Ajaran sesat

Ajaran sesat, aliran sesat atau heresi menurut Oxford English Dictionary, adalah "pandangan atau doktrin teologis atau keagamaan yang dianggap berlawanan atau bertentangan dengan keyakinan, atau sistem keagamaan manapun, yang dianggap ortodoks atau ajaran yang benar. Dalam pengertian ini, ajaran sesat adalah pandangan atau doktrin dalam filsafat, politik, ilmu, seni, dll., yang berbeda dengan apa yang umumnya diakui sebagai yang berwibawa."

Etimologi

Kata "heresy" berasal dari bahasa Yunani αιρεσις, hairesis (dari αιρεομαι, haireomai, "memilih"), yang berarti pilihan keyakinan atau faksi dari pemeluk yang melawan. Kata ini banyak dipergunakan oleh Ireneus dalam risalatnya Contra Haereses (Melawan Penyesat). Ia menggambarkan posisinya sendiri sebagai yang ortodoks (dari ortho- "lurus" + doxa "pemikiran") dan posisinya akhirnya berkembang menjadi posisi Gereja Kristen perdana, dari mana kata-kata ortodoks itu berasal.

Jadi, ada anggapan bahwa "ajaran sesat" tidak mempunyai arti yang sepenuhnya obyektif. Kategori ini hanya ada sebagai kebalikan dari posisi suatu sekte yang sebelumnya telah didefinisikan sebagai "ortodoks". Jadi, setiap pandangan yang non konformis di dalam bidang apapun juga dapat dianggap "sesat" oleh yang lainnya di dalam bidang tersebut yang yakin bahwa pandangan mereka adalah yang "benar" (ortodoks).

Para penyesat biasanya tidak menganggap keyakinan mereka sesat. Menyebut sebuah ajaran itu "sesat" adalah suatu penghakiman yang tidak bebas nilai, karena hal itu dilakukan dari dalam suatu sistem kepercayaan yang mapan. Misalnya, orang Katolik Roma menganggap ajaran Protestan sesat, sementara orang non-Katolik menganggap ajaran Katolik sebagai "Kemurtadan Besar."

Agar sebuah ajarah sesat bisa ada, pertama-tama harus ada suatu sistem dogma yang berwibawa yang ditetapkan sebagai dogma yang ortodoks, seperti misalnya yang diusulkan oleh Gereja Katolik Roma. Istilah ortodoks digunakan di Gereja Ortodoks Timur, sejumlah Gereja Protestan, dalam Islam, sebagian denominasi Yahudi, dan dalam tingkat yang lebih rendah dalam agama-agama lain. Pandangan varian dari Marxisme-Leninisme yang ortodoks digambarkan sebagai "golongan kanan" atau "penyimpangan kiri". Gereja Scientology menggunakan istilah "squirelling" ("membajing") untuk merujuk kepada perubahan-perubahan yang tidak sah terhadap ajaran atau metodenya.

Heresi dalam berbagai agama

Kristen

Penggunaan istilah ajaran sesat dalam konteks kekristenan sudah jarang digunakan saat ini, dengan beberapa perkecualian: misalnya Rudolf Bultmann dan perdebatan tentang penahbisan imam wanita dan para imam gay. Pandangan populer menurunkan "bidah" kepada Abad Pertengahan, saat puncak kekuasaan gereja di Eropa, tetapi kasus seorang sarjana dan humanis Giordano Bruno bukanlah eksekusi terakhir untuk bidah. Bidaah mengingatkan akan sebuah hukuman resmi dalam negara-negara Katolik Roma hingga akhir abad 18. Di Spanyol, kasus bidah telah didakwa dan dihukum sepanjang Kontra Pencerahan setelah Era Napoleon.[1]

Penyesatan di dalam gereja sebenarnya memiliki usia yang sama tuanya dengan usia gereja itu sendiri. Sejak zaman Paulus dan Yohanes, setelah Kristus naik ke surga, berbagai penyesat telah bermunculan. Gereja mula-mula yang muda itu telah diperhadapkan dengan berbagai pengaruh ajaran yang menyesatkan, dan itu akan terus berlangsung sampai akhir zaman nanti.

