Kampung Kumbang Pasang (bahasa Melayu: Kampung Kumbang Pasang), atau hanya Kumbang Pasang, adalah sebuah desa di Mukim Kianggeh di Daerah Brunei-Muara, Brunei Darussalam. Ini juga merupakan bagian dari wilayah kotamadya ibu kota Bandar Seri Begawan.[2] Populasinya adalah 563 jiwa pada tahun 2016.[1] Memiliki kode pos BA1511.[3] Desa ini dulunya memiliki perkebunan karet dan diberi nama Perkebunan Kumbang Pasang.[4] Desa ini dulunya adalah sebuah mukim, yang dikenal sebagai Mukim Kumbang Pasang, sebelum digabungkan dengan Mukim Kianggeh pada tahun 2001.[5]
Etimologi
Kumbang Pasang yang dalam bahasa Indonesia berarti pusaran air, ada pula yang mengatakan bahwa nama ini berasal dari istilah kumbang, salah satu serangga.[6]
Sejarah
James Hatton Hall mendirikan Perkebunan Kumbang Pasang pada tahun 1910.[7] Kemudian pada tahun 1919, Perkebunan Labu di Daerah Temburong digantikan sebagai lokasi utama penanamankaret oleh Perkebunan Kumbang Pasang dan Perkebunan Gadong.[8] Sebagian besar wilayah tersebut digunakan untuk perkebunan karet sebelum ditemukannya minyak. Pada pertengahan tahun 1920-an, lahan untuk menanam karet sangat diminati. Pemerintah mendesak penduduk Kampong Ayer untuk pindah ke tanah kering (seperti Kumbang Pasang dan Tungkadeh)[9] dan mulai bertani.[10] Menurut sumber tahun 1924, Brunei United Plantations Limited (BUPL) memiliki empat perkebunan karet utama di Kumbang Pasang, Menglait, Berakas dan Melabau.[11] Perkebunan di Kumbang Pasang memiliki luas total 346 hektar (140 ha). Pada tahun 1953, BUPL menjual Perkebunan Kumbang Pasang kepada Pemerintah Brunei, dan pemerintah mendirikan pembibitan karet setahun kemudian.[12]
Pada tahun 1927, jalan setapak dibuat dari Kota Brunei ke Perkebunan Kumbang Pasang.[13] Untuk akses kendaraan bermotor ke Perkebunan Kumbang Pasang BUPL, jalan sepanjang 3 mil (4,8 km) dibangun pada tahun 1932,[14] yang kemudian diberi nama Jalan Kumbang Pasang.[15] Selain itu, jalan tersebut merupakan salah satu jalan raya utama pertama yang dibangun sebagai bagian dari RKN (Rencana Pembangunan Nasional Lima Tahun) awal pemerintah tahun 1953–1958. Jalan ini menggantikan jalan sementara yang lebih tua yang dibangun pada akhir tahun 1920-an untuk memungkinkan mobil melewati perkebunan karet. Jalan ini terhubung ke daerah Berakas dan Muara dan, pada akhir tahun 1960-an, ke daerah Gadong.[16] Direncanakan selesai pada tahun 1957, jalan yang menghubungkan dari Kumbang Pasang ke Bandara Brunei.[17]
Mukim Kumbang Pasang digabungkan dengan Mukim Kianggeh untuk keperluan sensus tahun 2001.[18] Pada tahun 2014, saluran air di desa tersebut diperbaiki sebab termasuk daerah rawan banjir karena letaknya yang dekat dengan Sungai Kedayan.[19]
Ekonomi
Pendapatan pertama desa ini adalah perkebunan karet dari tahun 1910 hingga 1953.[7] Deskripsi tentang pemeriksaan dua minyak, minyak buah dan minyak kernel, dari sampel buah dari Perkebunan Kumbang Pasang disediakan dalam edisi sebelumnya tahun 1940 di The Malayan Agricultural Journal.[20]
Transportasi
Pada tahun 1972, Jalan Kumbang Pasang diperkeras kembali dari pertigaan Jalan Tutong hingga Jalan Tapak Kuda.[21] Pada tahun 1986, jalan tersebut menghubungkan ke Jalan Dato Mohd. Taib di Selatan.[22]
Infrastruktur
Komersial
One Riverside, kawasan pengembangan perumahan dan komersial.[23][24]
Kantor Pusat Bank Baiduri, peletakan batu pertama pada 14 Mei 2018.[25]
Markas Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah (YSHHB).[26]
^Office, Great Britain Colonial (1957). Brunei (dalam bahasa Inggris). H.M. Stationery Office. hlm. 166.
^Perangkaan, Brunei Jabatan (2005). Report on the 2001 Population Census (dalam bahasa Inggris). Department of Statistics, Department of Economic Planning and Development, Prime Minister's Office, Brunei Darussalam. hlm. 64.