Kampung Titingan
Kampung Titingan adalah sebuah kampung yang terletak di Tawau, Sabah. Kampung ini juga dikenal sebagai Kampung Ice Box atau Ice Box saja. Dikarenakan kepadatannya serta populasi yang banyak di samping kebanyakan tanah di kampung ini adalah milik tanah pemerintah, kampung ini juga dicap sebagai sebuah kawasan kumuh,[4][5] malah merupakan kawasan kumuh yang paling terkenal dan terbesar di Tawau.[6][7] Jumlah imigran ilegal di kampung ini memiliki jumlah yang banyak, kebanyakannya berasal dari Filipina[8] dan ada juga yang berasal dari Indonesia. Persoalan ini menjadi salah satu faktor kasus kejahatan serta kegiatan gangster dari kampung ini menjadi tinggi.[9] Kampung ini juga pernah dicap sebagai salah satu kawasan hitam di Tawau.[9] Pada tanggal 7 Maret 2010, Ketua Menteri Sabah, Datuk Seri Musa Aman mengumumkan bahwa kampung ini akan diubah menjadi sebuah kota dan akan dikenal sebagai Kota Baru Titingan.[10] SejarahKampung Titingan merupakan antara kampung tertua yang didirikan di Tawau.[11][12] Kampung ini juga disebut Kampung Ice-Box karena pada 1970-an, banyak kulkas yang sudah tidak berfungsi diletakkan di tepi jalan berdekatan dengan sebuah pabrik pembuatan es dalam kawasan kampung ini.[13] Nama "Titingan" diambil dari nama seorang pemimpin di Sabah yaitu Datuk Abu Bakar Titingan, yang dilahirkan di kampung ini. Abu Bakar Titingan merupakan salah satu orang yang berusaha mempertahankan kampung ini ketimbang direlokasi. Anaknya, Datuk Tawfiq Abu Bakar Titingan kini merupakan wakil rakyat untuk kampung ini.[14] Pada tahun 1980-an, daerah Tawau mengalami pembangunan pertanian yang pesat, sehingga banyak pemuda dari kampung ini telah meninggalkan kampung ini untuk bekerja di sejumlah ladang.[13] Imigran asing pun datang ke Kampung Titingan dan membangun rumah di sejumlah kawasan kosong. Kepadatan kampung ini semakin meningkat sehingga menjadi salah satu kawasan kumuh yang paling terkenal di Sabah pada tahun 1990-an.[13] KebakaranTelah banyak kebakaran yang telah terjadi di Kampung Titingan dan dua diantaranya adalah kebakaran besar. Pada tahun 1989 tanggal 4 September, 1,060 buah rumah hangus dan 5,766 orang penduduk hilang tempat tinggal dalam sebuah kebakaran yang terbesar pernah tercatat dalam sejarah Sabah.[15] Satu dasawarsa setelahnya, sebuah kebakaran besar kedua yang terjadi pada tahun 1999 telah mendapat sorotan dari saluran-saluran televisi di Malaysia. Dalam kebakaran tersebut, sebanyak 1,000 orang penduduk kehilangan tempat tinggal.[16] Pada bulan 31 Januari 2011, sebuah kebakaran berlaku di Blok 6 kampung ini yang melibatkan 50 buah rumah dan 300 orang penduduk.[17][18] Kawasan kebakaran tersebut telah menjadi kawasan terlarang untuk mendirikan rumah.[19] Namun pada semester kedua 2011, penduduk mendapatkan izin mendirikan rumah kembali dengan pembiayaan sendiri di atas kawasan bekas kebakaran dengan susunan yang lebih teratur.[20] Pada tanggal 8 Maret pada tahun yang sama, sebuah kebakaran kembali terjadi di Blok 9 yang melibatkan lebih dari 500 penduduk serta sekitar 50 buah rumah telah hangus.[21] Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran tersebut. Pada 15 Januari 2012, sebuah kebakaran maut telah terjadi di kampung ini yang mengakibatkan kematian dua bersaudara, masing-masing berusia 19 dan 6 tahun. Kebakaran yang menghanguskan tujuh buah rumah ini menyebabkan 74 orang dari 23 keluarga kehilangan harta benda.[22]
RelokasiPada bulan Februari tahun 2002, pemerintah Sabah telah melakukan operasi merelokasian rumah-rumah milik penduduk kampung yang didirikan di atas tanah pemerintah di kawasan Kampung Titingan Pasir dalam Operasi Nyah II Terpadu.[13][26] Sehubungan dengan ini, kebanyakan imigran ilegal yang kehilangan rumah telah berpindah ke tempat lain dan kegiatan gangster berkurang. Walau bagaimanapun, kasus kejahatan seperti penjualan sabu-sabu (dikenal oleh penduduk lokal sebagai batu), perjudian ilegal (terutama permainan judi semacam togel yaitu wahui), pencurian dan sebagainya masih terjadi. Sebuah kawasan perumahan mewah telah dibangun di atas tempat kawasan yang direlokasi dan diberi nama Sri Titingan. Pada tanggal 6 November 2013, Dewan Perkotaan Tawau mulai menjalankan Operasi Relokasi di mana 44 buah rumah di sekitar Tawau akan direlokasikan, 11 diantaranya adalah rumah-rumah di Kampung Titingan.