Abad-abad berikutnya pun gereja menghadapi berbagai aliran Trinitas, Marsionisme, Montanisme, Novatianis, Donatis, dan sebagainya. Demikian juga seterusnya. Jadi, gereja tidak perlu terkejut dengan munculnya berbagai ajaran dan aliran yang membingungkan dan menyesatkan, tetapi justru harus waspada, dan memperkokoh iman, penyelidikan kebenaran yang alkitabiah dan mempererat hubungan dengan Tuhan, Sang Kepala Gereja.

Kriteria yang Salah

Sebelum melihat beberapa titik tolak yang merupakan dasar untuk mengukur sejauh mana suatu ajaran itu bernilai sesat, orang Kristen kadang-kadang memiliki miskonsepsi, antara lain:

  1. Jemaat besar selalu benar, kelompok kecil adalah sesat. Kriteria ini salah, sepanjang perjalanan sejarah gereja, sering terjadi bahwa jumlah aliran yang tidak alkitabiah lebih besar daripada gereja Tuhan. Di Chili, pada abad lalu tercatat aliran-aliran bidat lebih banyak pengikutnya daripada anggota gereja resmi. Dan, biasanya justru aliran-aliran yang mengandung kesesatan itu lebih banyak diminati orang ketimbang gereja resmi yang setia pada kebenaran dan kekudusan.
  2. Gereja Negara adalah benar, jemaat pecahan sesat. Kriteria ini pun salah. Di Eropa tercatat bahwa waktu gereja menyatu dengan negara, justru membawa berbagai penyimpangan. Di Indonesia setelah zaman kemerdekaan memang tidak terjadi kesatuan antara kekuasaan gereja dan negara.
  3. Gereja yang benar adalah yang menjangkau golongan sosial ekonomi menengah ke atas. Kriteria ini juga salah. Memang, berbagai aliran baru sering lebih dapat menjangkau masyarakat rendah. Sedangkan kalangan gereja besar banyak anggota dari kalangan menengah ke atas. Namun, berbagai catatan sejarah mencatat bahwa aliran-aliran tertentu justru menjangkau kelompok menengah ke atas, seperti kalangan bisnis, pejabat dan sebagainya. Bidat Christian Science, Children of God, dsb. jelas mempunyai pengikut kalangan menengah ke atas.

Batasan pengertian

Ajaran adalah suatu pemahaman (yang biasanya menyangkut konsep kehidupan) yang disampaikan kepada pihak yang lebih luas dengan sengaja dan terencana. Sesat adalah salah jalan atau menyimpang dari yang telah ditetapkan. Berbicara tentang ajaran yang sesat, kedua belah pihak dapat saling menuduh yang lain sesat dengan dasar suatu ketetapan yang menguntungkan pihak tersebut, oleh karena itu, orang Kristen yang benar perlu mengambil titik tolak yang telah dibuktikan dalam sejarah Gereja Tuhan. Semua penganut ajaran, apa pun isi ajarannya, meyakini bahwa ajaran yang mereka anut itu benar. Mereka juga dapat mengatakan bahwa ajaran di luar yang mereka anut adalah sesat. Karena itu, orang Kristen perlu melihat sejarah/penyebab munculnya berbagai ajaran yang disebut sesat, dan dari sudut pandang mana ajaran itu disebut sesat. Ajaran-ajaran yang jelas-jelas menentang kekristenan tidak termasuk ajaran sesat melainkan Anti-Kekristenan.

Penyebab timbulnya

Beberapa penyebab ajaran-ajaran sesat di dalam gereja, antara lain:

