Sebelum tahanan pertama tiba pada Maret 1942, Manzanar dulunya merupakan permukiman suku Indian di Amerika Serikat yang sebagian besar menghuni di desa-desa dekat anak sungai di kawasan tersebut. Peternak dan penambang emas secara resmi mendirikan kota Manzanar pada tahun 1910,[8] namun akhirnya kota ini ditinggalkan pada tahun 1929 setelah Kota Los Angeles membeli hak penguasaan air di hampir seluruh kawasan kota.[7] Manzanar merupakan bukti sejarah atas relokasi paksa, yang dimulai dari suku Indian, para peternak dan penambang, dan akhirnya orang Jepang-Amerika.
Setelah tawanan terakhir meninggalkan Manzanar pada tahun 1945, para mantan tawanan bekerja keras untuk menjadikannya sebagai Situs Historis Nasional. Seperti dicantum dalam undang-undang yang menetapkan Manzanar sebagai Situs Historis Nasional, lokasi ini dilestarikan seperti era penginterniran orang Jepang-Amerika,[9]. Di situs ini juga dihidupkan kembali situasi kota Manzanar ketika kota ini masih berupa kota peternakan dan kota permukiman suku Indian Paiute Lembah Owens.[9][10]
Terminologi
Sebutan untuk lokasi yang dipakai Pemerintah Amerika Serikat untuk menahan orang Amerika keturunan Jepang beserta orang tua mereka yang imigran dari Jepang seperti Manzanar dan kamp-kamp lainnya sudah merupakan bahan perdebatan di Amerika Serikat sejak akhir Perang Dunia II.[11][12][13] Manzanar pernah disebut sebagai Pusat Relokasi Perang, kamp relokasi, pusat relokasi, kamp interniran, dan kamp konsentrasi. Kontroversi mengenai istilah yang paling pantas dan akurat masih berlanjut hingga kini.
Dr. James Hirabayashi, Profesor Emeritus dan mantan Dekan Studi Etnik di Universitas Negara Bagian San Francisco menulis sebuah artikel pada tahun 1994 yang menanyakan alasan masih dipakainya istilah-istilah eufemisme untuk menyebut kamp-kamp seperti Manzanar.
Mari kita meninjau kembali butir-butir utama dalam perdebatan ini. Lebih dari 120 ribu penduduk Amerika Serikat, dua pertiga darinya adalah warga negara Amerika, dipenjarakan di bawah penjagaan bersenjata. Tanpa melakukan kejahatan apa pun, tanpa pengadilan, dan tanpa kesalahan: orang Jepang-Amerika dijadikan tahanan politik. Penahanan warga negara Amerika di suatu lokasi yang dijaga oleh penjaga bersenjata pastinya layak disebut "kamp konsentrasi". Namun apakah istilah yang dipakai oleh pejabat pemerintah yang terlibat peristiwa ini dan tokoh yang membenarkan tindakan mereka? Raymond Okamura menyusun daftar terinci mengenai istilah-istilah yang digunakan. Coba kita lihat tiga contoh eufemisme berikut ini: "evakuasi", "relokasi", dan "bukan orang asing". Hanya korban banjir dan gempa bumi yang dievakuasi dan direlokasi. Kata-kata tersebut hanya dapat dipakai bila orang-orang tersebut dipindahkan untuk menyelamatkan, dan melindungi mereka dari bahaya.
Pejabat yang membuat kebijakan resmi pemerintah menggunakan istilah evakuasi secara konsisten untuk menyebut pemindahan secara paksa orang Jepang-Amerika, dan lokasi-lokasinya disebut pusat relokasi. Ini adalah eufemisme ("penggantian dengan ungkapan yang lebih halus untuk ungkapan yang dianggap tidak menyenangkan") karena istilah-istilah tersebut tidak mencakup pemindahan secara paksa atau penawanan di lokasi yang dikeliling oleh pagar dan dipatroli oleh penjaga bersenjata. Penghalusan ini bersifat disengaja.[14]
Hirabayashi lebih lanjut menjelaskan tentang kerugian yang ditimbulkan akibat penggunaan eufemisme, dan juga mengemukakan soal apakah istilah kamp konsentrasi hanya boleh dipakai untuk kamp-kamp Nazi.
Pemakaian eufemisme oleh pemerintah secara terus menerus dapat merugikan karena menyamarkan atau melembutkan kenyataan yang sebelumnya telah diakui secara hukum sebagai kesalahan besar. Tindakan [menginternir orang Jepang-Amerika] melanggar beberapa prinsip-prinsip dasar Konstitusi Amerika Serikat, sebagai suatu landasan hukum yang mengatur cara kita memerintah. Pelanggaran hak-hak fundamental seperti ini memiliki konsekuensi bagi semua warga negara di dalam masyarakat kita, dan kita harus menjaganya agar tidak pernah terulang lagi.
Beberapa pihak berargumentasi bahwa istilah kamp konsentrasi hanya cocok untuk kamp-kamp Jerman Nazi semasa Holocaust, dan pemakaian istilah kamp konsentrasi untuk kamp-kamp Jepang-Amerika dikhawatirkan dapat menghina orang Yahudi. Memang benar orang Jepang-Amerika tidak menderita nasib buruk seperti halnya orang Yahudi di kamp-kamp konsentrasi yang kejam atau kamp-kamp kematian tempat Jerman Nazi melakukan kebijakan genosida. Walaupun hanya sedikit korban jiwa yang jatuh di kamp konsentrasi orang Jepang-Amerika, tidak dapat meniadakan kenyataan bahwa penahanan warga negara Amerika Serikat keturunan Jepang adalah tindakan yang melawan konstitusi. Penelitian Michi dan Walter Weglyn mengungkap istilah-istilah seperti kamp-kamp pengawasan dan pengawalan, pusat penerimaan, dan kamp transit sebagai eufemisme yang dipakai Jerman Nazi untuk menyebut kamp-kamp konsentrasi mereka. Pantas pula disebut bahwa Nazi tidak bertindak di bawah Konstitusi Amerika Serikat. Perbandingan tersebut biasanya lupa menyebutkan bahwa Hitler bertindak di bawah peraturan-peraturan Reich Ketiga. Di Amerika, tiga pilar Pemerintah Amerika Serikat yang bertindak di bawah Konstitusi Amerika Serikat telah mengabaikan Bill of Rights dengan memenjarakan orang Jepang-Amerika.[14]
Pada tahun 1998, penggunaan istilah kamp konsentrasi mendapat dukungan yang lebih besar sebelum dibukanya pameran kamp Jepang-Amerika di Pulau Ellis. Pada awalnya Komite Yahudi Amerika (AJC) dan Dinas Taman Nasional pengelola Pulau Ellis berkeberatan dengan penggunaan istilah ini dalam pameran.[15] Namun dalam pertemuan selanjutnya di kantor-kantor AJC di New York City, para pemimpin yang mewakili orang Jepang-Amerika dan Yahudi-Amerika mencapai kesepakatan mengenai penggunaan istilah kamp konsentrasi.[16] Setelah pertemuan, the Museum Nasional Jepang-Amerika dan AJC mengeluarkan pernyataan bersama (pernyataan ini juga ditampilkan dalam pameran) yang di antaranya dikutip di bawah ini.
