Pada 1929, Feng merasa tidak puas dengan rezim Chiang Kai-shek, Guominjun melancarkan pemberontakan penuh sehingga terjadi Perang Zhongyuan pada 1930. Namun, Feng dikalahkan dan apa yang tersisa dari faksi tersebut diserap ke dalam KMT.
Ideologi
Guominjun sangat bersimpati pada rezim KuomintangSun Yat-sen di Guangzhou, tetapi karena isolasi geografis sehingga mereka tidak bergantung satu sama lain. Guominjun memiliki pasukan ideologis yang luar biasa karena diindoktrinasi ajaran Kristen, sosialis dan nasionalis. Guominjun juga memberi kesejahteraan kepada pasukannya dan program pendidikan yang masih sangat jarang pada saat itu. Hal ini menciptakan kekuatan dan semangat tempur yang sangat tinggi. Pendukung asing utama Guominjun adalah Uni Soviet yang telah bersaing dengan Kekaisaran Jepang untuk dapat mempengaruhi Kelompok Fengtian. Soviet sangat ingin membangun hubungan dengan Feng karena dia dipandang lebih dapat diterima secara ideologis. Namun, meskipun Feng digambarkan oleh orang luar sebagai simpatisan komunisme dan klaimnya sebagai penganut ajaran Sun Yat-sen yang condong ke kiri, Guominjun bukanlah tentara sayap kiri.[6] Guominjun pada dasarnya adalah kekuatan nasionalis[1] dan tercermin dari sikap Feng yang hanya mengadopsi unsur-unsur sosialisme [7] serta agama Kristen yang menurutnya berguna untuk meningkatkan masyarakat Tiongkok dan memperkuat moral pasukannya.[4]