MAN SE yang merupakan singkatan dari Maschinenfabrik Augsburg-Nürnberg (sebelumnya bernama MAN AG), adalah sebuah perusahaan otomotif asal Jerman dan merupakan perusahaan induk dari MAN Group.[4] MAN SE berkantor pusat di Munchen. MAN memproduksi truk, bus, mesin diesel, dan turbocharger.[5]
Hingga bulan September 2012, MAN SE merupakan salah satu dari 30 perusahaan terbesar yang melantai di DAX.[5] MAN merayakan hari jadinya yang ke-250 pada tahun 2008.[5][6] Pada tahun yang sama, MAN juga berhasil mencatatkan penjualan sekitar €15 milliar di 120 negara berbeda. MAN beroperasi di beberapa negara dengan mengadakan kerjasama dengan perusahaan lokal seperti di India, Polandia, Turki, Tiongkok,[7][8][9] Amerika Serikat, Uni Emirat Arab,[10][11] Afrika Selatan,[12] Uzbekistan,[13] Portugal, dan Austria.[14]
Gambaran Umum
MAN Group saat ini beroperasi melalui tiga anak usahanya, yakni:
Sejarah pendirian MAN bermula sejak tahun 1758, saat pabrik besi St. Antony mulai beroperasi di Oberhausen, sebagai industri besar pertama di wilayah Ruhr. Pada tahun 1808, tiga pabrik besi, yakni St. Antony, Gute Hoffnung, dan Neue Essen, memutuskan untuk bergabung, dan membentuk Hüttengewerkschaft und Handlung Jacobi, yang nantinya berganti nama menjadi Gute Hoffnungshütte (GHH).[1]
Pada tahun 1840, insinyur Jerman, Ludwig Sander mendirikan Sander'sche Maschinenfabrik di Augsburg, yang lalu berubah nama menjadi C. Reichenbach'sche Maschinenfabrik, sebagai penghormatan terhadap penemu mesin cetak, Carl August Reichenbach, dan lalu berubah lagi menjadi Maschinenfabrik Augsburg.[1] Perusahaan ini lalu mendirikan anak usaha bernama Süddeutsche Brückenbau A.G. pada tahun 1859, saat mendapatkan kontrak membangun jembatan kereta api diatas sungai Rhine di Mainz.
Pada tahun 1898, 'Maschinenbau-AG Nürnberg (didirikan pada 1841) dan Maschinenfabrik Augsburg AG (didirikan pada tahun 1840) bergabung untuk membentuk Vereinigte Maschinenfabrik Augsburg und Maschinenbaugesellschaft Nürnberg A.G., Augsburg. Pada tahun 1908, perusahaan ini berganti nama menjadi Maschinenfabrik Augsburg Nürnberg AG, atau disingkat menjadi "M·A·N".
Sementara di wilayah Ruhr, fokus bisnisnya tetap di penambangan bijih besi dan produksi besi, rekayasa teknik menjadi bisnis yang dominan di Augsburg dan Nuremberg. Dibawah kepemimpinan Heinrich von Buz, Maschinenfabrik Augsburg tumbuh dari bisnis skala menengah dengan 400 pegawai hingga menjadi perusahaan besar dengan pegawai sejumlah 12.000 orang pada tahun 1913.
Pendahulu-pendahulu MAN bertanggung jawab atas banyak sekali inovasi teknologi pada zamannya. Salah satunya dengan membangun kereta monorail di Wuppertal (Wuppertaler Schwebebahn) dan jembatan kereta api Großhesseloher Brücke di Munchen pada tahun 1857, serta membangun jembatan kereta api Müngsten pada tahun 1893 hingga 1897.
Pada tahun 1921, M.A.N. lalu dibeli oleh Gutehoffnungshütte (GHH).[1]
Melalui perencanaan keuangan yang baik dan akuisisi perusahaan lain, seperti Deutsche Werft (1918), Ferrostaal (1921), Deggendorfer Werft und Eisenbau (1924), MAN berhasil melakukan operasi di seluruh penjuru Jerman, dengan pegawai sebanyak 52,000 orang pada tahun 1921.
Krisis dan Perang Dunia II
Kondisi ekonomi GHH pada saat yang sama, memburuk karena beberapa sebab, antara lain karena proses perbaikan pasca Perang Dunia I, pendudukan wilayah Ruhr, dan juga krisis ekonomi global. Jumlah pegawai MAN pun merosot, dari 14.000 orang pada tahun 1929/30 menjadi hanya 7.400 orang pada tahun 1931/32. Walaupun sebagian besar bisnis sipil bangkrut, bisnis peralatan militer malah meningkat di bawah rezim partai Nazi. GHH/MAN pun memasok mesin dieselnya untuk dipakai di kapal selam, tank, dan lain sebagainya. MAN juga memproduksi suku cadang senjata, termasuk untuk MauserK98.
Pabrik MAN di Nuremberg pun telah berkali-kali menjadi sasaran pengebomam selama Perang Dunia II, karena hampir 40% dari seluruh tank Panther saat itu diproduksi disini.[1]
Pasca Perang Dunia II
Setelah Perang Dunia II berakhir, Sekutu lalu memecah GHH, karena konsolidasi antara penambangan, pengolahan, dan produksi besi tidak lagi diperbolehkan. GHH/MAN lalu memilih untuk berkonsentrasi di bisnis rekayasa teknik, truk, dan mesin cetak.
