Pada tahun 1989, Alsthom bergabung dengan sebagian dari General Electric Company untuk membentuk GEC Alsthom. Pada dekade 1990-an, GEC Alsthom mengakuisisi Linke-Hofmann-Busch asal Jerman dan Sasib Railways asal Italia. Pada tahun 1998, GEC Alsthom resmi melantai di Paris Stock Exchange dan kemudian mengubah namanya menjadi Alstom.
Pada tahun 2003, perusahaan ini mendapat bailout sebesar €3,2 milyar dari pemerintah Prancis. Untuk mematuhi peraturan dari Uni Eropa mengenai bantuan pemerintah, Alstom harus menjual sejumlah divisinya, salah satunya divisi pembuatan kapal dan divisi transmisi tenaga listrik yang akhirnya dijual ke Nikhanj Power. Pada tahun 2010, perusahaan ini kembali mengakuisisi divisi transmisi tenaga listriknya.
Pada tahun 2004, Alstom kembali mengalami masalah keuangan, karena mendapat denda sebesar €4 milyar akibat cacat desain yang diwariskan oleh bisnis turbin milik ABB Group yang diakuisisi oleh perusahaan ini.
Pada tahun 2014, Alstom mengumumkan bahwa mereka telah menyetujui tawaran dari General Electric (GE) yang ingin mengakuisisi divisi tenaga dan sistem kelistrikannya dengan harga US$17 milyar (€12,4 milyar). Persetujuan tersebut kemudian memicu kontroversi di Prancis, sehingga akhirnya tawaran tersebut meliputi pembentukan joint venture yang berbisnis di bidang pembangkitan dan transmisi tenaga listrik. Bisnis persinyalan kereta api milik GE kemudian juga dijual ke Alstom. Akuisisi divisi tenaga dan sistem kelistrikan milik Alstom oleh GE akhirnya disetujui oleh otoritas kompetisi di Uni Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 2015, asalkan bisnis turbin gas berat milik Alstom dijual ke Ansaldo Energia. Penjualan bisnis pembangkitan dan transmisi tenaga listrik milik Alstom ke GE akhirnya selesai pada tanggal 2 November 2015.
Pada akhir tahun 2017, Alstom mengumumkan bahwa mereka berencana bergabung dengan Siemens Mobility asal Jerman. Namun pada bulan Februari 2019, Komisi Eropa melarang penggabungan tersebut. Pada bulan Februari 2020, perusahaan ini setuju untuk membeli Bombardier Transportation. Pembelian tersebut akhirnya selesai pada tanggal 29 Januari 2021.
Pada tahun 1969, Compagnie Générale d'Electricité (CGE) menjadi pemegang saham mayoritas di Alsthom. Pada tahun 1976, Alsthom bergabung dengan Chantiers de l'Atlantique, menjadi Alsthom Atlantique. Dengan penggabungan tersebut, Alsthom juga mengembangkan bisnisnya ke bidang kelautan. Pada tahun berikutnya, Alsthom membangun generator listrik pertama berkapasitas 1300 MW untuk PLTN Paluel, mencetak rekor dunia dengan keluaran daya sebesar 1500 MW.
Pada tahun 1978, Alsthom menyerahkan rangkaian kereta api TGV pertama ke SNCF. TGV ini akhirnya dapat memecahkan rekor kecepatan sebesar 5.153 kilometer per jam (3.202 mph) pada tahun 1990. TGV juga mencetak rekor dunia untuk menempuh jarak 10.672 kilometer (6.631 mi), dari Calais ke Marseille hanya dalam waktu 3 jam dan 29 menit. Pada tahun 1986, Alsthom Belfort menerima pesanan dari EDF untuk membuat turbin gas terbesar di dunia, dengan kapasitas 212 MW.