  • Sebagai reaksi terhadap gereja resmi (aliran utama). Para pencetus dan penganut ajaran-ajaran yang kemudian orang Kristen sebut sesat, umumnya diawali dengan kekecewaan terhadap gereja-gereja resmi (gereja arus utama) yang semakin melembaga, semakin baku dan kaku, yang biasanya diikuti dengan ajarannya yang cenderung menekankan intelektualitas. Para penganut aliran ini ingin kembali pada kehangatan persaudaraan, pengalaman rohani, dan persekutuan langsung dengan Allah, kesederhanaan pemahaman atas Alkitab, serta penerapan ajaran Alkitab yang langsung aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
  • Penekanan terhadap doktrin tertentu. Alkitab sangat kaya dengan berbagai ajaran untuk pedoman iman dan kehidupan ini. Para penganut ajaran sesat biasanya memberi tekanan khusus pada satu atau dua ajaran Alkitab, lalu diinterpretasikan sedemikian rupa dan ditambah dengan ajaran-ajaran pemimpinnya sehingga menjadi satu doktrin utama dalam aliran itu.
  • Pengaruh ajaran yang tidak Alkitabiah (pola pikir di luar Alkitab/pemahaman Alkitab yang salah). Bersamaan dengan perkembangan ilmu pemikiran (sosial, sains, komunikasi, dll. yang sudah diawali pada abad 17 dan 18) berbagai fenomena pemikiran serta pemahaman saling bersentuhan dan memengaruhi. Dalam abad ke-20 yang baru lalu ini, misalnya, munculnya gerakan karismatik (dalam konotasi ekses negatifnya) bertemu dengan ajaran kemakmuran dan hidup sukses (bukan teologi sukses, sebab ajaran tersebut bukan teologi), serta pola bisnis "pasar bebas" menghasilkan menjamurnya penyelenggaraan kebaktian-kebaktian di kota-kota besar. Seperti halnya pola bisnis pasar bebas, mereka tanpa risih membuka kebaktian di samping gereja yang sudah ada. Bahkan, ada satu gedung dengan dua merek gereja yang satu sinode. Maka, yang berlaku adalah hukum rimba: yang kuat yang menang (kuat modal, kuat suara, dan kuat ndablegnya).

Titik Tolak

Titik tolak untuk menyatakan suatu ajaran sesat menjadi perdebatan tersendiri. Umumnya gereja menggunakan Alkitab sebagai tolak ukur apakah suatu ajaran menyeleweng dari ajaran Tuhan. Namun persoalannya sering kali bukan apa yang mereka ajarkan dari Alkitab, melainkan apa yang mereka tambahi di luar Alkitab maupun yang ajaran Alkitab tidak mereka ajarkan. Masing-masing ajaran yang dicap sesat memiliki interpretasi sendiri-sendiri terhadap Alkitab.

Berikut beberapa pedoman yang dapat dijadikan acuan penilaian. Gereja-gereja di sepanjang zaman, terutama di lingkungan gereja-gereja reformasi, tetap sepakat menerima ajaran dasar tentang keselamatan yang bertumpu pada sola gratia , sola fide , dan sola scriptura , yaitu bahwa keselamatan ini hanya oleh anugerah Allah yang diterima dengan iman berdasarkan berita Alkitab. Semua aliran dan ajaran dalam berbagai kelompok kekristenan memang menerima prinsip tersebut, tetapi dalam praktiknya ada hal-hal lain yang ditambahkannya, seperti:

