Hendrik Cornelis Kruyt (disingkat H.C. Kruyt; lahir di Semarang, Hindia Belanda, 27 April 1864 – meninggal di Paris, Prancis, 1922), adalah seorang penulis dan misionarisBelanda. Ia adalah orang pertama yang dikirim untuk mengabarkan Injil di Tanah Karo. Upayanya di Karo tidak berlangsung lama, karena ia kemudian memutuskan untuk keluar dari misi, pergi dari Hindia Belanda hingga kematiannya pada tahun 1922.
Kehidupan awal
Hendrik dilahirkan di Semarang pada tahun 1922, sebagai putra kedua dari pasangan misionaris Jan Kruyt dan istrinya, Dorothea Johanna van der Linden. Salah satu saudaranya yang bernama Albertus Christiaan Kruyt—yang paling terkenal, di kemudian hari dikenal sebagai pengembang metode etnomisiologi dalam menyebarkan Injil.[1] Hendrik menghabiskan masa kecilnya di Jawa, sebelum dikirim ke Belanda untuk menerima pendidikan di Sekolah Misionaris Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) pada usia 11 tahun.[1]
Penempatan di Minahasa
Setelah menyelesaikan pendidikan sebagai misionaris, ia dikirim kembali ke Hindia Belanda pada tahun 1884 bersama dengan istrinya, Wilhemnina de Ligt. Hendrik—yang dilahirkan dan dibesarkan di Semarang—meminta untuk ditempatkan di Jawa, menyatakan keinginannya untuk lebih "dekat dengan keluarga" dan memimpin sebuah kongregasi, sama seperti ayahnya.[2] Meski demikian, dewan NZG tidak dapat menempatkannya di Jawa, dan ia justru dikirim ke Minahasa sebagai seorang guru dan kepala sekolah di Tomohon. Hendrik yang merasa kecewa dengan keputusan ini, meminta agar penempatannya di Tomohon hanya berlangsung sementara dan memohon agar dewan mencarikan pekerjaan di Jawa. Ia pada akhirnya menetap selama 4 tahun di sana.[2]
Kedatangan di Sumatra
Pada bulan April 1889, dewan mengabarkan kemungkinan adanya pemindahan Hendrik dari Minahasa dan memutuskan bahwa Sumatra adalah tempat yang tepat baginya. Di sisi lain, Hendrik hanya bersedia ditempatkan untuk jangka waktu sementara, dan meminta dewan untuk tidak mengesampingkan permintaannya agar ditempatkan di Jawa.[3] Ia juga menolak ditukarkan dengan perusahaan tembakau yang saat itu sedang beroperasi di Deli, Deli Maatschappij, menyatakan bahwa dirinya "tetap sebagai misionaris utusan NZG". Dewan berulang kali meyakinkan bahwa perusahaan tersebut hanya akan membayar upah finansial, dan mereka tidak akan menjadi bos bagi Hendrik.[3]
Hendrik—yang sepanjang hidupnya menghindari alkohol, rokok, bahkan teh dan kopi—menyatakan bahwa meskipun ia memiliki rasa antipati yang tinggi[a] terhadap tembakau, bukan berarti ia memiliki hubungan yang buruk dengan para pengusaha perkebunan tembakau di sana. Ia tidak keberatan dengan perkebunan tembakau yang diperuntukkan bagi orang lain, kecuali sudah melibatkan misi dan menjajah tanah rakyat yang telah diupayakannya.[3]