Angkatan Udara Republik Singapura (bahasa Inggris: Republic of Singapore Air Force (RSAF); Hanzi: 新加坡空军部队; bahasa Melayu: Angkatan Udara Republik Singapura, bahasa Tamil: சிங்கப்பூர் ஆகாயப்படை) adalah bagian dari Angkatan Bersenjata Singapura . Angkatan Udara ini pertama kali didirikan pada tahun 1968 sebagai Singapore Air Defence Command (SADC). Pada tahun 1975, namanya diubah menjadi Republik Singapura Air Force.
Hingga 2021, RSAF menggunakan lima pangkalan udara domestik, yang paling utama berada di Paya Lebar dan Tengah, juga menggunakan bandara Changi dan Seletar. RSAF memiliki pasukan di luar negeri seperti yang ada di Australia, Amerika Serikat, Thailand, dan Prancis. Pada tahun 2021, RSAF memiliki kekuatan 8.000 personel aktif dan 319 pesawat.[2]
Pada Januari 1968, Inggris kehilangan nilai prestisnya di seluruh dunia terutama setelah Krisis Suez dan menghadapi masalah finansial besar yang semakin memburuk karena terjadi penurunan nilai mata uang Inggris, Poundsterling. Sebelumnya, Singapura sangat bergantung kepada Royal Air Force (RAF) dalam pertahanan udara, karena Angkatan Bersenjata Singapura yang telah dibentuk pada 1965, lebih fokus dalam membangun angkatan darat.
Sebelum RSAF terbentuk, pendahulunya, Singapore Air Defence Command (SADC), yang berdiri pada 1 September 1968 memiliki tugas untuk segera mendirikan sekolah terbang untuk melatih pilot. Instruktur yang memenuhi syarat didapatkan melalui jasa yang diberikan oleh sebuah perusahaan yang memang spesial dalam melakukan pertahanan udara, Airwork Services Limited. Pelatihan dasar menggunakan dua Cessna light aircraft yang disewa dari Singapore Flying Club. SADC juga meminta bantuan Royal Air Force (RAF) untuk menyediakan mantan pilot RAF sebagai instruktur, serta fasilitas dan layanan di Bandara Seletar. Seiring waktu berjalan, enam peserta pelatihan pilot (pilot trainee) dikirim ke Inggris pada tahun 1968 untuk mendapatkan pelatihan lebih. Pelatihan ini menggunakan Hawker Hunter, pesawat tempur pertama milik SADC. Bulan berikutnya, peserta pelatihan pilot ini dikirim ke Prancis untuk memulai pelatihan teknis dengan helikopter Aérospatiale Alouette III. Pada 1969, beberapa teknisi RAF lokal putus kontrak dengan RAF dan diizinkan untuk bergabung dengan SADC. Teknisi lokal ini memiliki pengalaman bekerja pada pesawat RAF seperti Hawker Hunter, Hawker Hunter, Gloster Javelin, English Electric Canberra, English Electric Lightning, Avro Shackleton, Bristol Belvedere, Westland Wessex dan Westland Whirlwind;[3]
Delapan pesawat Cessna 172K – pesawat pertama SADC – tiba pada Mei 1969 untuk digunakan untuk pelatihan pilot dasar.[4] Pada bulan Desember, gelombang pertama selesai dalam melakukan latihan. Dari peserta pelatihan, enam dikirim ke Inggris untuk menerima pelatihan lebih lanjut. Peserta yang dikirim kmebali ke Singapura pada 1970 dan mereka siap untuk mengoperasikan pesawat tempur mereka Hawker Hunter.
Pada 1 Agustus 1969, Menteri Dalam Negeri dan Pertahanan Singapura, Lim Kim San, meresmikan sekolah pelatihan terbang di pangkalan udara Tengah (dikenal juga dengan RAF Tengah). Peresmian sekolah pelatihan terbang ini merupakan tanggung jawab berat SADC dalam mempertahankan wilayah udara Singapura.
Kedatangan pesawat BAC Strikemaster pada tahun 1969 digunakan untuk pelatihan terbang lanjut, yang berarti peserta pelatihan bisa mengikut pelatihan lanjut di Singapura, tidak perlu ke luar negeri seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Angkatan pertama pilot pesawat tempur yang dilatih di Singapura oleh sekolah buatan SADC, lulus pada November 1970. Di antara peserta ini terdapat Goh Yong Siang, yang kemudian menjadi Panglima Angkatan Udara pada 1 Juli 1995. Secara bertahap, SADC memiliki pilot, instruktur terbang, pengontrol lalu lintas udara, dan kru sendiri.
Ketika Inggris mengumumkan rencananya untuk menarik pasukan pada September 1971, SADC diberikan tanggung jawab dan sumber daya yang besar. Bekas pangkalan udara Inggris, seperti pangkalan udara Tengah, Seletar, Sembawang, dan Changi, diberikan kepada SADC. SADC juga mendapatkan stasiun radar pertahanan udara dan sejumlah rudal Bloodhound II.
Pada tahun 1973, SADC membeli pesawat Short Skyvan dan pesawat serang jet udara-ke-darat A-4 Skyhawk. Dengan kombinasi pesawat tempur, pesawat pembom, helikopter, dan pesawat angkut, SADC siap menjalankan fungsi sebagai angkatan udara penuh. Pada 1 April 1975, SADC berganti nama menjadi Republic of Singapore Air Force (RSAF).[5]
Operasi Tempur:
2004-2008: Multi-National Force – Iraq. Pesawat-pesawat RSAF berpartisipasi dalam Perang Irak dan kembali setelah dua hingga tiga bulan di Teluk Persia tanpa pasukan darat terlibat. Singapura menarik pasukannya pada 23 Desember 2008.
Mei 2007-Juni 2013: Pasukan Bantuan Keamanan Internasional. SIngapura menerjunkan kurang lebih 500 tentara termasuk personil angkatan udara sebagai bentuk kontribusi Singapura dalam menciptakan stabilitas multinasional dan pembangunan kembali pada Perang di Afganistan (2001–2021).
^"World Air Forces 2020". Flightglobal Insight. 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 January 2020. Diakses tanggal 10 July 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)