KRI Pulau Raas (722)KRI Pulau Raas (722) (atau sebelum masuk ke Indonesia F. Hettstedt (353) Kondor II[1]) adalah kapal perang milik Tentara Nasional Indonesia Angakatan Laut (TNI AL) bernomor lambung 722 yang diproduksi oleh Jerman Timur dan dibeli oleh Indonesia, beserta 39 jenis kapal perang bekas jenis Korvet, Landing Ship Tank (LST), dan Penyapu Ranjau lainnya pada tahun 1990-an, yakni saat Presiden Sohearto masih berkuasa. Pembelian tersebut juga dibarengi oleh peresmian Pangkalan Utama TNI Teluk Ratai.[2] Setelah masuk ke Indonesia, kapal perang tersebut dinamai dengan nama "Pulau Raas" yang merupakan nama pulau di Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. KRI Pulau Raas (722) merupakan kapal perang berjenis kapal penyapu ranjau (Minesweeper) yang digunakan untuk memotong kabel penghubung ranjau laut dengan jangkar ranjau.[3] KRI Pulau Raas (722) termasuk dalam tipe Kelas Kondor, bersama dengan KRI Pulau Rote (721), KRI Pulau Romang (723), KRI Pulau Rimau (724), KRI Kelabang (826), KRI Pulau Rondo (725), KRI Pulau Rusa (726), KRI Pulau Rangsang (727), KRI Kala Hitam (828), dan KRI Pulau Rempang (729). tipe Kelas Kondor termasuk dalam arsenal Satran (Satuan Kapal Penyapu Ranjau) TNI AL, baik Satran Komando Armada Kawasan Barat (Koarmabar) dan Satran Komando Armada Kawasan Timur (Koarmatim).[4] SpesifikasiSecara umum pada tipe Kelas Kondor, KRI Pulau Raas (722) memiliki panjang kapal 56,52 m x 7,78 m x 2,46 meter dengan bobot 479 ton. Mesin yang digunakan terdiri dari dua unit mesin diesel 2-shaft yang dimana menghasilkan tenaga sebesar 4.400 bhp dan dapat melaju dengan kecepatan jelajah 18 knot. KRI Pulau Raas (722) memiliki teknologi anti ranjau pendeteksi sonar MG-11/Tamir-II; untuk menetralisir ranjau, digunakan alat penyapu ranjau Double Oropesa Sweep yang memiliki Explosive Cutter dan alat penyapu ranjau Mini Dyad Sweep.[4] PersenjataanSenjata yang dimiliki KRI Pulau Raas (722) antara lain dua meriam 2M3 berlaras ganda kaliber 25mm dan senapan mesin berat (SMB) kaliber 12,7mm.[4] KomandanPada tahun 1999. KRI Pulau Raas (722) dipimpin oleh Laksma TNI Gig Jonias Mozes Sipasulta,[5] lalu berganti. Sebelum tahun 2012, KRI Pulau Raas (722) dipimpin oleh Mayor Laut (P) Maman Nurachman. Setelah 19 Juli 2012, kepemimpinan KRI Pulau Raas (722) berganti dari Mayor Laut (P) Maman Nurachman kepada Mayor Laut (P) Mulyono yang dilaksanakan pada acara serah terima jabatan dengan inspektur upacara Komandan Satuan Kapal Ranjau (Satran) Koarmatim Kolonel Laut (P) Benny Sukandari, S.E.,[6]. Kepemimpinan KRI Pulau Raas (722) berganti setelah Mayor Laut (P) Mulyono kepada Mayor Laut (P) Rudhiro Pratomo. Setelah tanggal 8 Maret 2017, kepemimpinan KRI Pulau Raas (722) berganti dari Mayor Laut (P) Rudhiro Pratomo kepada Mayor Laut (P) Slamet Riyadi, S.E., yang dilaksanakan pada acara serah terima jabatan di Dermaga Koarmatim Ujung, Surabaya dengan inspektur upacara Komandan Satuan Kapal Ranjau Koarmatim (Satranarmatim) Kolonel Laut (P) I. Bayu Tri Kuncoro, S.E.[7] Misi-misiMisi-misi yang pernah dilaksanakan KRI Pulau Raas (722) antara lain: Patroli Pemeriksaan KapalKRI Pulau Raas (722) melakukan patroli di sekitar Pulau Bawean untuk melakukan pemeriksaa terhadap kapal-kapal yang melintas. Pemeriksaan yang dilakukan KRI Pulau Raas (722) seperti pemeriksaan surat-surat, dokumen, dan barang-barang bawaan penumpang. Kapal-kapal yang diperiksa antara lain
