Cheng Ho [3] adalah seorang kasim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403–1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao (馬 三保)/Sam Po Bo,[4] berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Cheng Ho adalah keturunan suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han tetapi memeluk agama Islam.
Cheng Ho melakukan pelayaran ke Malaka pada abad ke-15.
Pada tahun 1424, Kaisar Yongle wafat. Penggantinya, Kaisar Hongxi (berkuasa tahun 1424–1425), memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada masa kekuasaan Kaisar Xuande (berkuasa 1426–1435).
Penjelajahan
Cheng Ho melakukan ekspedisi ke berbagai daerah di Asia dan Afrika, antara lain:[butuh rujukan]
Bukti Laksamana Cheng Ho beragama Islam, di temukan makamnya berada di kawasan Niu Shou Shan ( Gunung Niu Shou ) kota Nanjing Provinsi Jiangsu, dengan bukti di temukan baju kebesaran laksamana Cheng Ho di makam tersebut, dan di atas makam tersebut ada tulisan kalimat thayyibah Basmalah dalam bahasa Arab.[1]
Perintah laksamana Cheng Ho membangun kembali Masjid Jingjue, Masjid Jingjue didirikan pada 1388 masehi oleh kaisar pertama Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang. Namun Masjid Jingjue sempat hancur terbakar pada 1430 masehi. Akhirnya, masjid ini dibangun kembali di bawah perintah Laksamana Cheng Ho pada 1492 masehi.[2]
Cheng Ho memimpin tujuh ekspedisi ke tempat yang oleh orang Tionghoa disebut Samudera Barat (Samudera Indonesia). Ia membawa banyak hadiah dan lebih dari 30 utusan kerajaan ke Tiongkok — termasuk Raja Alagonakkara dari Sri Lanka, yang datang ke Tiongkok untuk meminta maaf kepada Kaisar.
Armada
Armada Cheng Ho terdiri dari 27.000 anak buah kapal dan 307 (armada) kapal laut yang terdiri dari kapal besar dan kecil, mulai dari kapal bertiang layar tiga hingga bertiang layar sembilan. Kapal terbesar berukuran 5.000 liao memiliki dimensi panjang sekitar 70,75 m, lebar 15,24 m, dan sarat air 6,16 m, sedangkan kapal berukuran 2.000 liao berdimensi panjang sekitar 52,62 m, lebar 11,32 m, dan sarat air 4,6 m, sedangkan kapal 1.500 liao berdimensi panjang 47,71 m, lebar 10,26 m, dan sarat air 4,17 m.[6][7] Rangka layar kapal terdiri dari bambu Tiongkok.
Selama berlayar mereka membawa perbekalan yang beragam termasuk binatang seperti sapi, ayam dan kambing yang kemudian dapat disembelih untuk seluruh anak buah kapal selama di perjalanan. Selain itu, mereka juga membawa banyak bambu Tiongkok sebagai suku cadang jika rangka tiang kapal mengalami kerusakan. Tidak ketinggalan mereka pun membawa kain sutra untuk dijual.
Kepulangan
Sepulangnya dari ekspedisi, Cheng Ho kembali dengan membawa berbagai penghargaan dan utusan lebih dari 30 kerajaan — termasuk Raja Alagonakkara dari Sri Lanka, yang datang ke Tiongkok untuk meminta maaf kepada kaisar Tiongkok.
Pada saat pulang Cheng Ho membawa banyak barang berharga, di antaranya kulit dan getah pohon kemenyan; batu permata (ruby, emerald, dan lain-lain); dan beberapa orang Afrika, India dan Arab sebagai bukti perjalanannya.
Cheng Ho bahkan membawa pulang beberapa binatang asli Afrika termasuk sepasang jerapah hadiah dari salah satu RajaAfrika, tetapi sayangnya satu jerapah mati dalam perjalanan pulang.
Rekor
Majalah Life menempatkan Laksamana Cheng Ho sebagai orang terpenting ke-14 dalam milenium terakhir.
Perjalanan Cheng Ho menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku tersebut ada 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan.
Cheng Ho adalah penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia yang pernah tercatat. Selain itu, ia pun dikenal sebagai pemimpin yang arif bijaksana, mengingat dengan armada sebegitu besar ia dan anak buahnya tidak pernah menjajah negara atau wilayah mana pun tempat armadanya merapat.
Semasa singgah di India termasuk Kalkuta, anak buah juga mempelajari senibeladiri lokal yang bernama Kallary Payatt yang mana setelah dikembangkan di negeri Tiongkok menjadi salah satu cabang seni beladiriKungfu.
Cheng Ho dan Indonesia
Cheng Ho mengunjungi Nusantara (Kepulauan Indonesia) sebanyak tujuh kali. Ketika singgah di Samudera Pasai, ia menghadiah Sultan Aceh sebuah lonceng raksasa "Cakra Donya", yang hingga kini tersimpan di museum Banda Aceh.
Chan, Hok-lam (1998). "The Chien-wen, Yung-lo, Hung-hsi, and Hsüan-te reigns, 1399–1435". The Cambridge History of China, Volume 7: The Ming Dynasty, 1368–1644, Part 1. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN9780521243322.
Deng, Gang (2005). Chinese Maritime Activities and Socioeconomic Development, c. 2100 BC – 1900 AD. Greenwood Press. ISBN0-313-29212-4.
Sien, Chia Lin; Church, Sally K. (2012). "1 A Naval Architectural Analysis of the Plausibility of 450-ft Treasure Ships by Sally K. Church, John C. Gebhardt & Terry H. Little". Zheng He and the Afro-Asian World. Melaka: Perbadanan Muzium. ISBN978-967-11386-0-1.
Sien, Chia Lin; Church, Sally K. (2012). "2 A Nautical Perspective on Cheng Ho, Admiral of the Western Oceans Concerning the Ming Voyages by P.J. Rivers". Zheng He and the Afro-Asian World. Melaka: Perbadanan Muzium. ISBN978-967-11386-0-1.
Sien, Chia Lin; Church, Sally K. (2012). "12 Zheng He and the African Horizon: An Investigative Study into the Chinese Geography of Early Fifteenth-Century Eastern Africa by Clifford J. Pereira". Zheng He and the Afro-Asian World. Melaka: Perbadanan Muzium. ISBN978-967-11386-0-1.
Dreyer, Edward L. (2007). Zheng He: China and the Oceans in the Early Ming, 1405–1433. Library of World Biography. Longman. ISBN0-321-08443-8.
Levathes, Louise (1996). When China Ruled the Seas: The Treasure Fleet of the Dragon Throne, 1405–1433. Oxford University Press ISBN0-19-511207-5.
Mills, J. V. G. (1970). Ying-yai Sheng-lan, The Overall Survey of the Ocean's Shores (1433). translated from the Chinese text edited by Feng Ch'eng Chun with introduction, notes and appendices by J. V. G. Mills. White Lotus Press. ISBN974-8496-78-3.
Ming-Yang, Dr Su. 2004 Seven Epic Voyages of Zheng He in Ming China (1405–1433)
Ray, Haraprasad (1987). "An Analysis of the Chinese Maritime Voyages into the Indian Ocean During Early Ming Dynasty and Their Raison d'Etre". China Report. 23 (1): 65–87. doi:10.1177/000944558702300107.
Viviano, Frank (2005). "China's Great Armada." National Geographic, 208(1):28–53, Juli.