Etam (bahasa Ibrani: אֵתָם, yang berarti "padat, tahan lama"; bahasa Inggris: Etham) merupakan nama tempat yang menjadi tempat persinggahan kedua, setelah Sukot, dalam perjalanan orang-orang Israel sewaktu keluar dari Mesir. Menurut Taurat, Etam terletak di tepi padang gurun (yaitu tepi peradaban atau tepi lahan yang dapat ditanami) dan menandai dimulainya perjalanan orang Israel memasuki padang gurun sepanjang rute yang menghindari jalur ke arah tanah Filistin, dengan pikiran 'jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir.'.[1]
13:20 - Demikianlah mereka berangkat dari Sukot dan berkemah di Etam, di tepi padang gurun.
13:21 - TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.
13:22 - Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu.[2]
33:6 - Mereka berangkat dari Sukot, lalu berkemah di Etam yang di tepi padang gurun.[3]
33:7 - Mereka berangkat dari Etam, lalu balik kembali ke Pi-Hahirot yang di depan Baal-Zefon, kemudian berkemah di tentangan Migdol.[4]
33:8 - Mereka berangkat dari Pi-Hahirot dan lewat dari tengah-tengah laut ke padang gurun, lalu mereka berjalan tiga hari perjalanan jauhnya di padang gurun Etam, kemudian mereka berkemah di Mara.[5]
Identifikasi
Telah diusulkan bahwa Etam adalah nama lain untuk Khetam (benteng), yang terletak di tembok besar Mesir, yang membentang dari Laut Tengah ke Teluk Suez.[6] Situs ini mungkin dekat dengan kota modern dari Ismaïlia.