  1. Adanya syarat-syarat tambahan. Beberapa contoh syarat tambahan yang tidak disetujui dengan dasar ketiga prinsip di atas, terutama Sola Fide:
    • "Betul keselamatan adalah anugerah Allah, tetapi orang percaya harus dapat berkarunia lidah (glosolalia). Kalau tidak maka orang tersebut belum tentu selamat."
    • "Memang keselamatan adalah anugerah Allah, tetapi si penerima harus menunjukkan perubahan hidup yang radikal (perfeksionisme) sebagai bukti keselamatan tersebut."
    • "Keselamatan yang adalah anugerah itu harus disambut dengan peribadahan pada hari Sabat (sesuai berita Alkitab). Hari Sabat adalah hari ketujuh, yaitu hari Sabtu, bukan Minggu (Adventis)."
    • Keselamatan dapat diperoleh dengan melepaskan diri dari segala ikatan "duniawi", yaitu: politik dan lembaga agama lain lalu bergabung dengan Society of the New World (Saksi-Saksi Yehuwa)."
    • Orang dapat menerima keselamatan setelah mampu menganggap bahwa segala penyakit, penderitaan, dan kematian adalah semu dan khayalan belaka (Christian Science).
    • Bahwa asas-asas Utama serta tatacara-tatacara Injil adalah: pertama, Beriman kepada Tuhan Yesus Kristus; kedua, Bertobat; ketiga, Pembaptisan dengan penculapan untuk pengampunan dosa-dosa; keempat, Penumpangan tangan untuk karunia Roh Kudus. (Pasal-pasal kepercayaan Ke-4) Mormonisme).
  2. Pembedaan tingkat-tingkat keselamatan yang terpengaruh oleh sistem kelas yang ada di masyarakat.
    • Ada aliran yang membedakan sekelompok orang percaya pada tingkat keselamatan, sementara ada yang sudah pada tingkat hidup rohani yang lebih dekat dengan Allah.
    • Ada orang yang selamat yang tergolong pada 144.000 yang masuk surga, sisanya hanya tinggal dalam Kerajaan 1000 tahun di bumi ini.
    • Aliran lain membedakan: orang Kristen Maha Kudus, Kristen Tempat Kudus, dan orang Kristen Halaman.
  3. Pemuliaan tokoh-tokoh manusia. Para pelopor dan penganut ajaran tertentu memang tetap memuliakan Kristus, dan juga mengakui bahwa pendiri/pimpinan kelompoknya dipanggil untuk mengajar kebenaran yang telah hilang. Aliran-aliran di berbagai tempat percaya para tokoh mereka mengajarkan kebenaran, seperti:
  4. Pemuliaan diri dan kecaman-kecaman terhadap gereja dan teologi. Gejala lain dari kesesatan adalah kuatnya pemuliaan diri dan kecaman terhadap gereja dan kelompok lain yang dinilai duniawi, tidak penuh dengan roh, murtad, dan lain-lain. Di samping itu, mereka umumnya mengecam pendidikan teologi dan orang-orang yang sekolah teologi. Muncul ucapan, seperti: "Aku tidak sekolah teologi, tetapi dipakai Tuhan dengan heran, lihat hasil pelayananku sudah sekian jumlahnya."
  5. Alkitab di tangan kanan, ajaran lain di tangan kiri. Orang Kristen semua menerima bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan (Sola Scriptura). Para penganut ajaran yang dianggap menyalahi Sola Scriptura menambahkan buku lain/wahyu lain yang dipercaya sebagai tuntunan iman yang setara dengan, bahkan lebih tinggi dari, Alkitab, seperti:
    • Tn. Sweden-borg, seorang pemimpin sekte tertentu. Setiap selesai membaptiskan orang, ia memberi Alkitab dengan tangan kanan dan buku karangannya sendiri dengan tangan kiri sebagai penuntun hidup beriman.
    • "Testimonies" Ny. White yang berisi interpretasi berbagai penglihatan pribadinya tentang Kitab Wahyu merupakan buku wajib penganut Adventis.
    • Penganut Christian Science menetapkan bahwa buku Mary Baker Eddy, "Science and Health with key to the Scripture" adalah kunci untuk mengerti isi Alkitab.
    • Para Saksi Yehova menyatakan secara praktis dan teoretis bahwa penjelasan Alkitab tentang Rencana Allah lebih penting daripada penjelasan pemimpin agama.
    • Gereja Mormon percaya Kitab Mormon: Satu Kesaksian Lagi Tentang Yesus Kristus adalah Firman Allah. Mereka percaya Kitab Mormon tidak bersaing dengan Alkitab, melainkan menguatkannya. Kitab Mormon merupakan catatan sejarah para nabi dari bangsa Amerika kuno yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Joseph Smith. Bangsa tersebut itu mengetahui mengenai misi Yesus Kristus, percaya kepada Dia, mengajar tentang Dia, dan kemudian menulis di atas lemping-lemping.
    • Di bawah sub pokok ini dapat ditambahkan adanya penggunaan benda-benda tertentu dan doa/ayat yang dipakai sebagai semacam jimat atau mantra karena dianggap benda atau ayat tersebut, mengandung kekuatan gaib/magis, yang mendatangkan pertolongan.
  6. Penekanan yang berlebihan tentang Eskatologi/teologi akhir zaman. Salah satu ciri utama dari aliran-aliran ini adalah penekanan yang berlebihan tentang eskatologi. Berbagai perhitungan dan tafsiran dikemukakan. Terutama tentang angka-angka dan lambang-lambang. Lalu dicocok-cocokkan dengan situasi yang terjadi pada zamannya. Karena itu, tafsiran tentang apa dan siapa Antikristus selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu dan tokoh yang dianggap musuh kekristenan.

Tetapi, kalau anggota-anggota aliran (kelompok) itu makin banyak bergaul dengan gereja dan ada yang belajar teologi, kecenderungan ini makin tipis. Sebab, mereka mulai terbuka tentang bentuk-bentuk sastra yang dipakai dalam Alkitab dan dalam konteks apa suatu firman diwahyukan Tuhan kepada umat Tuhan, sehingga mereka mulai meninjau ulang ajaran-ajaran yang pernah disampaikannya. Tahun-tahun belakangan ini tercatat propaganda sesat bahwa Tuhan Yesus datang pada 28 Oktober 1994, lalu September 2001, dan muncul ramalan kiamat terjadi pada 3 November 2003. Dan, ramalan semacam itu akan terus bermunculan.

