Isolasionisme adalah kebijakan luar negeri yang diterapkan oleh pemimpin yang merasa kepentingan dalam negerinya jauh lebih utama daripada kepentingan luar negeri. Salah satu alasan membatasi keterlibatan internasional adalah menghindari keterlibatan dalam konflik yang berbahaya dan tak diinginkan. Selain itu ada juga manfaat menarik diri dari perjanjian perdagangan internasional atau perjanjian bantuan bersama.[1]
Sejak 1641 sampai 1853, keshogunan Tokugawa di Jepang menerapkan kebijakan kaikin. Kebijakan ini melarang kontak dengan sebagian besar negara asing. Klaim bahwa Jepang sepenuhnya terisolasi justru keliru. Faktanya, Jepang membina hubungan dagang dan diplomatik terbatas dengan Tiongkok, Korea, Kepulauan Ryukyu, dan Belanda.[2]
Kebudayaan Jepang berkembang hampir tanpa pengaruh asing. Jepang juga pernah mengalami masa damai terlama sepanjang sejarah. Pada waktu itu, Jepang membangun kota dan perkampungan padat dan meningkatkan komodifikasi pertanian dan perdagangan dalam negeri,[3] tenaga kerja yang diupah, mencanangkan program melek huruf dan budaya menulis,[4] dan merintis modernisasi meskipun keshogunan Tokugawa melemah.[5]
Meski sejumlah ilmuwan seperti Robert J. Art percaya bahwa Amerika Serikat memiliki riwayat isolasionisme, ilmuwan lainnya membantah klaim tersebut dan menyatakan bahwa Amerika Serikat mengambil strategi unilateralisme atau non-intervensionisme.[6][7] Robert Art memaparkan pendapatnya dalam A Grand Strategy for America (2003).[6] Buku-buku yang berpendapat bahwa Amerika Serikat menerapkan unilateralisme alih-alih isolasionisme adalah Promised Land, Crusader State karya Walter A. McDougall (1997), Surprise, Security, and the American Experience karya John Lewis Gaddis (2004), dan Acting Alone karya Bradley F. Podliska (2010).[8] Kedua belah pihak menggunakan Pidato Perpisahan George Washington sebagai bukti atas pendapatnya masing-masing.[6][7]
^(Sullivan, Michael P., "Isolationism." World Book Deluxe 2001. CD-ROM.)
^Ronald P. Toby, State and Diplomacy in Early Modern Japan: Asia in the Development of the Tokugawa Bakufu, Stanford, Calif.: Stanford University Press, (1984) 1991.
^Thomas C. Smith, The Agrarian Origins of Modern Japan, Stanford Studies in the Civilizations of Eastern Asia, Stanford, Calif., 1959,: Stanford University Press.
^Mary Elizabeth Berry, Japan in Print: Information and Nation in the Early Modern Period, Berkeley: University of California Press, 2006.
^Albert Craig, Chōshū in the Meiji Restoration, Cambridge, Mass.: Harvard University Press, 1961; Marius B. Jansen, Sakamoto Ryōma and the Meiji Restoration, Princeton, N.J.: Princeton University Press, 1961.
^ abMcDougall, Walter A. (1998). Promised land, crusader state : the American encounter with the world since 1776. Boston, Mass.: Houghton Mifflin. hlm. 39–40. ISBN0395901324.
^Podliska, Bradley F. Acting Alone: A Scientific Study of American Hegemony and Unilateral Use-of-Force Decision Making. Lanham, MD: Lexington Books, 2010. ISBN 978-0-7391-4251-6
Glahn, Richard Von. (1996). Fountain of Fortune: Money and Monetary Policy in China, 1000-1700. Berkeley: University of California Press. 10-ISABN 0520204085/13-ISBN 978-0-520-20408-9; OCLC 34323424
Graebner, Norman A. (1956). The New Isolationism; a Study in Politics and Foreign Policy Since 1950. New York: Ronald Press. OCLC 256173
Jansen, Marius B. (1961). Sakamoto Ryoma and the Meiji Restoration. Princeton: Princeton University Press. OCLC 413111
Nichols, Christopher McKnight (2011). "Promise and Peril: America at the Dawn of a Global Age." Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press, 2011. [1]