Hsing Yun lahir pada hari ke-22 pada bulan ketujuh (19 Agustus dalam standar Barat), 1927 di provinsi Jiangsu di Tiongkok dengan nama Li Guoshen (李國深). Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dengan seorang kakak laki-laki, seorang kakak perempuan, dan seorang adik laki-laki. Ayahnya meninggalkan rumah untuk urusan bisnis dan tidak pernah kembali. Ketika ibunya, yang merupakan penganut Buddha, memutuskan untuk mencari suaminya, ia pergi ke Nanjing.
Fo Guang Shan
Pada 1967, Hsing Yun menggunakan lebih dari 30 hektar di Kotapraja Ta Shu, Wilayah Kaohsiung sebagai tempat pembuatan sebuah biara. Upacara peletakan batu pertamanya dimulai pada 16 Mei.
Pada permulaaan 1967, Hsing Yun menjabat sebagai kepala biara Fo Guang Shan untuk tiga masa jabatan pertamanya, yang bekerja untuk mempromosikan Buddhisme Humanistik. Master Hsing Yun mengumumkan abdikasinya pada 22 September 1985. Ia tak hanya menjadi kepala biara, namun juga memberikan transmisi dharma kepada murid paling seniornya, Hsin Ping.
Keterlibatan dalam Politik
Tidak seperti kebanyakan pemimpin Buddha di Taiwan yang membuat pernyataan dan pendapat politik mereka secara pribadi, Hsing Yun dikenal dalam keterlibatan terbukanya pada politik Taiwan dan Tiongkok, yang utamanya menyangkut pada kebijakan-kebijakan Kuomintang. Sebagai pendukung berpengaruh dari kebijakan Satu Tiongkok, pada 2009 Hsing Yun mengklaim bahwa "tidak ada orang Taiwan" dan bahwa orang-orang Taiwan "adalah orang Tiongkok."[5] pada Forum Buddhis Sedunia Kedua, yang menyebabkan keretakan antara dirinya dan orang-orang dari koalisi Pan-Hijau. Selain pernyataan tersebut, Hsing Yun mengklaim pada 2012 bahwa Kepulauan Senkaku (juga dikenal sebagai Kepulauan Diaoyutai) masuk dalam wilayah Tiongkok.[6] Ia juga mengusulkan rekonsiliasi antara Tiongkok dan Dalai Lama[7]