[27] GeografiKampung Titingan terletak kurang lebih 2,5 km dari Kota Tawau dengan luas lebih dari 7 hektare (17 ekar).[12][28] Ia terletak di pesisir laut yang dulunya merupakan kawasan hutan bakau dan terletak berdekatan dengan Sungai Tawau.[29] Kampung ini dibagi menjadi tiga yaitu Kampung Titingan Pasir, Kampung Titingan Tengah serta Kampung Titingan Hujung. Setiap bagian kampung terdiri dari lorong-lorong kampung dan setiap lorong tersebut terdiri dari beberapa blok. Lokasi yang paling dekat dengan Pusat Kota Tawau adalah Kampung Titingan Pasir dan yang terletak paling jauh adalah Kampung Titingan Hujung. Kampung Titingan Pasir telah direlokasi dan sebuah kawasan perumahan mewah telah dikembangkan di tempat tersebut. DemografiStatistik 1997 menyatakan bahwa terdapat sekitar 21,000 orang penduduk yang menetap di Kampung Titingan, baik itu secara sah atau tidak, dengan 6,000 diantaranya merupakan pemilik sah yang kebanyakan adalah orang pribumi keturunan Melayu.[2] Jumlah rumah terdaftar di kampung ini berjumlah sebanyak 800 buah unit dengan 80% diantaranya adalah orang pribumi. Suku-suku yang menetap di kampung ini diantaranya adalah orang Bugis, Bajau, dan Banjar. EkonomiProfesi utama Kampung Titingan adalah nelayan. Kegiatan yang dilakukan nelayan di wilayah tersebut adalah menambak udang rebon, menjaring dan memancing. Pada suatu ketika dahulu, kebanyakan rumah dikampung ini memiliki alat tersendiri yang digunakan untuk menjaring ikan di pesisir pantainya, namun kini jumlahnya semakin berkurang karena kekurangan pekerja.[13] Kebanyakan generasi muda kampung ini berpindah ke tempat lain untuk bekerja setelah tamat sekolah atau perguruan. FasilitasOlahragaKampung Titingan tidak memiliki fasilitas olahraga yang banyak. Kampung ini hanya memiliki satu gelanggang serba guna. Gelanggang ini terletak didekat Taman Kanak-Kanak Terpadu A dan sering digunakan untuk aktivitas sepak takraw. Gelanggang ini juga menjadi tempat rapat serta acara seperti pernikahan, pertandingan malah rapat formal diadakan. Walaupun kekurangan fasilitas olahraga, penduduk kampung ini masih dapat menikmati fasilitas yang disediakan di taman perumahan berdekatan yang terletak di seberang Sungai Tawau.[30] Karena letaknya yang begitu dekat, penduduk Kampung Titingan hanya perlu berjalan kaki ke sana. Disamping itu pihak pemerintah setempat yang mengatur Kampung Titingan, yakni Dewan Perkotaan Tawau, juga menyusun rencana untuk menambah jumlah fasilitas olahraga di semua kawasan perkotaan Tawau dalam proyek pembangunannya.[31] KeagamaanDi kampung ini hanya memiliki satu masjid utama yang terletak di dekat pabrik Kalimantan Fishery SDN BHD. Masjid ini bernama Masjid Babul Khair.[32] PendidikanKampung ini mempunyai beberapa sekolah serta taman kanak-kanak terdekat. Berikut adalah daftar berdasarkan tingkatannya:
PencemaranSelain kasus kejahatan, masalah imigran ilegal dan kegiatan gangster, kampung ini juga mengalami pencemaran alam sekitar terutama pencemaran laut serta sungai. Kampung Titingan adalah sebuah kampung di atas air, atau di terletak di tepi laut.[33] Dikarenakan kampung ini merupakan kawasan kumuh, Dewan Perkotaan Tawau (MPT) tidak menyediakan tempat pembuangan sampah. Akibatnya, penduduk kampung mengambil langkah mudah yaitu dengan membuang sampah ke sungai serta laut. Akibatnya kawasan tepi laut di kampung ini dipenuhi dengan sampah sarap. Ini adalah satu kerugian karena pantai di kampung ini adalah sebuah pantai yang indah pada tahun 1970-an sampai 1980-an.
Kota Baru TitinganPada 27 Juni 2007, Akar Budi Tuah Sdn Bhd dan Sabah Economic Development Corporation telah menandatangani perjanjian kerjasama di Hotel Hyatt, Kota Kinabalu, Sabah, untuk membangunkan proyek mengubah kawasan kumuh Titingan kepada sebuah kota baru yang akan dikenal sebagai Kota Baru Titingan (bahasa Melayu: Bandar Baru Titingan, disingkat BBT).[11][34] Dewan penandatanganan tersebut diresmikan oleh Menteri Pembangunan Industri. Pembangunan BBT akan menelan biaya sebanyak RM1.5 juta dan akan dilakukan di atas kawasan seluas 326 hektare, tanah bertempatnya Kampung Titingan sekarang.[34][35] Kota ini akan memiliki 36 zona kawasan dan akan menyediakan fasilitas seperti masjid, kawasan perumahan, pusat rekreasi, apartemen, restoran dalam air dan sebagainya. Trivia
Lihat pulaReferensi
Pranala luar |