Sebuah kamp konsentrasi adalah tempat orang ditawan bukan karena kejahatan yang telah mereka lakukan, tapi hanya karena siapa mereka. Walaupun ada banyak kelompok-kelompok yang telah menjadi korban persekusi sepanjang sejarah, istilah kamp konsentrasi pertama kali dipakai pada pergantian abad ini dalam Perang Spanyol-Amerika dan Perang Boer. Dalam Perang Dunia II, kamp konsentrasi Amerika sangat jelas berbeda dari kamp konsentrasi Jerman Nazi. Kamp-kamp Nazi adalah tempat penyiksaan, eksperimen kedokteran yang tidak beradab, dan eksekusi ekstrayudisial; di antaranya adalah pusat-pusat pemusnahan yang dilengkapi kamar-kamar gas. Enam juta orang Yahudi dibantai dalam Holocaust. Banyak di antaranya, termasuk orang Gipsi, orang Polandia, homoseksual, dan tahanan politik juga menjadi korban kamp konsentrasi Nazi. Pada tahun-tahun belakangan ini, kamp konsentrasi juga ada di bekas Uni Soviet, Kamboja, dan Bosnia. Meskipun berbeda-beda, semua memiliki satu kesamaan: pihak yang berkuasa menciduk satu kelompok minoritas dari suatu populasi, dan masyarakat umum membiarkan hal itu terjadi.[17][18]
Harian New York Times menerbitkan editorial anonim yang mendukung penggunaan istilah kamp konsentrasi untuk pameran.[19] Sebuah artikel mengutip kolumnis The Jewish Week bernama Jonathan Mark yang menulis, "Tidak ada dapatkah orang lain berbicara mengenai perbudakan, gas, kereta api, kamp-kamp? Itu malapraktik orang Yahudi yang memonopoli kepahitan dan meminimalisasi para korban."[20] Dalam penyataannya semasa kontroversi berlangsung, Direktur Eksekutif AJC David A. Harris berkata "Kami tidak pernah mengklaim eksklusivitas Yahudi untuk istilah 'kamp konsentrasi'"[21]
Sejarah sebelum Perang Dunia II
Suku Indian Paiute Lembah Owens
Manzanar pertama kali dihuni oleh penduduk asli Amerika sekitar 10.000 tahun lampau. Sekitar 1.500 tahun yang lalu, kawasan ini dihuni suku Paiute Lembah Owens[7] yang mengembara di Lembah Owens dari Long Valley di utara hingga Danau Owens di selatan, dan dari puncak Sierra Nevada di barat hingga Pegunungan Inyo di timur.[22] Di antara suku Indian lain di kawasan ini terdapat suku Miwok, suku Mono Barat, dan suku Tübatulabal di barat, suku Shoshone di selatan dan timur, serta suku Paiute Danau Mono di utara.[22] Suku Paiute Lembah Owens mencari makan dengan berburu serta memancing, mengumpulkan kacang pinus dan bercocok tanam menggunakan irigasi di kawasan Manzanar.[7][23] Mereka juga berdagang gerabah untuk membeli garam dari Lembah Saline, dan berdagang perkakas dan barang-barang lain di kawasan Sierra Nevada selama musim panas dan musim gugur.[24]
Lembah Owens hanya sedikit mendapat perhatian dari orang Eropa-Amerika sebelum awal 1860-an karena tempat ini hanyalah persimpangan jalan menuju ke tempat-tempat lain. Setelah emas dan perak ditemukan di Sierra Nevada dan Pegunungan Inyo, penambang, petani, peternak beserta hewan ternak mereka yang lapar, secara tiba-tiba berbondong-bondong mendatangi Lembah Owens, dan menimbulkan konflik dengan suku Paiute Lembah Owens yang tanaman pertaniannya dihancurkan.[25] Konflik ini memicu Perang Indian Lembah Owens 1861–1863 yang berakhir dengan kekalahan suku Paiute Lembah Owens. Di bawah todongan senjata Angkatan Darat Amerika Serikat, mereka bersama penduduk asli lainnya di kawasan tersebut dipaksa untuk berjalan sejauh hampir 320 km menuju Fort Tejon,[23] dalam salah satu dari sejumlah relokasi paksa yang disebut Jalur Air Mata terhadap penduduk asli Amerika di Amerika Serikat.[26][27]
Sekitar sepertiga suku Indian di Lembah Owens dipaksa pindah ke Benteng Tejon. Sesudah 1863, sebagian di antaranya kembali ke desa-desa mereka di sepanjang anak-anak sungai yang mengalir dari Pegunungan Sierra Nevada.[26] Di kawasan Manzanar, suku Paiute Lembah Owens mendirikan desa-desa sepanjang anak sungai Bairs, Georges, Shepherds, dan Symmes.[26] Bukti-bukti bekas permukiman suku Paiute masih ada hingga sekarang.
