mendarat di bandara terdekat. Ia menyatakan bahwa kemungkinan pesawat ingin mendarat darurat di Bandar Udara Internasional El Arish di Sinai utara.[21] Pada hari yang sama, Kementrian Penerbangan Publik Mesir Hossam Kamel mengatakan bahwa rekaman dari air traffic control setempat tidak mengindikasikan adanya panggilan darurat ataupun perubahan rute yang diinginkan oleh pilot.[22] Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menyatakan bahwa mendaftarkan penyebab potensial dapat memakan waktu berbulan-bulan.[23]
Kementrian Keadaan Darurat Rusia mengirimkan tiga pesawat dari Negeri tersebut ke tempat kejadian. Komite Investigasi Rusia juga mulai melaksanakan kasus legal dengan Kogalymavia atas "penyelewengan peraturan penerbangan dan persiapan.[24] Staff-staff Kogalymavia juga diinterogasi, bersamaaan dengan agensi Brisco tour and travel yang telah menyewa pesawat tersebut. Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry berjanji untuk bekerja sama dengan tim investigasi Rusia untuk mengetahui penyebab kejatuhan pesawat tersebut. Pesawat tersebut lulus inspeksi setelah lepas landas. Investigator juga akan menyelidiki kamera CCTV bandara.[25] Secepatnya setelah kabar pesawat tersebut jatuh, tim investigasi Rusia menyimpulkan bahwa bahan bakar pesawat tersebut memenuhi syarat standar.[26]
Badan Investigasi Kecelakaan Udara Prancis BEA, BFU (Jerman), dan AAIU (Irlandia) turut berpartisipasi atas kejadian tersebut sebagai wakil negara pendesain, pembuat, dan pengregristrasi.[27][28] BEA mengirim dua orang, beserta 6 wakil dari Airbus, ke Mesir pada 1 November.[27] Menurut BEA, mereka bergabung dengan dua investigator dari BFU dan 4 investigator dari Komite Udara Antarnegara.[27]
Kedua flight data recorder dan cockpit voice recorder dievakuasi pada 1 November. Menteri Transportasi Rusia Maksim Sokolov dan tim spesialis investigasi sampai di Kairo untuk membantu tim investigasi Mesir dalam menentukan penyebab kecelakaan. Kedua Flight Data Recorder dikabarkan dalam kondisi bagus.[29] Pada 4 November, Menteri Penerbangan Publik Mesir menyatakan bahwa Cockpit Voice Recorder dari pesawat tersebut cukup rusak dan perlu usaha ekstra untuk mengeluarkannya.[30] Cockpit Voice Recorder tersebut mengindikasikan bahwa semua keadaan normal hingga suatu kejadian yang mengerikan. Suatu ledakan ataupun suara yang keras terdengar sebelum rekaman tersebut berhenti merekam.[31]
Badan SAR Nasional Mesir telah menemukan 163 bodies hingga 1 November. Selagi daerah pencarian diperluas,tim Mesir menemukan badan seorang anak-anak sejauh 8 km dari serpihan-serpihan, mengindikasikan bahwa pesawat tersebut hancur diudara, dan anak tersebut terhisap keluar dari pesawat, dan dikonfirmasi oleh investigator Rusia Viktor Sorochenko.[32]
Seorang badan otoritas Mesir yang tidak dinamakan dikutip Reuters mengatakan bahwa ekor Penerbangan 9268 putus dari badan utama pesawat dan terbakar, yang dapat mengindikasikan bahwa sebuah ledakan terjadi.[33] Menurut seorang anggota senior Pertahanan AS pada 2 November, satelit inframerah AS mendeteksi sebuah kilatan panas pada waktu dan tempat bencana. Badan Intelijen Amerika mempercayai bahwa itu mungkin merupakan sebuah ledakan, dari ledakan tangki maupun dari bom dan foto satelit tidak membuktikan adanya serangan rudal/misil. Badan Intelijen Nasional Amerika James R. Clapper menyatakan bahwa tidak ada bukti langsung keterlibatan teroris.[34] Beberapa media Inggris menyatakan bahwa bom ISIS merupakan kemungkinan terbesar penyebab pesawat tersebut jatuh.[35]
Tanggapan
Russia
Pada 1 November 2015, pemerintah Rusia melarang seluruh Airbus A321 milik maskapai Kogalymavia untuk terbang. Kantor berita Rusia Interfax menyatakan bahwa penyedia transportasi Rusia, Rostransnadzor, telah meminta maskapai Kogalymavia (Metrojet) agar tidak menerbangkan pesawatnya hingga penyebabnya diketahui.
Maria Zakharova, juru bicara dari Kementrian Luar Negeri Rusia, menyatakan bahwa Kedutaan Rusia tengah mengawasi kejadian tersebut. Presiden Vladimir Putin menyatakan 1 November sebagai hari berkabung bagi Rusia.
Dmitry Konstantinovich Kiselyov menyalahkan kejadian tersebut disebabkan oleh aliansi antara Amerika dan ISIS.
Pertama-tamanya, wakil Rusia menyatakan bahwa tidak ada sekecil apapun bukti bahwa teroris yang menyebabkan pesawat tersebut jatuh dan menyangkal adanya kaitan antara kecelakaan tersebut dengan campur tangan Rusia di Suriah. Namun, pada 17 November ketua Badan Keamanan Rusia menyatakan bahwa penyebab pesawat tersebut jatuh ialah disebabkan oleh serangan teroris dan mengatakan bahwa Rusia akan menghadiahkan 50 juta dollar bagi siapapun yang dapat memberikan informasi mengenai pelaku pengeboman tersebut.
Mesir
Perdana Menteri Mesir Sherif Ismail menyatakan bahwa pesawat tersebut jatuh[2] dan membatalkan semua pertemuannya setelah mendengar berita itu.[36]
^Haitham El-Tabei (1 November 2015). "Russia plane 'broke up in air', bodies flown home from Egypt". Yahoo! News. Agence France-Presse. Diakses tanggal 6 November 2015. "The disintegration happened in the air and the fragments are strewn over a large area," said Viktor Sorochenko, a senior official with Russia's Interstate Aviation Committee, quoted by the Russian news agency RIA-Novosti from Cairo. Sorochenko, who is heading an international panel of experts, said it was "too early to draw conclusions" about what caused the flight from the Red Sea holiday resort of Sharm el-Sheikh to Saint Petersburg to crash.
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama auto1