Kelompok Ma atau pemimpin-pemimpin perang keluarga Ma[1] adalah istilah yang mengacu pada sekelompok pemimpin perang Hui (Tiongkok Muslim) yang menguasai wilayah Qinghai, Gansu, dan Ningxia selama sepuluh tahun dari tahun 1919 hingga 1928. Setelah jatuhnya Dinasti Qing pada tahun 1911, wilayah tersebut dikendalikan oleh pemimpin perang Tiongkok Muslim Ma Qi hingga Ekspedisi Utara yang dilancarkan oleh Republik Tiongkok mengakhiri dominasi mereka pada tahun 1928. Dalam kelompok Ma, terdapat tiga keluarga, dan masing-masing mengendalikan salah satu dari tiga wilayah yang telah disebutkan. Tiga anggota kelompok Ma yang paling dikenal adalah Ma Bufang, Ma Hongkui, dan Ma Hongbin, yang dikenal dengan julukan Xibei San Ma (Hanzi: 西北三马, Tiga Ma dari Barat Laut). Tokoh-tokoh Ma penting lainnya adalah Ma Anliang, Ma Qi, Ma Lin, Ma Hu-shan, dan Ma Zhongying.
Kelompok Ma
Panglima perang Kelompok Ma semuanya adalah Jenderal di militer Republik Tiongkok, yang mengendalikan semua Tiongkok Daratan hingga dikuasai oleh Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) dari Partai Komunis Tiongkok (PKT). Kelompok ini dimulai oleh para jenderal Muslim yang bertugas di militer dinasti Qing, terutama dalam pasukan Tentara Gansu (Kansu Braves), yang bertempur di Pemberontakan Boxer melawan pasukan asing yang tergabung dalam Aliansi Delapan Negara. Kelompok ini kemudian dilanjutkan oleh dua generasi berikutnya dari keturunan mereka.
Setelah Revolusi Xinhai menggulingkan dinasti Qing, para Jenderal Kelompok Ma menyatakan kesetiaan mereka kepada Republik Tiongkok. Tidak seperti orang Mongol, Muslim Hui menolak untuk memisahkan diri dari Republik, dan Ma Qi dengan cepat menggunakan kekuatan diplomatik dan militernya untuk membuat para bangsawan Tibet dan Mongol mengakui bahwa pemerintah Republik Tiongkok adalah sebagai penguasa mereka, dan mengirim pesan kepada Presiden Yuan Shikai tentang penegasan kembali bahwa Qinghai masih aman dalam genggaman Republik. Dia mengganti yel-yel penghormatan kepada kaisar Panjang Umur Yang Mulia Baginda Kaisar menjadi Panjang Umur Republik Tiongkok dalam bentuk tulisan di prasasti.[2] Ma Anliang juga setuju untuk bergabung dengan pemerintahan Republik Tiongkok yang baru.[3]
Ketika Kuomintang merebut kekuasaan dalam Ekspedisi Utara, panglima perang Kelompok Ma menjadi anggota partai Kuomintang, dan pasukan mereka diganti namanya menjadi Divisi Tentara Revolusi Nasional. Tentara Ninghai yang merupakan bagian dari Kelompok Ma di bawah pimpinan Jenderal Ma Qi juga diganti namanya menjadi Divisi Tentara Revolusioner Nasional ke-26.
Dalam Perang Tiongkok-Tibet, pasukan Kelompok Ma yang dipimpin oleh Ma Bufang mengalahkan Tentara Tibet. Juga selama Pasifikasi Qinghai oleh Kuomintang, Ma Bufang kembali berperang melawan suku-suku Tibet di Qinghai dan berhasil mengendalikan mereka.
Keluarga pertama dipimpin oleh Ma Zhanao. Dia memiliki 2 putra, Ma Anliang, dan Ma Guoliang, keduanya menjadi jenderal Qing. Ma Anliang kemudian menjadi seorang jenderal di Republik Tiongkok. Ma Anliang memiliki 5 putra, 3 tidak diketahui, 2 lainnya adalah Ma Tingran dan Ma Tingxian, yang dieksekusi pada tahun 1962 oleh Pengadilan Rakyat.