Pengusaha peternakan
Ketika pemukim kulit putih Eropa-Amerika tiba untuk pertama kalinya di Lembah Owens pada pertengahan abad ke-19, mereka menemukan sejumlah desa berukuran besar yang dihuni suku Paiute di daerah Manzanar.[28] John Shepherd, salah seorang dari pemukim baru, mengklaim tanah seluas 65 hektare sebagai rumah dan pekarangan miliknya di lokasi 4,8 km utara Georges Creek pada tahun 1864. Dengan bantuan buruh dan peladang dari suku Paiute Lembah Owens,[29] ia memperluas peternakannya hingga 810 hektare.[30]
Pada tahun 1905, George Chaffey, seorang pengembang lahan pertanian dari California Selatan membeli peternakan Shepherd dan peternakan lain yang berdekatan dan memecah-mecahnya. Ia mendirikan kota Manzanar pada tahun 1910.[8][31] Perusahaan bernama Owens Valley Improvement Company milik Chaffey membangun sistem irigasi dan menanam ribuan pohon buah.[8] Di kota ini pada tahun 1920 terdapat dua puluh lima rumah, sebuah sekolah dengan dua ruang kelas, sebuah balai kota, dan sebuah toko kelontong.[31] Pada waktu itu pula terdapat hampir 2 ribu hektare kebun buah yang ditanami pohon apel, pir, persik, serta ladang anggur, plum, kentang, jagung, dan alfalfa, ditambah kebun-kebun sayur dan bunga yang luas.[8][32] "Manzanar dulunya adalah tempat yang sangat menyenangkan dan tempat yang nyaman untuk tinggal, dengan kebun-kebun persik, pir, dan apel, serta jalan pedesaan yang dinaungi deretan pohon, padang rumput, dan ladang jagung," demikian kata Martha Mills yang tinggal di Manzanar dari 1916 hingga 1920.[33] Beberapa kebun buah dari tahap awal pengembangan Manzanar beserta sisa-sisa kota dan peternakan masih dapat dilihat di Manzanar sekarang ini.[31]
Memuaskan kebutuhan air minum Los Angeles
Paling tidak sejak Maret 1905, Kota Los Angeles secara diam-diam mulai memperoleh hak penguasaan atas air di Lembah Owens.[34][35]Saluran Air Los Angeles sepanjang 375 km selesai dibangun pada tahun 1913 untuk mengalihkan aliran Sungai Owens ke kota Los Angeles, dan tidak lagi berakhir di Danau Owens.[36][37] Namun tidak perlu waktu lama bagi pejabat air minum Los Angeles untuk menyadari air dari Sungai Owens ternyata tidak cukup untuk memberi minum penduduk metropolis yang sedang tumbuh dengan cepat. Pada tahun 1920, mereka mulai membeli hak atas air di Lembah Owens. Sepanjang dekade 1920-an, Kota Los Angeles mulai membeli tanah dari petani di Lembah Owens satu demi satu, hingga sampai ke utara di Mono County, termasuk Long Valley.[38] Pada tahun 1933, Kota Los Angeles sudah memiliki 85% dari keseluruhan properti di kota, dan 95% dari semua tanah peternakan di Lembah Owens, termasuk Manzanar.[31]
Walaupun beberapa penduduk menjual tanah mereka dengan harga pantas hingga mereka dapat mandiri secara finansial, dan pindah ke tempat lain, sejumlah besar penduduk memilih tetap tinggal. Di musim-musim kering, Pemerintah Kota Los Angeles memompa air tanah dan menguras semua air sungai, serta mengalihkannya ke saluran air dan membuat peternak di Lembah Owens tanpa air sama sekali.[39] Tanpa air untuk irigasi, para peternak yang masih bertahan akhirnya terpaksa meninggalkan peternakan mereka. Manzanar akhirnya ditinggalkan penduduknya pada tahun 1929.[7] Kota ini kosong tanpa penduduk hingga Angkatan Darat Amerika Serikat menyewa tanah seluas 2.500 hektare dari Kota Los Angeles untuk dijadikan Pusat Relokasi Perang Manzanar.[7]
Pada tahun-tahun awal di sini begitu banyak air, ketika seekor kuda menarik kereta, ada air yang sering kali sampai hingga di lutut kuda," ujar Lucille DeBoer yang tinggal di peternakan di Manzanar. "Kalau sudah begitu, anak-anak melepas sepatu dan kaus kaki dan berjalan pulang ke rumah. Pada awal tahun 1900-an, Kota Los Angeles mulai membeli peternakan-peternakan di Lembah Owens sebagai pasokan air bagi penduduk Los Angeles. Penduduk mulai menjual tanah mereka kepada Pemerintah Kota L.A., sumur-sumur digali untuk menguras air dari tanah, lalu pohon-pohon mulai mati, dan tanah ini akhirnya berubah menjadi tanah gersang yang kosong. Berakhirlah sejarah Tanah Apel Merah Besar.[32]
Masa perang: 1942–1945
Setelah Pengeboman Pearl Harbor 7 Desember 1941, Pemerintah Amerika Serikat segera bergerak untuk memecahkan "masalah orang Jepang" di Pantai Barat Amerika Serikat.[40] Pada petang hari yang sama, Federal Bureau of Investigation (FBI) menangkapi penduduk asing yang dianggap "musuh", termasuk 2.192 orang keturunan Jepang.[41] Pemerintah California segera bertindak sesuai kebijakan pemerintah pusat karena sebagian besar warga cemas terhadap gerak-gerik orang keturunan Jepang.
Pada 19 Februari 1942, Presiden Franklin D. Roosevelt menandatangani Executive Order 9066 yang memberi wewenang kepada Menteri Perang untuk menunjuk komandan-komandan militer, menetapkan daerah militer, dan mengeksklusi "orang atau semua orang" dari kawasan-kawasan tersebut. Perintah tersebut juga memberi wewenang untuk membangun tempat-tempat yang kemudian disebut "pusat-pusat relokasi" oleh Otoritas Relokasi Perang sebagai tempat penampungan orang-orang yang dieksklusi.[42] Perintah tersebut mengakibatkan lebih dari 120.000 orang Jepang-Amerika dipindahkan secara paksa, dua pertiga di antaranya adalah warga negara Amerika Serikat yang lahir di Amerika Serikat. Sementara itu usaha sisanya untuk mendapatkan kewarganegaraan dihalangi oleh undang-undang federal.[43][44] Lebih dari 110.000 orang ditahan di 10 kamp konsentrasi yang terletak jauh di pedalaman dan jauh dari pantai.[41]
Manzanar adalah kamp konsentrasi pertama dari 10 kamp konsentrasi yang pernah dibuat.[45] Pada awalnya, tempat ini merupakan sebuah "pusat penerimaan" sementara dengan nama Pusat Penerimaan Lembah Owens dari 21 Maret 1942 hingga 31 Mei 1942.[45] Pada waktu itu, Manzanar dikelola oleh Angkatan Darat Amerika Serikat di bawah Administrasi Pengendalian Warga Sipil Semasa Perang (Wartime Civilian Control Administration, disingkat WCCA).[46]