Keputusan ini didukung dengan melakukan beberapa akuisisi dan disposisi, antara lain akuisisi atas divisi truk dan bus milik Büssing (1971), disposisi atas Deutsche Werft (1966/67), dan akuisisi atas produsen mesin cetak, Faber&Schleicher (1979).[1]
Pada tahun 1982/83, GHH kembali mengalami krisis, akibat krisis minyak dan keadaan ekonomi yang buruk. Hal ini ditunjukkan dengan drastisnya penurunan penjualan truk dan bus. Selain akibat faktor eksternal, penyebab utama krisis ini adalah struktur perusahaan yang tidak lagi sesuai, serta dilakukannya subsidi silang antar divisi. Direktur GHH lalu menyampaikan konsepnya yang menginginkan adanya sebuah konsolidasi antara anak usaha dengan induk usaha. Konsep ini menerima perlawanan yang cukup besar dari pemegang saham mayoritas GHH, yakni Allianz AG dan Commerzbank.[1]
Pada tahun 1986, dibawah kepemimpinan Klaus Götte, GHH mendapat struktur perusahaan baru dan GHH pun menjadi sebuah induk usaha untuk beberapa anak usaha yang independen secara ekonomi. GHH lalu juga memindahkan kantor pusat MAN dari Oberhausen ke Munchen. Selanjutnya, GHH pun memutuskan untuk berganti nama menjadi MAN AG.
Direktur MAN, Rudolf Rupprecht menolak satu tawaran akuisisi pada tahun 2003. Lebih lanjut, MAN kembali melepas 50% sahamnya di SMS Group dan mengakuisisi Sulzer Turbo untuk memperkuat divisi produksi turbochargernya.
Pada tahun 2006, MAN mengadakan kerjasama dengan Force Motors asal India untuk dapat memproduksi truk dan bus di India, untuk pasar domestik maupun ekspor, dengan pabrik yang berada di Pithampur, Madhya Pradesh. Truk pertama produksi pabrik ini diluncurkan pada tahun 2007. Pada akhir tahun 2011, MAN membeli seluruh saham milik Force, sehingga pabrik ini sepenuhnya menjadi milik MAN.[16]
Pada bulan September 2006, MAN memberikan tawaran akuisisi ke kompetitornya asal Swedia, Scania AB. Uni Eropa pun menyetujui akuisisi ini pada tanggal 14 Desember 2006. Namun MAN lalu secara sukarela membatalkan tawarannya pada tanggal 23 Januari 2007, karena pemegang saham mayoritas Scania, Volkswagen AG dan keluarga Wallenberg menolak tawaran tersebut, dan pada tanggal 24 Desember 2008, MAN memutuskan untuk tetap membeli saham di Scania, walaupun hanya sebanyak 20%.
Pada tahun 2008, MAN Group merayakan hari jadinya ke-250 dengan berbagai kegiatan, seperti pameran di beberapa museum, tour mobil-mobil tua dengan slogan MAN on the road again (MAN kembali di jalan), dan juga gala dinner besar-besaran. Pada awal bulan Desember 2008, MAN mengakuisisi VW Truck and Bus Brazil dan mengganti namanya menjadi MAN Latin America. Sehingga, MAN menjadi pemimpin pasar di Brasil, dengan pangsa sebesar 30%.
Pada tahun 2009, bentuk hukum MAN berubah dari AG menjadi SE.[17] Pada bulan Juli 2009, MAN menggabungkan dua divisinya, yakni MAN Turbo dan MAN Diesel ke satu divisi, yakni MAN Power Engineering. Selain itu, MAN juga mengadakan kemitraan dengan produsen truk asal Tiongkok, Sinotruk. Pada periode ini, MAN juga menjual divisi-divisinya yang tidak berhubungan dengan otomotif.
Pada tahun 2009, investigator dari Kejaksaan Munchen menemukan tindak pidana korupsi, dimana MAN terbukti menyuap mitra bisnisnya dan juga pemerintah di lebih dari 20 negara berbeda selama tahun 2001 hingga 2007, yang bertujuan untuk mendapatkan pesanan truk dan bus lebih banyak. CEO MAN dan beberapa dewan direksi pun dipaksa untuk mundur. Dewan direksi lalu menunjuk Dr.-Ing. Georg Pachta-Reyhofen, mantan CEO MAN Diesel, sebagai pengganti. Pada tanggal 17 Desember 2009 Pachta-Reyhofen pun ditunjuk sebagai juru bicara dewan direksi, sekaligus CEO dari MAN SE.
Dibeli oleh Volkswagen
Pada bulan Juli 2011, Volkswagen AG mengungkapkan keinginannya untuk membeli 55.9% saham di MAN SE. Volkswagen berencana menggabungkan MAN dan Scania untuk menciptakan produsen truk terbesar di Eropa. Penggabungan ini juga diperkirakan dapat menghemat €400 juta tiap tahunnya.[18][19] Rencana pembelian ini akhirnya disetujui oleh regulator, dan proses pembelian akhirnya selesai pada bulan November 2011.[20]
Pada bulan April 2012, MAN SE mengumumkan bahwa Volkswagen telah meningkatkan kepemilikan sahamnya ke 73.0%.[21]
Pada tanggal 6 Juni 2012, Volkswagen AG mengumumkan bahwa mereka kembali meningkatkan kepemilikan sahamnya di MAN SE ke 75.03%,[22] hingga pada 31 Agustus 2021 digabung dengan Traton yang merupakan salah satu anak perusahaan dibawah Volkswagen AG Juga.