Pada tahun 1988–1989, Alstom mengakuisisi ACEC Energie (produsen turbin air dan peralatan listrik untuk industri nuklir) dan ACEC Automatisme (otomatisasi) dari pecahan perusahaan ACEC. Alstom juga mengakuisisi 100% saham divisi transportasi ACEC, yang akhirnya dinamai ACEC Transport.[3]
GEC Alsthom (1989–1998)
Pada tahun 1989, GEC Alsthom dibentuk dari penggabungan antara Alstom dan General Electric Company plc dengan tujuan untuk memberi kesempatan Alsthom mengekspor produknya ke luar Prancis.[4] Pada tahun 1991, induk perusahaan Alstom, CGE dinamai menjadi Alcatel Alsthom Compagnie Générale d'Electricité, atau lebih dikenal dengan "Alcatel Alsthom".[4]
Pada tahun 1994, GEC Alsthom mengakuisisi produsen kereta api, Linke-Hofmann-Busch dari Salzgitter AG. Pada tahun 1995, GEC Alsthom mengakuisisi produsen turbin uap, MAN Energie.[butuh rujukan] Pada awal tahun 1998, GEC Alsthom mengakuisisi kontraktor kelistrikan, Cegelec, dan menamainya 'Alstom Power Conversion'.
Pada tahun 1998, GEC-Alsthom membeli perusahaan asal Italia, Sasib Railways, yang bergerak di bidang persinyalan kereta api,[5][6] yang juga termasuk General Railway Signal (Amerika Serikat).[7][8]
Alstom (1999–2014)
Pada tahun 1999, Alstom membeli separuh dari divisi sistem tenaga milik ABB Group, dan membentuk sebuah joint venture dengan nama ABB Alstom Power. Alstom juga membeli Télécité,[butuh rujukan] sebuah penyedia layanan keamanan dan informasi penumpang asal Kanada. Alstom kemudian menjual bisnis turbin gas kelas beratnya ke General Electric.[9][10] Pada tahun 2000, perusahaan ini membeli semua saham ABB Alstom Power yang dipegang oleh ABB.[11]
Pada tahun 2003, Alstom mengalami masalah keuangan karena penjualannya menurun dan liabilitas utangnya mencapai $5 milyar. Perusahaan ini pun diberitakan berpotensi untuk dilikuidasi. Utang tersebut terutama disebabkan oleh denda sebesar $4 milyar yang dikenakan akibat cacat desain pada turbin yang dikembangkan oleh ABB Group, yang diakuisisi oleh Alstom pada tahun 2000, serta kolapsnya Renaissance Cruises di tengah lesunya pasar pelayaran. Harga saham Alstom pun turun sebesar 90% hanya dalam waktu dua tahun.[15][16]Hukum komisi kompetisi Eropa mewajibkan Alstom untuk menjual sejumlah anak usahanya, termasuk aset pembuatan kapal dan transmisi listriknya, saat Alstom menyetujui rencana penyelamatan senilai €3,2 milyar yang melibatkan pemerintah Prancis.[17]
Pada tahun 2004, pemerintah Prancis resmi membeli 21% saham Alstom dengan harga €772 juta dan Alstom menerima bailout senilai €2,5 milyar.[18] Perusahaan ini kemudian menjual bisnis distribusi dan transmisi tenaga listriknya ke Areva, sementara produsen lokomotif diesel Meinfesa dijual ke Vossloh dan Alstom Power Rentals dijual ke APR LLC. Pada tahun yang sama, Alstom menyelesaikan pembuatan empat unit propulsi Mermaid, yang masing-masing dapat menghasilkan tenaga sebesar 21,5 MW. Keempat unit propulsi tersebut dipesan oleh Cunard untuk dipasang di Queen Mary 2.[butuh rujukan]
Pada tahun 2005, bekas pabrik milik Metro-Cammell di Washwood Heath ditutup.[19]
Pada tahun 2006, Alstom menjual divisi kekuatannya ke Aker Yards asal Norwegia, dengan komitmen untuk mempertahankan 25% saham hingga tahun 2010. Perusahaan ini juga menjual Alstom Power Conversion, yang menjadi Converteam, dalam sebuah pembelian terutang yang didanai oleh Barclays Private Equity France SAS.[20] Pada bulan Juni 2006, Bouygues mengakuisisi 21% saham Alstom yang dipegang oleh pemerintah Prancis dengan harga €2 milyar.[21] Kemudian Bouygues meningkatkan kepemilikan sahamnya di Alstom menjadi 24%.[butuh rujukan]
Pada tahun 2007, TGV POS mencetak rekor kecepatan untuk kendaraan rel sebesar 5.748 kilometer per jam (3.572 mph). Pada bulan Maret 2007, Alstom mengakuisisi Power Systems Manufacturing LLC (Florida, Amerika Serikat), sebuah produsen komponen turbin milik Calpine Corporation dengan harga $242 juta.[22][23] Pada bulan Juni 2007, Alstom mengakuisisi produsen turbin angin asal Spanyol, Ecotècnia, dan mengubah namanya menjadi Alstom Ecotècnia. Pada tahun 2010, nama perusahaan tersebut kembali diubah menjadi Alstom Wind. Perusahaan ini juga memperkenalkan logo baru dengan "alstom" sebagai nama dagang dan "Alstom SA" sebagai nama resmi.
