Montanus adalah pemimpin gerakan apokaliptik pada pertengahan abad ke-2 di Asia Kecil.[1] Gerakan ini yang kemudian berkembang menjadi aliran Montanisme (sesuai dengan namanya).[1] Sebelum menjadi penganut ajaran Kristen, Montanus adalah imam dalam agamaSibele.[1] Sekitar tahun 156-157, ia mengalami ekstase dan memandang dirinya sebagai alat Roh Kudus untuk menyampaikan nubuat.[1] Ia mengklaim bahwa Roh Kudus ada dalam dirinya dan Roh Kuduslah yang berbicara melalui dirinya.[1][2] Ia menubuatkan bahwa akhir zaman akan segera tiba dan Yerusalem baru akan dibangun di Pepuza, sebuah desa di Frigia, Asia Kecil.[1]
Gerakan Montanisme sendiri timbul sekitar tahun 170-an ketika Montanus dan dua orang perempuan, yakni Priskilla dan Maximilla, mulai bernubuat di Frigia.[2] Mereka mengajarkan bahwa dunia akan segera kiamat, dan untuk menyongsong itu orang harus hidup sederhana, tidak menikah, berpuasa lebih lama, dan tidak boleh menghindari mati syahid.[2] Itulah sebabnya banyak pengikut Montanus yang dengan rela menyerahkan dirinya untuk mati syahid.[1] Montanus mendapat penolakan yang besar dari Gereja Katolik.[2] Namun, tokoh besar, Tertullianus bersimpati dengan Montanisme dan membela mereka.[1][2] Montanus juga memperoleh banyak pengikut di Afrika Utara dan Asia Kecil.[1] Pada tahun 200, ajaran Montanus dikutuk.[1] Ia akhirnya meninggal dengan cara gantung diri pada tahun 195.[1]
^ abcdefghijkF.D. Wellem. cet. ke-8 2000. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
^ abcde(Indonesia) Tony Lane. cet. ke-8 2009. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Pustaka tambahan
Christian Wilhelm Franz Walch, Histoire des hérésies, Volume I, halaman 611-666
Albert Schwegler, Der Montanismus, Tübingen, 1841;
Albert Schwegler, Le Montanisme et l'Église chrétienne du deuxième siècle
Charles J. HÉFÉLÉ, Montan et les Montanistes, dalam: I. Goschler, Dictionnaire encyclopédique de la théologie catholique, Tome XV, Paris, 1862, blz. 259-278.