Pusat Penerimaan Lembah Owens dialihkan kepada Otoritas Relokasi Perang (WRA) pada 1 Juni 1942, dan secara resmi diberi nama Pusat Relokasi Perang Manzanar. Tawanan Jepang-Amerika pertama yang tiba di Manzanar adalah para sukarelawan yang ikut membantu membangun kamp. Pada pertengahan April 1942, orang Jepang-Amerika yang tiba setiap harinya di Manzanar berjumlah hingga 1.000 orang. Pada Juli 1942, tawanan di kamp Manzanar sudah hampir berjumlah 10.000 orang.[47] Lebih dari 90% tawanan berasal dari kawasan Los Angeles, sementara sisanya berasal dari Stockton, California; dan Bainbridge Island, Washington.[47] Sebagian dari mereka adalah petani dan nelayan. Pada puncaknya, Manzanar dihuni oleh 10.046 tawanan, dan total 11.070 orang pernah ditahan di sana.[7]
Iklim
Keadaan iklim di Manzanar membuat para tawanan menderita, dan hanya sedikit di antara mereka yang terbiasa dengan iklim ekstrem di kawasan tersebut. Barak-barak hanya berupa bangunan sementara, dan tidak memadai untuk melindungi penghuni di dalamnya dari udara luar. Lembah Owens berada di ketinggian sekitar 1.200 meter.[48] Musim panas di tanah padang pasir Lembah Owens umumnya panas, tidak jarang suhu udara lebih dari 38 °C.[48] Sepanjang musim dingin kadang-kadang turun salju dan suhu udara pada siang hari sering turun hingga 4 °C.[48] Suhu udara pada malam hari umumnya 1 °C hingga 4 °C lebih rendah dari suhu udara tertinggi pada siang hari, dan angin kencang sering bertiup siang atau malam hari.[46][48] Curah hujan rata-rata di kawasan ini hanya 12,7 cm. Debu adalah masalah sehari-hari akibat seringnya angin kencang. Begitu banyaknya debu di Manzanar hingga para tawanan biasanya bangun di pagi hari dengan tubuh ditutupi lapisan debu halus dari kepala hingga ujung kaki. Mereka juga terus menerus harus menyapu debu dari dalam barak.[49]
"Pada musim panas, hawa panas tidak tertahankan lagi", keluh Ralph Lazo mantan penghuni Manzanar. "Pada musim dingin, minyak pembagian yang cuma sedikit tidak cukup untuk menghangatkan barak kayu pinus yang dindingnya dilapisi kertas tar dan ada lubang-lubang besar di lantai. Angin dapat saja bertiup begitu kencang hingga melemparkan batu ke sana sini."[50]
Tata letak kamp dan fasilitas
Kamp Manzanar menempati tanah seluas 2.500 hektare yang disewa dari pemerintah kota Los Angeles,[7] berikut kawasan yang sudah dibangun sebelumnya sekitar 220 hektare.[51] Kawasan tempat tinggal tawanan luasnya sekitar 2,6 km2, dan berisi 36 blok barak-barak yang dibangun secara tergesa-gesa.[52] Masing-masing barak luasnya 6,1 m x 30 m, dinding dilapisi kertas tar. Satu keluarga tawanan menempati ruang "apartemen" seluas 6,1 m x 7,6 m dalam barak. Masing-masing ruang tinggal tawanan dipisahkan oleh partisi yang tidak sampai ke atap sehingga privasi tidak terjamin.[53][54] Kurangnya privasi merupakan masalah utama bagi tawanan, khususnya karena penghuni kamp hanya disediakan toilet umum laki-laki dan perempuan untuk digunakan secara bersama-sama.[53][54]
“...Salah satu hal yang sangat menyiksa adalah toilet umum, tanpa penyekat, dan kamar mandi pancuran tanpa sekat," kata Rosie Kakuuchi, mantan tawanan di Manzanar.[52]
Setiap blok tempat tinggal juga memiliki sebuah aula komunal, satu ruang cuci, satu aula rekreasi, satu ruang setrika, dan satu tangki penyimpanan minyak bakar, kecuali Blok 33 yang tidak memiliki aula rekreasi.[54] Selain blok-blok untuk tempat tinggal tawanan, Manzanar juga memiliki 34 blok tambahan yang ditinggali para staf kamp, kantor administrasi, dua gudang, sebuah garasi, rumah sakit kamp, dan 24 lahan kosong untuk mencegah api menjalar ketika ada kebakaran.[51] Kamp ini juga memiliki fasilitas sekolah, auditorium sekolah menengah atas, perumahan staf, peternakan babi dan ayam, gereja, sebuah pemakaman, sebuah kantor pos, sebuah toko koperasi, toko-toko lain, surat kabar kamp, dan fasilitas penting lain yang biasa ditemukan di kota-kota Amerika.[53]
Manzanar juga memiliki sebuah pabrik jaring kamuflase, perkebunan eksperimental untuk memproduksi karet alam dari tanaman guayule, sebuah rumah yatim piatu yang disebut Desa Anak-anak, yang dihuni 101 anak yatim Jepang-Amerika.[53][55] Di perimeter kamp terdapat delapan menara pengawas yang dijaga Polisi Militer bersenjata, dan dikelilingi oleh pagar kawat berduri berutas lima. Di gerbang utama terdapat pos-pos penjagaan.[51][53]
Setelah tercerabut paksa dari rumah-rumah mereka, para tawanan harus menjalani kehidupan dalam kondisi yang primitif dan di bawah standar,[52] serta kurangnya privasi. Mereka harus antre untuk makan, buang air, dan menggunakan ruang cuci.[56] Setiap kamp interniran Jepang-Amerika dimaksudkan agar mampu berswasembada, tidak terkecuali Manzanar. Sejumlah layanan dikelola koperasi, misalnya surat kabar kamp,[57][58][59] toko pemangkas rambut, tukang sol sepatu, dan lain-lain.[56] Selain itu, para tawanan memelihara ayam, babi, dan menanam sayuran, serta mengurusi kebun buah yang sudah ada untuk dipanen buahnya.[56] Tawanan membuat sendiri kecap asin dan tahu.[56]
Makanan di Manzanar memakai standar kebutuhan militer. Hidangan biasanya berupa nasi panas dengan sayur. Daging sangat langka karena adanya penjatahan.[56] Peternakan ayam mulai beroperasi pada awal 1944, dan pada akhir April tahun yang sama, kamp Manzanar memulai peternakan babi. Keduanya menyediakan cukup tambahan daging untuk para tawanan.[60]
Sebagian tawanan dipekerjakan di Manzanar sebagai staf pemeliharaan. Pekerja tidak terlatih diupah AS$8 per bulan, pekerja semiterlatih diupah AS$12 per bulan, sementara pekerja terlatih mendapat upah AS$16 per bulan, dan pekerja profesional mendapat AS$19 per bulan. Sebagai tambahan, semua tawanan menerima AS$3,60 per bulan sebagai tunjangan pakaian.[56]
Tawanan di Manzanar diizinkan berekreasi. Olahraga yang dilakukan mereka adalah bisbol, sepak bola Amerika, dan seni bela diri.[49] Mereka juga membuat lingkungan sekeliling tempat tinggal mereka yang gersang dengan taman-taman Jepang yang di antaranya dilengkapi air terjun, kolam, dan ornamen batu. Ada pula lapangan golf sembilan lubang.[56][61] Sisa-sisa dari taman, kolam, dan ornamen batu masih dapat dilihat hingga kini di Manzanar.