Pada tahun 2010, Alstom membeli kembali divisi transmisi tenaga listriknya yang dijual ke Areva SA pada tahun 2004.[26][27] Divisi tersebut kemudian diberi nama "Alstom Grid".[28] Perusahaan ini kemudian membuka fasilitas perakitan turbin angin di Amarillo, Texas;[29] sebuah pabrik turbin di Chattanooga, Tennessee;[30] dan sebuah pabrik turbin air di Tiongkok.[31] Investasi tersebut menggambarkan strategi listrik bersih dari Alstom, yang fokus menyediakan berbagai macam kapabilitas pembangkitan listrik, teknologi efisien, dan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon, dengan dipimpin oleh Presiden Alstom Power, Philippe Joubert.[32]
Pada tahun 2012, Alstom membuka pabrik kereta di Sorel-Tracy, Quebec, Kanada.[34][35] Setelah konsorsium yang beranggotakan Alstom (Alstom Wind), EDF, dan DONG Energy mendapat tiga kontrak pembangunan ladang angin lepas pantai besar di Prancis, perusahaan ini mulai membangun pabrik di Cherbourg (untuk memproduksi menara dan bilah turbin bekerja sama dengan LM Power) dan di Saint-Nazaire (untuk memproduksi nacelle dan generator).[36] Pada tahun 2012 juga, perusahaan ini membentuk sebuah joint venture dengan RusHydro guna memproduksi peralatan pembangkit listrik untuk PLTA berukuran kecil dan sedang yang berkapasitas maksimal 100 MW.[37]
Pada bulan November 2013, Alstom mengumumkan bahwa mereka berencana mengumpulkan dana antara €1 milyar hingga €2 milyar dengan menjual sejumlah aset non-inti. Perusahaan ini juga sedang mempertimbangkan untuk menjual saham Alstom Transport dan memberhentikan 1.300 orang pegawainya.[38][39] Pada tahun 2014, Alstom menjual bisnis komponen pelengkap uap (pra-pemanas udara, pemanas gas-gas untuk panas bumi, peralatan pemindah panas industrial lain, dan mesin penggiling) ke Triton Partners dengan harga €730 juta.[40]
Pada bulan November 2014, Alstom mendapat kontrak senilai $429,4 juta untuk memodernisasi 85 kereta pada sistem metro Mexico City.[41]
Pada tahun 2010, Departemen Kehakiman mengadakan investigasi mengenai praktek komersial Alstom, terutama mengenai kesepakatan senilai 118 juta dolar di Indonesia pada tahun 2003.[43]
Depas, Guy (1 December 1998), "ACEC", archives.lesoir.be (dalam bahasa French)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
"Les ACEC vendent", archives.lesoir.be (dalam bahasa French), 12 January 1989Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Delvaux, Beatrice (7 January 1989), "La reprise du ferroviaire", archives.lesoir.be (dalam bahasa French)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)