Kerajaan Pontos
Kerajaan Pontos atau Kekaisaran Pontos adalah sebuah negara orang Persia di pesisir selatan Laut Hitam. Negara ini didirikan oleh Mithridates I pada tahun 291 SM dan terus berdiri sampai ditaklukan oleh Republik Romawi pada tahun 63 SM. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Mithridates VI yang Agung, yang berhasil menaklukan Kolkhis, Kappadokia, Bithynia, koloni-koloni Yunani di Khersonessos Taurika dan untuk waktu yang singkat berhasil menduduki provinsi Asia milik Romawi. Setelah perjuangan yang panjang melawan Romawi dalam Perang Mithridates, Pontos akhirnya dikalahkan, sebagian wilayah kerajaan ini dicaplok oleh Republik Romawi dan dijadikan provinsi Bithynia et Pontus sedangkan sebagian lagi, yang merupakan paruh timurnya, dijadikan kerajaan klien oleh Romawi. Karena sebagian besar wilayah kerajaan ini terletak di daerah Kappadokia yang luas, yang pada masa-masa awalnya meluas dari perbatasan Kilikia ke Euxine (Laut Hitam), kerajaan ini secara keseluruhan pada awalnya disebut 'Kappadokia dekat Pontos' atau 'Kappadokia dekat Euxine', tetapi kemudian hanya disebut "Pontos saja", nama Kappadokia pun hanya digunakan untuk menyebut paruh selatan dari daerah yang sebelumnya memiliki nama itu. SejarahDinasti Mithridates KiosDaerah Pontos pada awalnya merupakan bagian dari kesatrapan Persia Kappadokia (Katpatuka). Ketika dinasti Persia yang mendirikan kerajaan ini pada abad keempat SM menguasai kota Yunani Kios di Mysia, dengan anggota pertamanya yang diketahui adalah Mithridates dari Kios. Putranya Ariobarzanes II menjadi satrap Phrygia. Dia menjadi sekutu kuat Athena dan memberontak melawan Artaxerxes. Akan tetapi Ariobarzanes dikhianati oleh putranya Mithridates II dari Kios.[1] Mithridates II tetap menjadi penguasa setelah penaklukan Iskandar Agung dan menjadi vasal bagi Antigonos I Monophthalmous yang untuk waktu singkat menguasai Asia Kecil setelah Pembagian Triparadisos. Mithridates dibunuh oleh Antigonos pada tahun 302 SM karena ada dugaan bahwa dia bekerja sama dengan musuhnya Kassandros. Antigonos juga berencana membunuh putra Mithridates, yang juga dipanggil Mithridates (kemudian dinamai Ktistes, 'pendiri') namun Demetrios I sempat memperingatkannya dan dia pun berhasil menyelamatkan diri ke timur bersama enam penunggang kuda.[2] Mithridates pada awalnya pergi ke kota Kimiata di Paphlagonia dan kemudian ke Amasia di Kappadokia. Dia bertempur melawan Seleukos I dan pada tahun 281 SM (atau 280 SM) dia menyatakan dirinya sebagai penguasa Kappadokia utara dan Paphlagonia timur dan berkuasa sejak tahun 302 SM sampai tahun 266 SM. Dia kemudian memperluas kerajaannya sampai ke sungai Sangrius di barat dan putranya Ariobarzanes menaklukan Amastris pada tahun 279 SM, yang menjadi pelabuhan penting pertamanya di Laut Hitam. Mithridates juga bersekutu dengan Bangsa Galatia yang baru tiba dan mengalahkan pasukan yang dikirim untuk melawannya oleh Ptolemaios I. Ptolemaios sendiri telah memperluas wilayahnya di Asia sejak permulaan Perang Suriah Pertama melawan Antiokhos pada pertengahan 270-an SM dan bersekutu dengan musuh Mithridates, Herakleia Pontika.[3] Kerajaan PontosHanya sedikit yang diketahui mengenai masa kepemimpinan Ariobarzanes yang pendek, ketika dia meninggal, putranya Mithridates II (sek. 250—189) menjadi raja dan diserang oleh bangsa Galatia. Mithridates II memperoleh bantuan dari Herakleia Pontika yang juga sedang berperang dengan bangsa Galatia ketika itu. Mithridates memberi dukungan kepada Antiokhos Hierax dalam melawan saudaranya Seleukos II Kallinikos. Seleukos dikalahkan di Anatolia oleh Hierax, Mithridates dan bangsa Galatia. Mithridates juga menyerang Sinope pada tahun 220 SM namun gagal merebut kota itu. Dia menikahi saudari Seleukos dan memberikan anak perempuannya kepada Antiokhos II, dalam upaya mencari pengakuan untuk kerajaannya dan untuk menciptakan ikatan yang kuat dengan Kekaisaran Seleukia. Tidak banyak yang tercatat dalam sumber-sumber kuno mengenai Pontos pada tahun-tahun berikutnya setelah kematian Mithridates II, ketika putranya Mithridates III berkuasa (sek. 220-198/88).[4] Pharnakes I dari Pontos (189-159 SM) jauh lebih sukses dalam ekspansinya melawan kota-kota Yunani di pesisir. Dia bergabung dalam perang bersama Prusias dari Bithynia melawan Eumenes dari Pergamon pada tahun 188 SM, tetapi keduanya menyepakati perdamaian pada tahun 183 SM setelah Bithynia menderita serangkaian kekalahan. Dia merebut Sinope pada tahun 182 SM dan meskipun bangsa Rhodes mengeluh kepada Romawi tentang ini, tidak dilakukan tindakan apapun. Pharnakes juga merebut kota-kota pesisir Kotyora, Pharnakia dan Trapezos di timur, dengan demikian dia kini secara efektif menguasai sebagian besar wilayah pesisir Anatolia utara. Meskipun Romawi berupaya untuk menjaga perdamaian di daerah ini, Pharnakes tetap bertempur melawan Eumenes dari Pergamon dan Ariarathes dari Kappadokia, yang walaupun pada awalnya dia memperoleh kesuksesan, tetapi tampaknya dia dikalahkan pada tahun 179 SM ketika diterpaksa menyepakati perdamaian. Dia harus menyerahkan seluruh tanah di Galatia, dan Paphlagonia yang telah dia rebut ditambah dengan kota Tion, tetapi dia tetap memiliki Sinope.[5] Berniat memperluas pengaruhnya di utara, Pharnakes bersekutu dengan kota-kota di Khersonesos dan dengan kota-kota maritim Laut Hitam lainnya seperti misalnya Odessos di pesisir Romania. Sudara Pharnakes, Mithridates IV Philopator Philadelphos mengadopsi kebijakan pro-Romawi yang lebih damai. Dia mengirim bantuan kepada sekutu Romawi Attalos II dari Pergamon dalam melawan Prusias II dari Bithynia pada tahun 155 SM.[6] Catatan kakiReferensi
|