Perlawanan
Walaupun sebagian besar tawanan menerima nasib mereka selama Perang Dunia II, bukan berarti tidak ada perlawanan di kamp-kamp interniran Jepang-Amerika. Di pusat-pusat relokasi perang Poston, Gunung Heart, Topaz, dan Danau Tule pernah terjadi keributan soal perbedaan upah, pasar gelap gula, friksi antargenerasi, desas-desus tentang adanya "informan" yang melapor ke administrasi kamp atau ke FBI, dan masalah-masalah lain.[49] Insiden paling serius terjadi di Manzanar pada 5 Desember 1942 yang dikenal sebagai Kerusuhan Manzanar.[62]
Setelah beberapa bulan terjadi ketegangan antara Liga Warga Negara Jepang-Amerika (Japanese American Citizens League, disingkat JACL) dan kelompok Kibei (orang Jepang-Amerika yang mendapat pendidikan di Jepang). Desas-desus beredar di Manzanar bahwa tipisnya persediaan gula dan daging disebabkan kegiatan pasar gelap yang dilakukan pengelola kamp.[49] Keadaan bertambah buruk setelah tawanan sekaligus pemimpin JACL yang bernama Fred Tayama dipukuli oleh enam laki-laki bertopeng. Harry Ueno, pimpinan Kitchen Workers Union dituduh terlibat dan ditangkap serta dikeluarkan dari Manzanar.[62] Tidak lama kemudian, sekitar 3 ribu hingga 4 ribu tawanan berkumpul dan bergerak menuju daerah kekuasaan pengelola. Mereka ramai-ramai memprotes penangkapan Ueno. Setelah pendukung Ueno berunding dengan administrator kamp, ia dikembalikan ke penjara Manzanar.[62] Namun sebuah gerombolan yang terdiri dari beberapa ratus orang kembali melakukan protes. Ketika gerombolan bergerak maju, polisi militer melemparkan gas air mata untuk membubarkan mereka. Ketika massa berlarian menghindari gas air mata, sejumlah orang mendorong sebuah truk yang telah ditinggalkan pengemudinya ke arah penjara. Pada waktu itu, polisi militer menembak ke arah massa. Seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun tewas seketika. Seorang laki-laki berusia 21 tahun yang tertembak di bagian perut, tewas beberapa hari kemudian. Sembilan tawanan lainnya terluka, dan seorang kopral polisi militer terluka akibat peluru yang memantul.[49][63]
Penutupan kamp
Pada 21 November 1945, Kamp Manzanar secara resmi ditutup Otoritas Relokasi Perang (WRA) sebagai kamp keenam yang ditutup waktu itu. Ketika dibawa ke Manzanar, para tawanan diangkut oleh Pemerintah Amerika Serikat hingga sampai di Lembah Owens. Namun ketika harus meninggalkan kamp, mereka harus pulang sendiri ke tujuan masing-masing.[62][64] WRA memberi uang transpor sebesar AS$25 per orang, ongkos bus atau kereta api sekali jalan, dan makanan untuk mereka yang hanya punya uang kurang dari AS$600.[64] Meskipun sebagian tawanan pulang dengan sukarela, tawanan dalam jumlah yang cukup besar menolak untuk meninggalkan Manzanar. Mereka tidak punya tempat tinggal setelah kehilangan rumah dan harta benda mereka. Pada akhirnya mereka harus diusir dari Manzanar. Mereka yang menolak untuk meninggalkan Manzanar, kali ini harus dipaksa keluar dari barak-barak mereka, sebagian di antaranya dengan memakai kekerasan, walaupun mereka tidak punya tempat tinggal lain.[64]
Sejumlah 146 tawanan meninggal di Manzanar.[65] Lima belas tawanan dikuburkan di sana, namun sebagian di antaranya kemudian dipindahkan oleh keluarga masing-masing. Kini hanya tersisa lima buah makam.[66]
Situs pemakaman Manzanar ditandai oleh monumen yang didirikan pada tahun 1943 oleh tawanan dan seorang tukang batu bernama Ryozo Kado.[67] Pada bagian depan monumen diberi inskripsi dalam aksara kanji, Ireitō (慰靈塔code: ja is deprecated ) (Menara Peringatan).[65] Inskripsi di bagian belakang monumen dibaca sebagai "Erected by the Manzanar Japanese" (sebelah kiri), dan "Agustus 1943" (sebelah kanan).[65]
Setelah kamp ini ditutup, lokasi kamp dikembalikan seperti keadaan asalnya. Beberapa tahun berikutnya, semua bangunan yang ada sudah dibongkar, dengan pengecualian dua pos penjagaan di pintu gerbang, monumen pemakaman, dan bekas auditorium Sekolah Menengah Atas Manzanar yang dibeli oleh County of Inyo. Auditorium tersebut kemudian disewakan ke organisasi veteran Independence Veterans of Foreign Wars yang mamakainya sebagai tempat rapat dan gedung untuk umum hingga 1951. Selanjutnya gedung tersebut dipakai sebagai fasilitas pemeliharaan oleh Departemen Jalan Raya Inyo County.[62][68]
Pada tahun 2007, di bekas lokasi kamp Manzanar masih dapat dijumpai sejumlah fondasi gedung, sebagian sistem selokan dan air, dan bekas-bekas jalan, dan sisa-sisa lanskap yang dibangun tawanan.[68] Walaupun sudah dipakai sebagai kamp selama empat tahun, di lokasi ini masih dapat ditemui sisa-sisa peternakan dan kota Manzanar, serta artefak dari masa lampau ketika masih dihuni oleh suku Indian Paiute Lembah Owens.[3][69]
Tawanan terkenal
Sue Kunitomi Embrey (6 Januari 1923-15 Mei 2006) adalah mantan redaktur surat kabar kamp Manzanar Free Press dan buruh penganyam jaring kamuflase semasa perang di Manzanar. Ia pindah dari Manzanar pada akhir 1943 sebelum dipindahkan di Madison, Wisconsin dan tahun berikutnya di Chicago, Illinois. Sekembalinya ke California pada 1948, ia menjadi guru sekolah serta aktivis buruh dan komunitas.[70] Pada 1969, Embrey termasuk salah satu dari sekitar 150 orang yang menghadiri ziarah ke Manzanar, dan salah satu dari pencetus kegiatan tahunan tersebut. Ia juga menjadi salah satu tokoh di balik pelestarian situs Manzanar hingga ditetapkan sebagai Situs Historis Nasional sebelum Embrey meninggal pada Mei 2006.[70][71]
"Embrey menderita, dan kemarahan akibat diinternir membuat ia menggunakan sisa hidupnya untuk memastikan kejadian tersebut tidak pernah terulang lagi," kata Rose Ochi, pengacara untuk Komite Manzanar setelah Embrey meninggal dunia 15 Mei 2006. "Ia seperti tidak kenal lelah dan sebagai seorang guru, ia berhasil memasukkan episode tragis ini ke dalam buku-buku sejarah kita."[71]
"Alasan [Situs Historis Nasional Manzanar] diterima oleh orang Jepang-Amerika, penduduk lokal Lembah Owens, dan pengunjung umum adalah berkat jasanya [Embrey] dan pengalaman pribadinya," demikian menurut Alisa Lynch, Ketua Interpretasi, Situs Historis Nasional Manzanar. "Ia memiliki wawasan yang membantu kami untuk jujur, untuk akurat. Ia adalah seorang sejarawan sekaligus seorang tawanan, ia dapat bergantian memainkan perannya."[71]
