Akses internet adalah kemampuan suatu individu atau kelompok untuk tersambung ke jaringan internet menggunakan terminal komputer, komputer, atau perangkat lainnya. Akses ini kemudian digunakan untuk mendapatkan layanan tertentu, seperti surat elektronik dan World Wide Web. Akses internet dijual oleh penyedia jasa internet (ISP) yang menawarkan konektivitas dengan teknologi dan kecepatan transfer data yang bervariasi. Beberapa organisasi, termasuk lembaga pemerintahan, mulai menyediakan akses nirkabel dan jaringan tetap secara gratis.
Ketersediaan akses internet awalnya cukup terbatas. Pada 1990, hanya 0,049 persen populasi dunia yang dapat mengakses internet, dengan setengahnya berasal Amerika Serikat.[1] Namun pada awal abad ke-21, negara-negara berkembang mulai dapat menggunakan teknologi pita lebar yang cepat. Hingga 2014, sebanyak 41 persen populasi dunia memiliki akses ke internet,[2] teknologi pita lebar hampir dapat digunakan di seluruh dunia, dan kecepatan koneksi rata-rata global melebihi satu megabit per detik.[3]
Bermasalah memainkan berkas ini? Lihat bantuan media.
Internet pertama kali dikembangkan oleh United States Departement of Defense Advanced Research Projects Agency (ARPANET) pada 1969[4] menggunakan pendanaan dari pemerintah Amerika Serikat untuk mendukung proyek di lingkungan pemerintahan, perguruan tinggi, dan laboratorium penelitian di negara itu. Seiring berjalannya waktu, internet juga digunakan oleh perguruan tinggi besar dan perusahaan teknologi di negara lain.[5][6] Pada 1995, penggunaan internet semakin meluas seiring dengan dicabutnya pelarangan internet untuk kegiatan komersial.[7]
Akses internet pita lebar atau umum disebut sebagai broadband, didefinisikan sebagai "akses internet yang selalu tersedia dan lebih cepat daripada akses internet putar-nomor (dial-up) tradisional",[8][9] sehingga dapat menjangkau beragam jenis teknologi. Inti dari teknologi ini adalah sirkuit digitalcomplementary MOS (CMOS).[10][11] Koneksi pita lebar umumnya menggunakan kemampuan jaringan eternet yang ada dalam komputer pengguna atau menggunakan kartu ekspansiNIC.
Pada 1990-an, program infrastruktur informasi nasional di Amerika Serikat membuat akses internet peta lebar menjadi masalah kebijakan publik.[12] Pada 2000, sebagian besar akses internet di rumah-rumah masih menggunakan akses dial-up, sementara sebagian besar sektor bisnis dan sekolah telah menggunakan koneksi pita lebar. Saat itu, terdapat 150 juta pelanggan yang masih menggunakan akses dial-up di 34 negara OECD[13] dan kurang dari 20 juta pelanggan yang telah menggunakan pita lebar. Pada 2005, koneksi pita lebar telah berkembang dan akses dial-up mengalami penurunan, ditandai dengan samanya jumlah pelanggan kedua sistem tersebut, yakni 130 juta pelanggan. Pada 2010, sekitar 90% akses internet di negara-negara OECD telah menggunakan akses pita lebar. Pelanggan akses pita lebar naik menjadi 300 juta pelanggan, sementara pelanggan akses dial-up menjadi hanya 30 juta pelanggan.[14]
Ketersediaan
Selain rumah, sekolah, dan tempat kerja, internet dapat pula diakses dari tempat umum seperti perpustakaan, warung internet, atau tempat lainnya yang menyediakan komputer dan koneksi internet. Beberapa perpustakaan telah menyediakan suatu tempat bagi para pengunjung untuk menyambungkan laptop mereka ke jaringan area lokal (LAN).[15] Beberapa tempat umum lainnya, seperti bandara, menyediakan akses internet nirkabel di beberapa titik tertentu untuk penggunaan dalam waktu singkat.[16] Beberapa tempat juga menyediakan akses internet melalui komputer yang membutuhkan koin.
