Menurut Barry Popik, jauh sebelum digunakan oleh Donald Trump, kalimat ini dipopulerkan oleh seorang anggota Partai Demokrat (Partai Sosial Demokrat), Winfield. E Gaylord pada 1903 di dalam koran Daily Northwestern di Wisconsin untuk membuat metafor mengenai kaum sosialis yang ingin menghabisi akar masalah sebenarnya yaitu kaum kapitalis yang digambarkan sebagai nyamuk dan rawa.[5][6] Metafor yang sama juga dipakai oleh salah seorang community organizerMary Harris “Mother” Jones yang berjanji untuk “drain the swamp” kepada kaum kapitalis.[7] Hal yang sama juga diungkap oleh sosialis dari Wisconsin, Victor Berger, pada 1912.[5] Metafor ini berasal dari salah satu metode di dalam menangani masalah malaria di Amerika Serikat dan Eropa pada masa dahulu, yaitu dengan menguras atau mengeringkan rawa tempat nyamuk malaria berkembang biak.[1][2]
Selain itu, etimologi ini berasal dari fakta (atau mitos) bahwa Washington D.C. dahulu merupakan kawasan yang penuh rawa dan ketika pembangunan awalnya rawa-rawa tersebut dikeringkan sehingga berdirilah sebuah kota yang menjadi ibu kotaAmerika Serikat di mana pemerintah yang efisien (little/small government), sedikit melakukan belanja anggaran, dan memiliki sedikit pengaruh di dunia berada, Washington D.C.[8]
Pada era kampanye kepresidenan Donald Trump, ia menjanjikan untuk "drain the swamp" terutama terhadap pemborosan anggaran dan korupsi yang terjadi pada Pemerintah Amerika Serikat baik tingkat federal maupun negara bagian terutama pada masa kepemimpinan Barack Obama. Hal ini disebabkan oleh Trump yang (pada dasarnya) terinspirasi bagaimana Ronald Reagan menemukan $ 424 miliar anggaran terbuang oleh pemerintah federal di Washington,D.C. sebagai bukti buruknya birokrasi dan menyebutnya sebagai "drain the swamp".[10] Target utama dari "Drain the Swamp" ini adalah para lobbyist, koruptor, Birokrasi Rumit, dan kaum special interest yang terjadi dan ada di dalam Pemerintah Amerika Serikat.[7][11] Uniknya, retorika ini diucapkan oleh Donald Trump ketika mengadakan kampanye di Green Bay, Wisconsin, negara bagian yang menjadi asal mula istilah tersebut.[12][13] Segera setelah diungkapkan Donald Trump sebagai retorika kampanyenya di twitter pada 18 Oktober 2016,[14][15] kalimat #DraintheSwamp langsung menjadi salah satu hashtag populer di twitter terutama oleh pendukung Donald Trump termasuk kartun oleh Ben Garrison, kartunis pendukung fanatik Donald Trump.[5][16][17]
Rencana Donald Trump di dalam "drain the swamp" antara lain:[18]
Redefine the Lobbyist (Menjelaskan apa itu "lobbyist")
Stop Revolving Door (Mencegah kaum lobbyist kembali ke pemerintahan dan mengatur pemerintahan)
Tackle Election Cash (Transparansi dan efisiensi dana pemilu di Amerika)
Fixed Terms (Membatasi masa pengabdian anggota kongres)
Setelah Donald Trump memerintah, terdapat kekhawatiran apakah dirinya mampu melaksanakan janji tersebut apalagi ditambah fakta bahwa "Swamp" sebenarnya justru berasal dari dalam Donald Trump sendiri: dunia pengusaha yang oportunis.[5] Apalagi ditambah fakta bahwa korupsi yang besar justru juga terdapat di dalam Partai Republik, partai di mana Donald Trump mencalonkan diri sebagai presiden. Selain itu, fakta bahwa banyak pembantu (menteri-menteri) yang dipilih Trump sering dianggap tidak memiliki kompetensi yang sesuai sehingga dianggap tidak akan "drain the swamp" dan termasuk fakta bahwa Trump, meskipun sangat anti terhadap ISIS dan terorisme, tetapi memiliki sedikit pemahaman dan wawasan mengenai ISIS dan terorisme global.[19][20]
Selain itu, terdapat kecurigaan bahwa Trump sebenarnya mendapatkan inspirasi untuk melakukan "drain the swamp" sendiri bukan berasal dari Ronald Reagan, akan tetapi berasal dari Alexander Dugin. Alexander Dugin sendiri merupakan salah seorang pembantu Vladimir Putin dan sering dianggap atau disejajarkan sebagai Steve Bannon versi Rusia. Menurut Alexander Dugin, drain the swamp berarti sebuah ideologi yaitu liberalisme dan juga merupakan salah satu produk budaya post-modern sehingga mengurasnya berarti (menandakan) mengembalikan unit upaya Appollonian. Hal tersebut dianggap menyerupai apa yang pernah dilakukan oleh Hitler pada dekade 1930-an terhadap karya seni modern.[10][21] Hal ini didasarkan bahwa di dalam retorika kampanyenya, Trump berjanji akan melawan kaum globalis seperti George Soros dan Angela Merkel yang digambarkan sebagai swamp (rawa) oleh Alexander Dugin sehingga Trump harus segera mengambil tindakan berupa "drain the swamp" yang dianggap tepat.[21]