Evakuasi Korban LCT Rafelia 2KRI Pulau Raas (722) bersama dengan KRI Badik (623) melakukan evakuasi korban kapal motor LCT Rafelia 2 yang tenggelam di Selat Bali pada tanggal 4 Maret 2016. LCT Rafelia 2 mengalami kebocoran dan miring pada posisi di belakang Hotel Banyuwangi Beach atau bouy kabel head sebelah utara dan tenggelam pada pukul 13.10. Dari hasil pencarian, sebanyak 71 penumpang berhasil diselamatkan oleh tim Basarnas dari Jembrana Bali dan Posal Gilimanuk Bali, dua kapal TNI Angkatan Laut, nelayan dan satu perahu karet dari Lanal Banyuwangi serta beberapa instansi lainnya.[8] Penerimaan Kunjungan SiswaKRI Pulau Raas (722) menerima kunjungan siswa/i SMK Tri Dharma Palu siswa/siswi jurusan Nautika tingkat 1, 2, dan 3 berjumlah total 38 siswa/i dengan dua guru pembibing dan didampingi oleh Ltd Laut (P) Chrisdiyanto dan diterima oleh Ltd Laut (P) Isak Padiv Nav KRI Pulau Raas (722) pada tanggal 7 November 2016. KRI Pulau Raas (722) juga menerima kunjungan siswa/i SMK Negeri 7 Palu yang berjumlah total 83 siswa/i dalam kegiatan Open Ship KRI Pulau Raas (722) didampingi oleh Ltd laut (P) Chrisdiyanto (DanKal Andau/Lanal Palu). Kegiatan ini turut dihadiri oleh Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) kesiswaan Ahmad Amin S.P.t,Mpd beserta guru-guru lainnya. Kegiatan ini diterima oleh Lettu Laut (P) Hasta (Kadepsenbah) dan Letda Laut (P) Freiget. R. (Kadivops).[9] Ajang Sail Komodo 2013Ajang Sail Komodo 2013 dilaksanakan pada tanggal 14 September 2013 di Pantai Pede, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Acara ini juga dihadiri oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono beserta para Menteri-menteri terkait. Ajang Sail Komodo dilaksanakan sebagai tujuan wisata nasional dan internasional dan mempromosikan berbagai potensi wisata di provinsi Nusa Tenggara Timur.[10] Atraksi dalam ajang Sail Komodo ini antara lain Atraksi Budaya Sendratari dengan judul “Legenda Komodo dan Seni Budaya Manggarai”, Parade Pesona Seni dan Budaya Flobamora diiringi musik dan visual panorama alam Nusa Tenggara Timur, Demo Terjun Payung, Parade Kapal Perang maupun Kapal Sipil, Sailing Pass Kapal-Kapal Perang Mancanegara, Atraksi Heli Water Jump, dan lain-lain. Untuk Acara Sailing Pass, akan diikuti oleh KRI Kerapu (812), Baledo, KRI Kujang (642), KRI Clurit (641), KRI Pulau Rimau (724), KRI Pulau Raas (722), KRI Warakas (816), KRI Katon (810), KRI Weling (822), KRI Sibolga (536), dua Kapal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Pol Air, Bea Cukai, Kapal Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai Republik Indonesia (KPLP), Kapal medis Dr Lie, dan kapal-kapal lainnya.[11] Peledakan Ranjau Perang Dunia 2KRI Pulau Raas (722) menemukan empat sisa ranjau perang dunia 2 dan meledakkan empat ranjau tersebut di jalur rencana jembatan yang menghubungkan Pulaulaut-Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu. Peledakan tersebut dihadiri oleh Pemerintah Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan dan TNI Angkatan Laut (AL), Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Surabaya.[12] Referensi
|