Aiko Yoshinaga-Herzig (lahir 1925 di Los Angeles) berusia 17 tahun ketika diinternir di Manzanar. Ia kemudian ditawan di Jerome dan Rohwer, Arkansas.[72] Yoshinaga-Herzig kemudian pindah ke New York, kota tempatnya menjadi aktivis Jepang-Amerika pada tahun 1960-an, dan menjadi anggota Asian Americans for Action (AAA) yang merupakan organisasi politik orang Asia-Amerika pertama di Pantai Timur.[72] Yoshinaga-Herzig dan suami, John "Jack" Herzig meneliti tumpukan dokumen Otoritas Relokasi Perang[72] yang mengungkap bukti-bukti Pemerintah Amerika Serikat pada tahun 1944 memalsukan bukti di depan Mahkamah Agung Amerika Serikat dalam kasus Korematsu v. United States, Hirabayashi v. United States, dan Yasui v. United States. Ketiga kasus tersebut mengugat tindakan pemerintah melakukan relokasi dan menginternir orang Jepang-Amerika. Pihak tergugat memalsukan bukti di hadapan pengadilan, memusnahkan bukti, dan menyembunyikan informasi penting.[73] Penemuan bukti tersebut memberikan dasar hukum orang Jepang-Amerika yang menuntut ganti rugi atas pemenjaraan semasa perang. Penelitian yang dilakukan Herzigs juga bermanfaat bagi Koalisi Nasional Ganti Rugi Jepang-Amerika (National Coalition for Japanese American Redress, disingkat NCJAR) yang melakukan gugatan perwakilan kelompok terhadap Pemerintah Amerika Serikat atas nama para tahanan. Mahkamah Agung Amerika Serikat memenangkan penggugat.[72]
William Minoru Hohri (lahir di San Francisco, California, 1927),[74] diinternir di Manzanar ketika berusia 15 tahun. Keluarganya ikut ditahan di Manzanar dari 3 April 1942 hingga 25 Agustus 1945.[75] Hohri menjadi aktivis hak-hak sipil dan antiperang setelah Perang Dunia II berakhir. Pada akhir 1970-an, ia menjabat Ketua Koalisi Nasional Ganti Rugi Jepang-Amerika yang melakukan gugatan perwakilan kelompok terhadap Pemerintah Amerika Serikat, 16 Maret 1983 yang digugatnya telah secara tidak adil memenjarakan orang Jepang-Amerika selama Perang Dunia II.[76] Gugatan berisi 21 klaim, termasuk 15 tuduhan pelanggaran hak-hak konstitusional, dan menuntut ganti rugi sebesar AS$27 miliar.[77] Walaupun akhirnya Mahkamah Agung AS memenangkan tergugat, gugatan tersebut mengangkat ke permukaan soal ganti rugi bagi orang Jepang-Amerika.[78][79]
Ralph Lazo (lahir di Los Angeles, 1924) adalah orang keturunan campuran Irlandia-Amerika dan Meksiko-Amerika. Ia berusia 16 tahun ketika mendapat kabar teman-teman dan tetangganya yang orang Jepang-Amerika dipindahkan secara paksa dan dipenjarakan di Manzanar.[50] Ia begitu marah dan ikut bergabung bersama teman-temannya dalam kereta api yang membawa mereka ke Manzanar pada bulan Mei 1942.[80][81] Petugas di Manzanar tidak pernah menanyakan asal usul keturunannya.[82]
"Penginterniran adalah perbuatan tidak bermoral," menurut Lazo kepada Los Angeles Times. "Itu salah, dan aku tak dapat menerimanya."[50] "Orang-orang itu tidak pernah melakukan apa-apa sama seperti aku, kecuali pergi belajar di kursus bahasa Jepang."[83]
Pada tahun 1944, Lazo dipilih sebagai ketua kelas di Sekolah Menengah Atas Manzanar.[50] Ia tinggal di Manzanar hingga Agustus tahun yang sama, sebelum ia bergabung dengan Angkatan Darat Amerika Serikat.[50] Ia terjun dalam medan Perang Dunia II di Pasifik Selatan dengan pangkat Kopral Kepala hingga tahun 1946, ikut dalam operasi pembebasan Filipina. Lazo mendapat Bronze Star untuk kepahlawanan dalam pertempuran.[50][80] Seusai perang, ia menjadi pendukung gugatan ganti rugi kepada orang Jepang-Amerika yang diinternir selama perang.[83] Film Stand Up for Justice: The Ralph Lazo Story mendokumentasi kisah hidupnya, terutama sikapnya terhadap kamp interniran.[84]
Toyo Miyatake lahir di Prefektur Kagawa, Jepang, 1896 dan berimigrasi ke Amerika Serikat pada 1909. Ia tinggal di Little Tokyo, Los Angeles, dan ditahan di Manzanar bersama keluarganya. Sebagai seorang fotografer, Miyatake menyelundupkan sebuah lensa dan tempat kedudukan film ke Manzanar, dan kemudian meminta seorang perajin untuk membuatkan sebuah kotak kayu berpintu untuk menyembunyikan lensa. Ia memotret banyak sekali foto tentang kehidupan dan kondisi di Manzanar. Kegiatannya bersama kamera selundupan akhirnya diketahui pihak administrasi kamp dan disita. Meskipun demikian, direktur kamp Ralph Merritt mengizinkan Miyatake untuk memotret dengan bebas di dalam kamp, dengan syarat penjaga atau pegawai kamp yang memencet tombol. Merritt akhirnya sadar persyaratan yang dibuatnya tidak ada gunanya, dan mengizinkan Miyatake untuk memotret.[85]
Togo Tanaka (1916-2009), redaktur surat kabar Rafu Shimpo dikirim ke Manzanar, tempatnya menggunakan pengalaman jurnalismenya untuk mendokumentasikan kondisi di kamp. Tanaka termasuk orang berada di pihak pemerintah sehingga dicap kolaborator oleh rekan-rekan satu kamp. Ia kemudian dipindahkan ke Death Valley setelah dijadikan sasaran kerusuhan sebelum peringatan Pengeboman Pearl Harbor yang pertama.[86]
Harry Ueno (lahir di Hawaii, 1907) adalah seorang kibei (orang Jepang-Amerika kelahiran Amerika yang dididik di Jepang) yang ditahan di Manzanar bersama istri dan anaknya.[87] Setelah bekerja sukarela di aula, Ueno melihat staf kamp sedang mencuri jatah gula dan daging untuk dijual di pasar gerap.[87][88] Ueno menangkap basah para pencuri, dan mengajak para tawanan untuk sama-sama menghadapi mereka.[89] Sebagai akibatnya, Ueno ditangkap dan kasus penangkapannya menjadi pemicu Kerusuhan Manzanar.[87][90] Ueno termasuk salah seorang tawanan yang diceritakan dalam film Rabbit in the Moon karya Emiko Omori yang memenangi Emmy Award.[91]
Karl Yoneda lahir di Glendale, California, 15 Juli 1906, tapi keluarganya kembali ke Jepang pada 1913.[92][93] Ketika Kekaisaran Jepang berada di ambang perang, Yoneda memilih pulang ke Amerika Serikat daripada direkrut sebagai prajurit Angkatan Darat Kekaisaran Jepang.[92] Ia tiba di San Francisco pada 14 Desember 1926. Ia dibawa ke Rumah Tahanan Imigrasi di Angel Island. Walaupun dapat menunjukkan akta kelahiran California, ia ditahan selama dua bulan.[93] Yoneda lalu pindah ke Los Angeles, tempatnya mendapat kerja sebagai pengurus Trade Union Educational League, dan kemudian Asosiasi Buruh Jepang.[92] Yoneda tiba di Manzanar pada 22 Maret 1942 sebagai salah seorang Jepang-Amerika pertama yang didatangkan sebagai sukarelawan untuk membangun kamp.[94] Yoneda nantinya bergabung dengan Dinas Intelijen Militer Amerika Serikat.[95]
Pelestarian dan peringatan
Ziarah Manzanar
Pada tahun 1969, sekitar 150 orang berangkat dari Los Angeles naik mobil dan bus menuju Manzanar.[96] Keberangkatan tersebut merupakan perjalanan Ziarah Manzanar yang "pertama". Meskipun demikian, dua orang pendeta, Sentoku Mayeda dan Shoichi Wakahiro telah secara teratur berkunjung ke Manzanar sejak ditutupnya kamp tersebut sejak 1945.[96]
Komite Manzanar adalah sebuah organisasi nirlaba yang mensponsori Ziarah Manzanar sejak tahun 1969. Acara ini dilangsungkan setiap tahun pada Sabtu terakhir bulan April.[96] Pesertanya terdiri dari ratusan orang dari segala lapisan umur dan latar belakang, termasuk bberapa mantan tawanan. Mereka berkumpul di pemakaman Manzanar untuk mengingat masa-masa di kamp interniran. Peserta diharapkan dapat belajar dari pengalaman masa lalu agar peristiwa yang sama tidak akan terlupakan atau diulangi. Acara dimeriahkan dengan pidato, pertunjukan budaya, dan acara berdoa untuk orang yang meninggal di Manzanar, dan tari diiringi musik ondo.
