Mapane

Demografi

Penduduk asli Mapane atau dulunya disebut Takule yaitu dari Suku Bare'e To Lage berkehidupan dengan berpenghasilan mayoritas Pedagang dan Nelayan.

Sejarah

Jika di Peta Tana Poso, Didekat Mapane Salah satu sungai bertuliskan nama Bega, “miring”, dan orang asing telah menerapkan nama ini pada seluruh sungai, sehingga sering kali nama tersebut ditunjukkan pada peta.

Wilayah Mapane adalah yang berwarna biru

Mapane terletak di tujuh kutub barat Poso dan dihuni oleh Suku Bare'e To Lage sebagai suku asli di Tana Poso. Mapane dulunya Bernama Takule[1], Takule dalam Bahasa Bare'e artinya Sakit. Suku Bare'e To Lage (ToLage) memberikan nama "Takule" karena banyaknya orang pendatang tidur-tiduran di pantai Mapane seperti orang sakit, sehingga tempat tersebut dinamakan Takule[2]. Dan ternyata orang tidur-tiduran seperti sakit "Takule" tersebut punya maksud karena adanya pemaksaan sebagai Siapa "Tuan"nya Tana Poso dan terkandung makna "Penghianatan dan Pelanggaran perdamaian", ternyata "Takule" terjadi karena sebuah taktik Politik pecah belah Belanda.

Dan setelah peristiwa "Takule", ternyata Misionaris Belanda Albertus Christiaan Kruyt menginjakkan kakinya dekat muara Sungai Poso tepatnya di Mapane, lewat jalur darat dari Gorontalo. Pada saat itu, wilayah pedalaman belum ditempati oleh pemerintah kolonial. Penduduk Tana Poso saat itu tunduk pada Kerajaan Tojo melalui Perjanjian Mobalusala dari To Kadombuku[3], dan kerajaan Sigi di wilayah Napu. Beberapa tahun kemudian, Nederlands Bijbelgenootschap (Bible Society) Belanda mengirim ahli bahasa Nicolaus Adriani, untuk membantu Kruyt dengan menerjemahkan Alkitab Injil.

Peritiwa tersebut terjadi pada tahun 1892, dimana pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk mendaratkan seorang misionaris muda bernama Albertus Christiaan Kruyt di Mapane.[4] Hingga awal tahun 1905, Kruyt dan Adriani terus menerus melakukan ekspedisi pemetaan wilayah Poso, terutama kekuatan potensial pasukannya, sebagai data awal yang kemudian digunakan pihak Belanda untuk menundukkan Poso dengan taktik Politik pecah belah Belanda yaitu menjadikan Desa Pebato (WawoMpebato) dan Desa Onda'e (Wawo Onda'e) menjadi Landschap Pebato dan Landschap Onda'e untuk memperkecil wilayah Suku Bare'e To Lage di wilayah pantai Teluk Tomini. Belanda selalu beralasan yang punya Tana Poso adalah "Pangeran Bone", tetapi Kerajaan Tojo menanggapi pihak Belanda dengan sangat tenang karena Kerajaan Tojo memiliki Tombak Arajang[5] pemberian dari Kerajaan Bone dari Sulawesi Selatan sewaktu mendirikan Kerajaan Tojo tahun 1770 oleh Raja Tojo Pilewiti yang merupakan sepupu Raja Bone.

Dan sampai akhir abad ke-20, Mapane adalah salah satu kota terbesar di pesisir selatan Teluk Tomini, dan merupakan bagian dari rute perdagangan Parigi-Mapane-Tojo. Pasar di Mapane merupakan tempat terjadinya transaksi barter antara orang Suku Bare'e dengan para pedagang dan saudagar Tionghoa, Arab, dan juga Belanda.

Lihat Pula

Referensi

  1. ^ OHAIO-LIEDEREN (LAGU OHIO !), Mapane bernama Takule, De Bare'e-Sprekende de Toradja van midden celebes jilid 3, halaman 601.[1].
  2. ^ OHAIO-LIEDEREN (LAGU OHIO !), penghianatan dan pelanggaran perdamaian To Parigi, De Bare'e-Sprekende de Toradja van midden celebes jilid 3, halaman 601.[2].
  3. ^ Aanrakingen met den Djena van Todjo, De Bare'e-Sprekende de Toradja Van midden celebes jilid 1 halaman 139-140, [3].
  4. ^ "Ekspedisi Militer Belanda di Posso: Kisah Penaklukan Tana Poso di awal Abad XX". Poso Mori. 3 Mei 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-26. Diakses tanggal 27 Januari 2016. 
  5. ^ TOMBAK ARAJANG KERAJAAN TOJO, foto tombak arajang bisa dilihat pada halaman 3, kamus bahasa bare'e terjemahan dari Bare’e-Nederlandsch Woordenboek (Brill, 1928, sebaiknya di download terlebih dahulu) di : https://id.scribd.com/document/665733193/KAMUS-BAHASA-BARE-E-BARE-E-TAAL-Bahasanya-Suku-Bare-e.[4].