Korps Barisan Madura adalah satu kesatuan KNIL (tentara kolonial Hindia Belanda) yang pernah ada antara tahun 1831 dan 1929. Kesatuan ini terdiri dari orang suku Madura yang dibentuk oleh para penguasanya. Bangkalan adalah basis utama pasukan ini. Pada awalnya kesatuan ini di bentuk sebagai pembebasan pembayaran pajak oleh penguasa Madura kepada pemerintah kolonial.[1] Perannya cukup dominan dalam setiap peperangan yang terjadi di Hindia Timur yang berpihak pada Belanda. Ketika pemerintah kolonial Belanda berhasil mereorganisasi berbagai kerajaan di wilayah Madura, barisan ini tetap dipertahankan oleh pemerintah kolonial. Pada tahun 1891 ditetapkan sebagai Korps Barisan Madura di bawah kontrol langsung pemerintah kolonial Belanda.[2]
Kedudukan
Pada strata sosial militer pada saat itu, prajurit Barisan Madura dianggap sebagai abdi, sedangkan jabatan perwira sampai letnan disebut sebagai "mantri barisan". Para mantri barisan akan mendapat imbalan desa percaton dengan tambahan keuntungan-keuntungan dari berbagai pelayanan tetap, sedangkan para abdi barisan akan mendapat sawahpercaton dan upah untuk jerih payahnya walaupun pada kenyataannya tidak diterima dalam setiap periode.
Meskipun orang Madura pada masa kolonial dikenal agresif, tapi mereka tidak senang berdinas militer seperti yang diharapkan Belanda. Perekrutan tentara kolonial banyak menemui jalan buntu meskipun telah diiming-imingi berbagai janji manis dan harta benda. Perbedaan yang mencolok antara prajurit barisan dan prajurit lain adalah para prajurit barisan diperbolehkan untuk tinggal di rumah bersama keluarga dan kegiatan latihan militer pun tidak mengganggu kegiatan sehari-hari untuk bertani.
Setelah Barisan Madura dibentuk pada tahun 1831, barisan menjadi tradisi mengakar pada tiga kadipaten Madura yakni Sumenep, Pamekasan, dan Bangkalan dan dapat dijadikan sarana untuk melanggengkan kekuasaan para bangsawan.[3]
Dalam Barisan Madura, terdapat tiga korps atau kesatuan, yaitu korps Barisan Sumenep, korps Barisan Pamekasan, dan korps Barisan Bangkalan. Ketiga barisan ini berada pada pengawasan langsung GubernurJawa Timur. Setiap korps terdiri dari prajurit infanteri yang dipimpin langsung oleh perwira Madura.[4]