Kedai kopi, pusat perbelanjaan, dan tempat-tempat lainnya menawarkan akses nirkabel ke jaringan komputer yang disebut sebagai hotspot. Jaringan ini dapat digunakan oleh pengunjung dengan cara menyambungkannya ke perangkat nirkabel seperti laptop, ponsel, atau PDA. Layanan seperti ini dapat disediakan secara gratis maupun berbayar. Beberapa pemancar hotspotWi-Fi dapat digabungkan menjadi sebuah sistem sehingga bisa melayani tempat yang lebih luas, seperti keseluruhan wilayah kampus, taman, atau bahkan kota.[17]
Kecepatan
Laju bit (bit rate) untuk modemdial-up berkisar antara 110 bit/detik pada akhir 1950-an hingga 33-64 kbit/detik pada akhir 1990-an. Koneksi dial-up umumnya membutuhkan kabel telepon tersendiri. Kompresi data dapat meningkatkan laju efektif bita untuk koneksi modem dial-up dari 220 menjadi 320 kbit/detik.[18][19] Namun, keefektifan kompresi data bergantung pada jenis data yang dikirimkan, kondisi kabel telepon, dan faktor-faktor lainnya.[20]
Teknologi pita lebar memungkinkan laju bita yang lebih cepat dibandingkan dial-up dan umumnya tidak mengganggu penggunaan telepon. Terdapat beberapa versi mengenai batas laju bita untuk pita lebar. Per tahun 2003, ITU menetapkan pita lebar sebagai koneksi yang memiliki laju data minimum sebesar 1,5 Mbit/detik hingga 2 Mbit/detik.[21] Pada 2015, Komisi Komunikasi Federal (FCC) Amerika Serikat menggolongkan "pita lebar dasar" ketika laju data unduh (dari internet ke pengguna) mencapai 25 Mbit/detik dan laju data unggah (dari pengguna ke internet) mencapai 3 Mbit/detik.[22] Tren peningkatan batas definisi ini terjadi seiring dengan meningkatnya laju data layanan internet di dunia.[23]
Laju data yang tercantum di iklan atau sumber informasi lainnya umumnya ditentukan dari laju unggah maksimum. Meskipun pada kenyatannya, laju data maksimum ini tidak selalu dapat digunakan oleh konsumen.[24] Pada akhir Juni 2016, kecepatan internet rata-rata di dunia tercatat sebesar 6 Mbit/detik.[25] Kecepatan ini bergantung pada beberapa faktor seperti kondisi alam, cuaca, konstruksi bangunan, penempatan antena, dan interferensi dari sumber gelombang radio lainnya.
Kepadatan jaringan
Pengguna internet dapat menggunakan akses internet dari infrastruktur jaringan yang sama. Informasi yang bisa diakses melalui internet sangat banyak dan luas. Cara mengukur jumlah informasi dalam internet adalah sekitar lima exabytes sehari. Jumlah ini setara dengan 40.000 film berdurasi dua jam per detik.[26] Ketika sebagian besar pengguna menggunakan layanan berbagi berkaspeer-to-peer (P2P) dan siaran daring video, mereka membutuhkan laju data yang besar dalam waktu yang bersamaan. Hal ini bisa menyebabkan kepadatan jaringan dan menurunnya performa koneksi. Ketika kondisi ini terjadi, penyedia layanan internet (ISP) dapat menurunkan ketersediaan lebar pita untuk kelas pengguna atau layanan tertentu.[27] Metode ini berguna untuk meningkatkan kualitas layanan bagi sektor yang membutuhkan koneksi cepat, contohnya sektor kesehatan, keamanan, dan sejenisnya. Meskipun demikian, penggunaan metode ini secara berlebihan dapat menimbulkan persepsi buruk mengenai keadilan dan kenetralan jaringan.[28]
Gangguan dan pemadaman
Gangguan dan pemadaman internet dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Gangguan pada kabel komunikasi bawah laut dapat menyebabkan pemadaman total atau perlambatan koneksi di wilayah yang luas, seperti ketika sistem kabel Jawa-Sumatra-Kalimantan mengalami gangguan pada pertengahan tahun 2021. Negara terbelakang cukup rentan mengalami masalah ini karena negara-negara tersebut biasanya tidak memiliki banyak jaringan kabel berkapasitas besar. Selain kabel bawah laut, kabel di darat juga rentan menyebabkan gangguan internet. Pada 2011, seorang wanita yang mencari besi tua memotong kabel internet bawah tanah sehingga mengganggu jaringan internet di Armenia.[29]
Selain gangguan fisik, akses internet juga dapat mengalami gangguan akibat kebijakan pemerintah dan kesalahan manusia. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menyatakan jika pemutusan jaringan internet dengan alasan ketertiban umum atau keadaan bahaya seringkali dilakukan hanya melalui suatu siaran pers.[30] Pada 2011, sekitar 93%[31] jaringan internet di Mesir dipadamkan oleh pemerintah untuk mencegah mobilisasi protes antipemerintah.[32] Pada 25 April 1997, jaringan internet mengalami gangguan akibat gabungan kesalahan manusia dan galat perangkat lunak di Virginia.[33]
Harga dan pengeluaran
Akses internet bergantung dari harga internet dan sumber daya yang dapat digunakan untuk membayarnya. Diperkirakan sekitar 40% populasi dunia memiliki kurang dari US$20 per tahun untuk membayar keperluan teknologi informasi komunikasi (TIK).[35] Sekitar 30% masyarakat termiskin di Meksiko menghabiskan sekitar US$35 per tahun (US$3 per bulan) untuk keperluan TIK, sementara 22% masyarakat termiskin di Brazil, menghabiskan US$9 per tahun (US$0,75 per bulan). Masyarakat Amerika Latin menganggap internet sebagai hal yang "mewah" apabila harganya melebihi US$10 per bulan untuk tiap orangnya.[35]
