Daniel lahir dalam sebuah keluarga kelas menengah di Indonesia.[2] Ayahnya bernama Lim Ho Tjoean (Lín Huòquán, 林和全) yang memiliki kakek yang berasal dari Fukien, Tiongkok Selatan, dan ibunya dari Jawa.[3] Ia dibesarkan oleh kakek pihak ibunya. Ia mengkaji al-Qur'an, dan menerima pengajaran Islam. Menurut penuturannya, ia berpindah agama saat Yesus muncul di hadapannya ada saat salat Magrib.[2]
Lulus dari Korea, ia datang ke Yunani, di mana ia singgah di Gunung Athos. Pada masa itu, ia mulai menerjemahkan buku-buku liturgi ke dalam bahasa Indonesia. Dari 1983-84, ia belajar bahasa Yunani dari Apostoliki Diakonia dari Gereja Yunani. Pada akhir 1984, ia belajar di Holy Cross Greek Orthodox School of Theology, Boston, Amerika Serikat. Setelah menyelesaikan studinya di Boston dan dua sekolah lainnya di AS, ia ditahbiskan oleh Uskup Maximos dari Pittsburgh di Holy Cross Church (digembalakan oleh Fr. John Chakos), dan diangkat menjadi pendeta di St. Paul Orthodox Church, North Royalton, Ohio, (saat itu digembalakan oleh Fr. Demetrios Simeonides).[4]
Pelayanan
Pada 8 Juni1988, Daniel meninggalkan Amerika Serikat dan memulai pelayanan di Indonesia. Orang pertama yang dikonversi ke kepercayaan Ortodoks adalah seorang pria muda Muslim bernama Muhammed Sugi Bassari, yang dibaptis dengan nama Photios, pada April 1989.[4] Upaya misinya kemudian berujung pada pengakuan resmi pemerintah terhadap Gereja Ortodoks di Indonesia pada 1996, dengan UU hukum pemerintah: "SK Dirjen Bimas Kristen Depag R.I. no.: F/Kep/Hk.00.5/19/637/1996".[3]
Pemikiran
Dalam hal teologi, Arkimandrit Daniel Byantoro memakai susunan pemikiran yang terdiri dari budaya Indonesia untuk mengemas ajaran Ortodoks dalam mental Indonesia. Seperti halnya Bapa-Bapa Gereja dalam menghadapi paganisme Yunani, Yudaisme, dan Gnostisisme dalam rangka menghadirkan pengajaran Injil terhadap bangsa-bangsa kuno, teologi Ortodoks menghadapi tantangan serupa dalam kontes misi Indonesia. Menurut Arkimandrit Daniel Byantoro, tantangan-tantangannya adalah pendirian Islam mirip dengan Yudaisme, pendirian Hindu-Buddha mirip dengan paganisme Yunani, pendirian Kebatinan mirip dengan Gnostisisme (Ini adalah perpaduan shamanisisme-animisme di satu sisi dan mistisisme Hindu-Buddha dan Sufisme Islam di sisi lain, dan terbagi menjadi banyak kelompok dan mahzab mistis, seperti halnya Gnostisisme) dan pendirian sekulerisme-materialisme dari dunia modern.[3]