Almarhumah ibu saya seorang penganut Buddha yang setia, dan ia selalu berkata, "Orang-orang malang itu yang dikubur di Manzanar di bawah terik matahari, mereka pasti kehausan. Pastikan bawa air untuk mereka [sebagai sajen]," kata Embrey. "Dia selalu berpikir tentang pentingnya kembali ke sana, dan mengingat orang-orang yang telah meninggal."[97]
Pada tahun 1997, acara Manzanar At Dusk (Manzanar Saat Senja) ditambahkan ke dalam salah satu kegiatan Ziarah Manzanar.[98] Acara ini menarik perhatian penduduk setempat, serta keturunan dari keluarga yang tinggal pada masa-masa Manzanar adalah kota peternakan.
Situs Historis Nasional dan Markah Historis Nasional
Komite Manzanar juga mengusulkan Manzanar untuk dicantumkan ke dalam Register Nasional Situs Bersejarah. Pada Februari 1985, Manzanar ditetapkan sebagai Markah Historis Nasional.[6][3][103] Berkat usaha Embrey dan Komite Manzanar yang mengusulkan agar Manzanar ditetapkan sebagai Situs Historis Nasional, Presiden George H. W. Bush menandatangani Resolusi Dewan Perwakilan 543 (HR 543) menjadi undang-undang (Pub.L. 102-248; 106 Stat. 40). Akta Kongres tersebut menetapkan Situs Historis Nasional Manzanar sebagai tempat "untuk memberi perlindungan dan interpretasi sejarah, budaya, dan sumber-sumber alam yang berkaitan dengan relokasi orang Jepang-Amerika selama Perang Dunia II."[10][104] Lima tahun berikutnya, Dinas Taman Nasional berhasil mendapatkan tanah seluas 329 hektare di Manzanar dari Kota Los Angeles.[104]
Di bekas Auditorium Sekolah Menengah Atas Manzanar ada museum bernama Interpretive Center. Museum ini memiliki pameran tatap yang menceritakan tentang para tawanan di Manzanar, suku Indian Paiute Lembah Owens, para peternak, kota Manzanar, dan air di Lembah Owens.[105]
Sejumlah 522.749 orang mengunjungi Manzanar antara tahun 2000 dan 2007.[1] Di Kamp Manzanar terdapat pos penjagaan yang telah dipugar di gerbang kamp, sebuah replika menara penjaga, jalan-jalan yang dibangun khusus untuk wisatawan, dan papan-papan petunjuk.[106] Staf museum menyediakan tur dengan pemandu dan program pendidikan lainnya,[107] termasuk program pendidikan Junior Ranger untuk anak berusia antara 4 dan 15 tahun.[108] Dinas Taman Nasional sedang memugar aula barak,[109] dan membangun replika dari sebagian barak tempat tinggal tawanan, dan vegetasi yang sesuai dengan keadaan waktu itu.[110]
Film dan novel
Farewell to Manzanar adalah film televisi yang ditayangkan NBC pada 11 Maret1976. Film tersebut didasarkan pada memoar berjudul sama yang diterbitkan tahun 1973, karya bersama Jeanne Wakatsuki Houston yang tinggal di Manzanar sewaktu kecil, dan suaminya, James D. Houston.[111] Film dan buku tersebut mengisahkan keluarga Wakatsuki di Manzanar.[112][113]
Come See The Paradise adalah film layar lebar diedarkan pada tahun 1990 dengan bintang Dennis Quaid dan Tamlyn Tomita. Film ini mengisahkan sebuah keluarga Jepang-Amerika dari Los Angeles yang diinternir di Manzanar.[114]
Novel tahun 1994, Snow Falling on Cedars karya David Guterson mengisahkan tentang orang Jepang-Amerika dari kawasan Puget Sound, Washington dan pengalaman mereka sebagai interniran di Manzanar.[115] Novel ini dibuat menjadi sebuah film berjudul sama produksi tahun 2000.[116]
Referensi
^ ab"Park Visitation Report: Manzanar". National Park Service, United States Department of the Interior. 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-07. Diakses tanggal 2009-08-09.
^ ab"Manzanar War Relocation Center". National Historic Landmark Summary Listing. National Park Service. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-11-14. Diakses tanggal 2008-05-29.
^ abNational Park Service, United States Department of the Interior (1996). Manzanar National Historic Site: General Management Plan and Environmental Statement. National Park Service, United States Department of the Interior. hlm. 13–16.Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Harris, David A (March 13, 1998). "Exhibition on Camps". New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-03-23. Diakses tanggal 2007-12-31.
^ abBurton, Jeffery F. (1996). Three Farewells To Manzanar: The Archeology of Manzanar National Historic Site, California. Part 1: Chapters 1–14. Western Archaeological and Conservation Center, National Park Service, US Department of the Interior. hlm. 151. Publications in Anthropology 67.
^ abcVan Horn, Lawrence F. (1995). Native American Consultations and Ethnographic Assessment: The Paiutes and Shoshones of Owens Valley, California. Western Archaeological and Conservation Center, National Park Service, US Department of the Interior, Denver Service Center. hlm. 3–4.
^Burton. Three Farewells To Manzanar: The Archeology of Manzanar National Historic Site, California. Part 1: Chapters 1–14. hlm. 2–3.
^ abcdBurton. Three Farewells To Manzanar: The Archeology of Manzanar National Historic Site, California. Part 1: Chapters 1–14. hlm. 3.
^ abDeBoer, Lucille (1993). "Following Manzanar: A Life Story"(PDF). The Album, Times & Tales of Inyo-Mono. Chalfant Press. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2007-10-31. Diakses tanggal 2007-07-26.
^ abManzanar Committee. Reflections: Three Self-Guided Tours Of Manzanar. hlm. 15.
