Mangarontas adalah sebuah ritual yang dilakukan oleh petani kemenyan dari masyarakat Batak Toba sebelum melakukan penyadapan pohon Kemenyan (Batak Toba disebut pohon haminjon).[1] Ritual ini umumnya dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara, di mana disana terdapat banyak warga yang berprofesi sebagai petani Kemenyan.
Sejarah
Ada sebuah legenda dari penduduk setempat yang menjadi penyebab dilakukannya ritual ini. Menurut cerita turun-temurun, hal ini bermula dari kehidupan sebuah keluarga. Sang ayah meminjam uang kepada seorang raja di desa tetangga, namun setelah jatuh tempo, sang ayah tidak mampu mengembalikan pinjaman tersebut. Akhirnya, sang ayah menikahkan paksa anak gadisnya kepada raja tersebut sebagai pengganti hutang.[1]
Namun, gadis itu menolak dan memilih kabur ke dalam hutan. Di hutan, gadis tersebut memohon kepada Debata (tuhan), supaya dirinya diubah menjadi sebuah pohon yang bisa menghasilkan uang untuk ayahnya demi bisa membayar hutang ke raja tersebut.[1] Berubahlah gadis itu menjadi pohon Kemenyan, dan pohon ini mengandung getah yang berbau harum. Getah pohon kemenyan inilah yang bisa menghasilkan uang dengan nilai yang cukup tinggi, dan pada saat itu nilainya sama berharga seperti emas.[1]
Di Sumatera Utara, komoditas perkebunan pohon kemenyan tersebar di 6 Kabupaten yang mencapai 22.912,13 hektare (tahun 2017), diantaranya ada di Tapanuli Utara (16.174,75 ha), Humbang Hasundutan (4.888,10 ha), Pakpak Bharat (1.271,04 ha), Toba Samosir (423,14 ha), Dairi (144,00 ha), dan sedikit di Tapanuli Tengah yakni 11,10 ha.[3]