Beberapa ciri yang menjadi pedoman di atas tidak semua terdapat pada aliran/ajaran sesat. Namun, dapat dijadikan sebagai gambaran umum. Makin banyak dan makin kuat ciri-ciri yang terdapat dalam suatu ajaran/aliran, semakin parahlah kesesatannya. Seperti tubuh jasmani yang sakit, makin kompleks dan makin kronis organ-organ tubuh yang terserang penyakit, makin parahlah ia; semakin sedikit dan ringan, semakin besar harapan untuk disembuhkan dan sehat kembali.

Ajaran-ajaran yang dianggap sesat

Berikut ajaran-ajaran yang dianggap sesat yang saat ini pengikutnya sudah tidak ada/hampir tidak ada dan pendiri ajaran tersbut:

Selain itu ada pula ajaran-ajaran yang oleh sebagian besar gereja dianggap kontroversial. 'Gereja-gereja' ini saat ini memiliki jumlah pengikut yang tidak sedikit:

Islam

Ajaran yang dianggap sesat dalam agama Islam cukup beragam, tetapi beberapa gerakan yang cukup terkenal di Indonesia adalah sebagai berikut:

Ahmadiyyah

Liwa-e-Ahmadiyyat (Bendera Ahmadiyah)

Ahmadiyyah (Urdu: احمدیہ Ahmadiyyah) atau sering pula ditulis Ahmadiyah, adalah sebuah gerakan keagamaan Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun 1889, di sebuah kota kecil yang bernama Qadian di negara bagian Punjab, India. Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai Mujaddid, al Masih dan al Mahdi.[2]

Para pengikut Ahmadiyah, yang disebut sebagai Ahmadi atau Muslim Ahmadi, terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ialah "Ahmadiyya Muslim Jama'at" (atau Ahmadiyah Qadian). Pengikut kelompok ini di Indonesia membentuk organisasi bernama Jemaat Ahmadiyah Indonesia, yang telah berbadan hukum sejak 1953 (SK Menteri Kehakiman RI No. JA 5/23/13 Tgl. 13-3-1953).[3] Kelompok kedua ialah "Ahmadiyya Anjuman Isha'at-e-Islam Lahore" (atau Ahmadiyah Lahore). Di Indonesia, pengikut kelompok ini membentuk organisasi bernama Gerakan Ahmadiyah Indonesia, yang mendapat Badan Hukum Nomor I x tanggal 30 April 1930. Anggaran Dasar organisasi diumumkan Berita Negara tanggal 28 November 1986 Nomor 95 Lampiran Nomor 35.[4]

Atas nama Pemerintah Indonesia, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Jaksa Agung Indonesia pada tanggal 9 Juni 2008 telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama, yang memerintahkan kepada penganut Ahmadiyah untuk menghentikan kegiatannya yang bertentangan dengan Islam.[5]

Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Agama Republik Indonesia, Suryadharma Ali menyatakan, melalui hasil Rakernas Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 7 Maret 1984 merekomendasikan Umat Islam di Indonesia perlu mewaspadai dengan menyusupnya paham Syi'ah serta perbedaan pokoknya dengan ajaran Ahlus Sunnah Wal jamaah. Selain itu, Kementerian Agama Republik Indonesia juga telah mengeluarkan SE Kemenag Nomor D/BA.01/4865/1983 tanggal 5 Desember 1983 menyatakan bahwa Syi'ah tidak sesuai dan bahkan bertentangan dengan ajaran Islam.[6]

Buddhisme

Buddhisme tidak mengenal konsep bidaah atau ajaran sesat.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ disadur dengan perubahan seperlunya dari: Thomas Bimo, Ajaran-Ajaran Sesat, Buletin Solagracia Edisi 2 hal 68-70, Persekutuan Penginjil Indonesia
  2. ^ http://www.alislam.org/introduction/index.html
  3. ^ http://www.thepersecution.org/world/indonesia/05/jai_pr2108.html
  4. ^ http://www.ahmadiyah.org/index.php?go=tentang
  5. ^ "SKB Ahmadiyah diterbitkan". BBCIndonesia.com. 09-06-2008. Diakses tanggal 26-08-2008.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  6. ^ BeritaSatu.com. "Menag: Syiah Bukan Islam". beritasatu.com. Diakses tanggal 2020-08-31. 

Pranala luar