Kesenjangan digital
Akses internet memungkinkan biaya yang murah dan efektif dalam mengakses sumber daya, kolaborasi, dan pendidikan jarak jauh.[36] Namun, akses tersebut tidak tersebar dengan baik di beberapa negara, meskipun mengalami perkembangan yang pesat.[37][38]Kesenjangan digital merujuk pada “jurang pemisah antara orang-orang yang memiliki akses teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan orang-orang yang memiliki akses terbatas atau tidak memiliki akses sama sekali”. Jurang pemisah ini menjadi salah satu aspek dalam kesenjangan digital.[39] Oktavianoor menguraikannya menjadi empat faktor, yaitu faktor infrastruktur, skill, konten bahasa, dan pemanfaatan.[40] Selain itu, akses internet yang dimiliki oleh seseorang bergantung dari status finansial, lokasi, serta aturan pemerintah.[41]
Aturan pemerintah menjadi aspek penting dalam tersedianya akses internet di suatu kelompok, daerah, dan negara. Contohnya, Pakistan mengalami kenaikan pengguna internet dari 0,55% populasi penduduk pada 2000 menjadi 17,1% populasi penduduk pada 2021 setelah negara tersebut meluncurkan program untuk mempercepat perkembangan teknologi informasi.[42][43] Sebaliknya, penduduk Korea Utara memiliki akses internet yang sangat terbatas karena pemerintahnya khawatir terhadap ketidakstabilan politik yang mungkin dapat terjadi akibat akses internet.[44] Akses internet di Kuba juga terbatas akibat embargo Amerika Serikat terhadap perdagangan di Kuba.[45]
Akses kepada perangkat komputer juga menjadi faktor dominan dalam menentukan tingkat akses internet. Pada 2020, di negara berkembang terdapat sekitar 65% rumah penduduk yang memiliki komputer dan 28% rumah penduduk memiliki akses internet. Sementara itu di negara-negara maju, sekitar 87% rumah penduduk memiliki komputer dan 81% yang memiliki akses ke internet.[46] Ketika pembelian komputer dilegalkan di Kuba pada 2007, kepemilikan komputer pribadi meningkat tajam.[47][48]
Akses internet telah menjadi bagian penting dalam aspek ekonomi, politik, dan kehidupan sosial masyarakat dunia. PBB menyatakan bahwa penyediaan akses internet ke lebih banyak orang di dunia dapat memberikan keuntungan dalam aspek "politik, sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesempatan kerja” yang tersedia di internet.[38] Beberapa dari 67 asas pertemuan World Summit on the Information Society yang digelar di Jenewa pada 2003 secara langsung ditujukan untuk mengatasi kesenjangan digital.[49]
Jumlah pengguna internet pada 2015 dalam persentase populasi tiap negara
^"Internet History in Asia". 16th APAN Meetings/Advanced Network Conference in Busan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Februari 2006. Diakses tanggal 9 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"What is Broadband?". The National Broadband Plan. US Federal Communications Commission. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Juli 2011. Diakses tanggal 9 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^34 negara OECD adalah: Australia, Austria, Belgia, Kanada, Chile, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Islandia, Irlandia, Israel, Italia, Jepang, Korea, Luxembourg, Meksiko, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Portugal, Republik Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Britania Raya, dan Amerika Serikat. Anggota OECDDiarsipkan 8 April 2011 di Wayback Machine., diakses pada 9 November 2021
^Kamrul, Farhana; Abbas, Robert; Daley, Matthew (3 April 2020). Campus Wi-Fi Coverage Mapping and Analysis. Diakses tanggal 9 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Willdig, Karl; Patrik Chen (Agustus 1994). "What You Need to Know about Modems". Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Januari 2007. Diakses tanggal 9 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Briere, Daniel (19 April 1993). Network World (dalam bahasa Inggris). IDG Network World Inc. hlm. 42.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Birth of Broadband". ITU. September 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Juli 2011. Diakses tanggal 9 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Cowie, James. "Egypt Leaves the Internet". Renesys. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 January 2011. Diakses tanggal 22 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Internet Users". International Telecommunication Union. 16 November 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Maret 2013. Diakses tanggal 15 November 2021.
^"Cuba to keep internet limits". Agence France-Presse (AFP). 9 Februari 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Mei 2009. Diakses tanggal 15 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Declaration of Principles". World Summit on Information Society. 12 Desember 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 November 2004. Diakses tanggal 15 November 2021.