^ abBurton, Jeffery F., Farrell, Mary M., Lord, Florence B., Lord, Richard W. (1999). Confinement and Ethnicity: An Overview of World War II Japanese American Relocation Sites. Western Archaeological and Conservation Center, National Park Service, US Department of the Interior. hlm. 162. Publications in Anthropology 74.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^ abBurton, Farrell, Florence B., Lord, Richard W. Confinement and Ethnicity: An Overview of World War II Japanese American Relocation Sites. hlm. 162–163.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^ abcBurton, Farrell, Lord, Florence B., Lord, Richard W. Confinement and Ethnicity: An Overview of World War II Japanese American Relocation Sites. hlm. 163.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^ abcdeManzanar Committee. Reflections: Three Self-Guided Tours Of Manzanar. hlm. 16.
^ abcBurton, Farrell, Lord, Florence B., Lord, Richard W. Confinement and Ethnicity: An Overview of World War II Japanese American Relocation Sites. hlm. 167.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Chawkins, Steve (May 3, 2007). "Barbed Wire And Free Press". Los Angeles Times.
^"Densho: From The Archive". Densho. 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-06-26. Diakses tanggal 2007-08-05.Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Burton, Farrell, Lord, Florence B., Lord, Richard W. Confinement and Ethnicity: An Overview of World War II Japanese American Relocation Sites. hlm. 171.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Burton, Farrell, Lord, Florence B., Lord, Richard W. Confinement and Ethnicity: An Overview of World War II Japanese American Relocation Sites. hlm. 168.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^ abcdeBurton, Farrell, Lord, Florence B., Lord, Richard W. Confinement and Ethnicity: An Overview of World War II Japanese American Relocation Sites. hlm. 172.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Burton, Farrell, Lord, Florence B., Lord, Richard W. Confinement and Ethnicity: An Overview of World War II Japanese American Relocation Sites. hlm. 173.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^ abcManzanar Committee. Reflections: Three Self-Guided Tours Of Manzanar. hlm. 11.
^ abcBurton, Jeffery F., Haines, Jeremy D., Farrell, Mary M. (2001). I Rei To: Archaeological Investigations at the Manzanar Relocation Center Cemetery, Manzanar National Historic Site, California. Western Archeological and Conservation Center, National Park Service, US Department of the Interior. hlm. 5. Publications in Anthropology 79.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Burton, Haines, Farrell. I Rei To: Archeological Investigations at the Manzanar Relocation Center Cemetery, Manzanar National Historic Site, California. hlm. 18.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Manzanar Committee. Reflections: Three Self-Guided Tours Of Manzanar. hlm. 28.
^ abManzanar Committee. Reflections: Three Self-Guided Tours Of Manzanar. hlm. 18.
^Burton, Farrell, Lord, Florence B., Lord, Richard W. Confinement and Ethnicity: An Overview of World War II Japanese American Relocation Site. hlm. 173–200.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^ ab"Sue Kunitomi Embrey Obituary" (Siaran pers). Embrey, Bruce. May, 2006.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan); Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)
^Unrau, Harlan D. (1996). Manzanar National Historic Site: The Evacuation And Relocation Of Persons Of Japanese Ancestry During World War II: A Historical Study Of The Manzanar War Relocation Center: Historic Resource Study/Special History Study, Volume Two. National Park Service, United States Department of the Interior. hlm. 856–857.
^Hohri. Repairing America: An Account of the Movement for Japanese American Redress. hlm. 203.
^Unrau. Manzanar National Historic Site: The Evacuation And Relocation Of Persons Of Japanese Ancestry During World War II: A Historical Study Of The Manzanar War Relocation Center: Historic Resource Study/Special History Study, Volume Two. hlm. 857.
^Hohri. Repairing America: An Account of the Movement for Japanese American Redress. hlm. 210.
^Magagnini, Stephen (October 8, 2001). "A Nation's Apology". Sacramento Bee.
^Yen, Janice. "Who Was Ralph Lazo?". National Coalition for Civil Rights and Redress. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-08-21. Diakses tanggal August 2, 2007.
^Embrey, Sue Kunitomi, Hansen, Arthur A., Kulberg, Betsy Mitson. Manzanar Martyr: An Interview With Harry Ueno. hlm. 34–37.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Embrey, Sue Kunitomi, Hansen, Arthur A., Kulberg, Betsy Mitson. Manzanar Martyr: An Interview With Harry Ueno. xvi.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^ abcPrice, Tom (May, 1999). "Karl Yoneda, Working Class Hero". International Longshore and Warehouse Union and Recollection Books. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-03. Diakses tanggal August 2, 2007.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
^"Manzanar After Dark". Manzanar Committee. 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-11-03. Diakses tanggal April 18, 2007.Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Syeda, Munira (April 28, 2007). "Pilgrimage To Manzanar". Southern California InFocus. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-11-22. Diakses tanggal January 19, 2009.
^"Centennial Proposals Eligible For Matching Funds"(DOC) (Siaran pers). National Park Service, United States Department of the Interior. 23 Agustus 2007. Diakses tanggal 2007-09-14."Salinan arsip". Archived from the original on 2007-09-27. Diakses tanggal 2009-12-30.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^Houston, Jeanne Wakatsuki (1973, 1983). Farewell To Manzanar: A True Story of Japanese American Experience During and After the World War II Internment. Laurel Leaf. ISBN0-553272-58-6.Periksa nilai tanggal di: |year= (bantuan)
Burton, Jeff (1998). The Archeology of Somewhere: Archeological Testing Along U.S. Highway 395, Manzanar National Historic Site. Western Archeological Center, National Park Service, United States Department of the Interior. Publications in Anthropology 72.
Kahri, William L. (1983). Water and Power: The Conflict Over Los Angeles Water Supply in the Owens Valley. University of California Press. ISBN0-520050-68-1.
Steward, Julian (1933). "Ethnography of the Owens Valley Paiute". University of California Publications in American Archaeology and Ethnology. 33 (3): 233–250.
Steward, Julian (1934, 2007). Myths of the Owens Valley Paiute. Kessinger Publishing, LLC. ISBN1-432565-38-9.Periksa nilai tanggal di: |year= (bantuan)
Wehrey, Jane (2006). Voices From This Long Brown Land: Oral Recollections of Owens Valley Lives and Manzanar Pasts. Palgrave Macmillan. ISBN0-312295-41-3.
Buku mengenai masa Perang Dunia II
Armor, John and Wright, Peter. (1989). Manzanar; Photographs by Ansel Adams. Vintage Books.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
Adams Ansel, Benti, Wynne (ed.), Embrey, Sue Kunitomi (contributor), Michael, William H. (contributor). (2001). Born Free And Equal: The Story of Loyal Japanese Americans. Spotted Dog Press. ISBN1-893343-05-7.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
Peterson, Robert (November/December, 1999). "Scouting in World War II Detention Camps". Scouting Magazine: the Way It Was. Boy Scouts of America. Diakses tanggal September 28, 2007.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
Japanese American Historical Society of Southern California (1998). Nanka Nikkei Voices: Resettlement Years, 1945–1955. Japanese American Historical Society of Southern California.
Maki, Mitchell T., Kitano, Harry H.L., Berthold, S. Megan (1999). Achieving The Impossible Dream: How Japanese Americans Obtained Redress. University of Illinois Press. ISBN0-252-02458-3.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)