Keluarga kedua dipimpin oleh Ma Qianling. Ma Hongbin dan Ma Hongkui adalah sepupu. Ayah mereka masing-masing, Ma Fulu (马福绿) (1854–1900) dan Ma Fuxiang (马福祥) (1876–1932) adalah saudara tiri yang berasal dari desa Yangzhushan (阳注山) di distrik Hanji (saat ini masuk dalam wilayah kota Linxia). Ma Qianling adalah Ayah Ma Fulu dan ayah Ma Fuxiang, dia awalnya adalah seorang petani dan pedagang kecil dari kota Linxia, Hezhou, dan telah menjadi mitra usaha Ma Zhanao, seorang penguasa wilayah Hezhou tempat terjadinya Pemberontakan Dungan selama tahun 1860an, setelah itu dia bersama Ma Zhanao berpihak kepada pemerintah Qing pada tahun 1872. Ma Qianliang kemudian dihargai oleh pemerintah Qing dan sukses dalam bisnisnya, ia memiliki empat putra dengan tiga istrinya. Dia juga memiliki beberapa keponakan laki-laki yang meninggal bersama dengan Ma Fulu dalam Pemberontakan Boxer.[4] Ma Zhanao adalah ayah dari 2 panglima perang Kelompok Ma lainnya yaitu Ma Anliang dan Ma Guoliang.[5][6]
Ma Haiyan memulai keluarga ketiga. Dia memiliki dua putra, Ma Qi, dan Ma Lin. Ma Qi memiliki 2 putra, Ma Buqing dan Ma Bufang, berasal dari kota madya Monigou (漠泥沟乡) di kabupaten Linxia.[7] Ayah mereka, Ma Qi (1869–1931), bermarkas di Xining, mengendalikan provinsi yang sekarang disebut Qinghai. Ma Zhongying adalah keponakan Ma Qi, dan dengan demikian sepupu dari Ma Buqing dan Ma Bufang. Ma Hushan juga anggota keluarga ini. Keluarga mereka juga mengendalikan provinsi Qinghai. Satu Generasi keluarga ini memiliki nama generasi yang sama yaitu 步 (Bù), Bu Bufang, Ma Buqing, Ma Bukang, Ma Buluan, dan Ma Zhongying (yang nama aslinya adalah Ma Buying) semua memiliki karakter Bù dalam nama mereka dan berasal dari generasi yang sama, semua cucu dari Ma Haiyan.
Ma Bufang
Ma Hongkui
Ma Zhongying
Ma Lin
Sejarah
Kelompok Ma bisa ditelusuri asal-usulnya hingga ke perwira Dinasti Qing yaitu Jenderal Dong Fuxiang. Jenderal Ma Anliang adalah pemimpin de facto umat Muslim di Tiongkok barat laut.[8]
Kelompok Ma mengendalikan sebagian besar wilayah di barat laut, termasuk Xining dan Hezhou.[9]
Dinasti Qing telah menganugerahkan status kebangsawanankuning kepada keluarga Ma Bufang, yang berarti nama keluarga "Ma" berstatus bangsawan. Ma Bufang tetap menggunakan statusnya ini dalam pertempuran.[10]
Ma Bufang merekrut banyak orang Salar dari kabupaten Xunhua untuk menjadi anggota pasukannya seperti Han Yimu dan Jenderal Han Youwen.
Selama tahap akhir dari Perang Saudara Tiongkok, Ma berperang membela Kuomintang sampai komunis berhasil memusnahkan pasukan kavalerinya dan menguasai Gansu pada bulan Agustus 1949, hanya beberapa bulan sebelum terbentuknya Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Setelah kedatangan pasukan komunis, Ma Hongbin hanya memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk bisa menang, oleh karena itu ia kemudian menyebrang ke pihak komunis. Dia diangkat sebagai wakil gubernur provinsi Gansu. Dia meninggal di Lanzhou pada tahun 1960. Ma Hongkui melarikan diri dengan partai Kuomintang ke Taiwan. Dia didakwa dan menjadi kambing hitam oleh Republik Tiongkok di bawah pimpinan Yuan Shikai. Dia kemudian migrasi ke Amerika Serikat, di mana dia meninggal pada 14 Januari 1970.
Ma Bufang bersama putranya Ma Jiyuan melarikan diri dengan pesawat terbang dari Qinghai ke Chongqing, lalu ke Hong Kong. Pada Oktober 1949, Chiang Kai-shek mendesaknya untuk kembali ke Barat Laut untuk melawan Tentara Pembebasan Rakyat (TPR), tetapi ia memilih untuk bermigrasi ke Arab Saudi bersama lebih dari 200 kerabat dan bawahannya dengan alasan menunaikan ibadah haji. Dia kemudian bekerja sebagai duta besar pertama Republik Tiongkok untuk Arab Saudi.
Ma Burong, putra sulung Ma Lin, membelot ke Komunis setelah tahun 1949 dan menyumbangkan 10.000 Yuan untuk mendukung pasukan Tiongkok dalam Perang Korea.[12] Ma Fuchen (馬輔臣) seorang pejabat kantor Ma Chengxiang Hui juga membelot ke Komunis.[13][14]
Ma Tingbin, putra Ma Guoliang menjadi anggota Konferensi Konsultatif Politik Republik Rakyat Tiongkok setelah membelot ke Partai Komunis Tiongkok.