Yustus dari Canterbury (bahasa Latin: Iustus Cantuariensis)[a] adalah Uskup Agung Canterbury yang ketiga. Ia merupakan salah seorang anggota rombongan misionaris dari Italia yang diutus oleh Paus Gregorius Agung ke Inggris dengan maksud mengajak orang-orang Angli-Saksen meninggalkan kepercayaan leluhur mereka dan menjadi pemeluk agama Kristen. Yustus mungkin sekali tiba di Inggris bersama-sama dengan rombongan misionaris kedua yang bertolak dari Italia pada tahun 601. Yustus ditahbiskan menjadi Uskup Rochester yang pertama pada tahun 604, dan menghadiri muktamar waligereja di Paris pada tahun 614.
Yustus terpaksa mengungsi ke Galia setelah Æthelberht, Raja Kent, mangkat pada tahun 616, tetapi kembali menduduki jabatan Uskup Rochester pada tahun 617. Pada tahun 624, Yustus ditunjuk menjadi Uskup Agung Canterbury, dan melepas keberangkatan rombongan misionaris ke Northumbria. Paus Bonifasius menyanjung Yustus karena berhasil meyakinkan Raja "Adulualdus" untuk menjadi pemeluk agama Kristen. Walaupun raja ini mungkin adalah Eadbald dari Kent, para sejarawan masih memperdebatkan siapa yang sebenarnya dimaksud dengan "Adulualdus". Yustus dihormati sebagai orang kudus sesudah wafat. Jenazahnya dikuburkan di Biara Santo Agustinus, Canterbury.
Tiba di Inggris
Yustus adalah salah seorang anggota rombongan misi Gregorius, yakni rombongan misionaris yang diutus ke Inggris oleh Paus Gregorius I. Hampir semua keterangan mengenai jati diri dan kiprah Yustus bersumber dari Historia Ecclesiastica Gentis Anglorum (Sejarah Gereja Bangsa Angli) karya pujangga Beda Venerabilis yang ditulis pada permulaan abad ke-8.[3] Terkait dengan asal usulnya, Yustus dilahirkan di Kota Roma.[4]
Ia mungkin tiba di Inggris bersama rombongan misionaris kedua, yang diutus pada tahun 601 atas permintaan Agustinus, Uskup Agung Canterbury.[3][5] Sejumlah penulis pada zaman modern menggambarkan Yustus sebagai salah seorang anggota rombongan misionaris pertama yang tiba di Inggris bersama-sama Agustinus pada tahun 597,[6] tetapi Beda Venerabilis yakin bahwa Yustus tiba bersama rombongan kedua.[7][8] Salah seorang anggota rombongan kedua ini adalah Melitus, yang di kemudian hari ditahbiskan menjadi Uskup London dan ditunjuk menjadi Uskup Agung Canterbury.[9]
Jika benar Yustus adalah anggota rombongan kedua, maka tentunya ia tiba bersama barang-barang bawaan berupa buku-buku dan "segala macam barang keperluan ibadat dan pelayanan Gereja".[10][11]Tomas dari Elmham, salah seorang penulis tawarikh pada abad ke-15, mencatat bahwa sejumlah buku bawaan rombongan misionaris kedua masih lestari pada masa hidupnya, kendati tidak ia jabarkan satu demi satu. Penyelidikan atas naskah-naskah tua di Canterbury menunjukkan bahwa salah satu naskah yang mungkin saja termasuk dalam buku-buku bawaan rombongan kedua yang masih lestari itu adalah Kitab Injil Santo Agustinus, yang kini tersimpan di Corpus Christi College, Cambridge, dengan kode naskah MS 286.[3][b]
Uskup Rochester
Agustinus menahbiskan Yustus menjadi uskup pada tahun 604 untuk mengepalai jemaat Kristen di wilayah keuskupan yang berpusat di Rochester, salah satu kota dalam wilayah Kerajaan Kent.[14] Sejarawan Nicholas Brooks berpendapat bahwa Kota Rochester mungkin sekali dipilih bukan karena pernah menjadi pusat keuskupan pada zaman penjajahan Romawi, melainkan karena posisinya yang penting dalam percaturan politik kala itu. Sekalipun kecil dan hanya dilalui sejalur jalan raya, kota ini terletak pada persimpangan Jalur Watling dan estuari di Medway. Oleh karena itu, kota tersebut merupakan sebuah kota berbenteng.[15] Yustus mungkin sekali bukan seorang rahib (Beda Venerabilis tidak menyebutnya sebagai seorang rahib),[16] sehingga majelis rohaniwan di katedralnya juga mungkin sekali bukan dari kalangan biarawan.[17]
Sebuah piagam bertarikh 28 April 604, yang diduga dikeluarkan oleh Raja Æthelberht, terabadikan dalam Textus Roffensis dan sebuah karya salinan yang didasarkan atas Textus Roffensis dalam naskah Liber Temporalium dari abad ke-14. Sebagian besar isinya ditulis dalam bahasa Latin, tetapi disertai klausa perihal batas-batas tanah yang ditulis dalam bahasa Inggris Lama. Piagam ini memuat maklumat penghibahan sebidang tanah di dekat Kota Rochester kepada Yustus untuk dijadikan lokasi pembangunan gerejanya.[18] Salah satu saksi yang disebutkan dalam piagam adalah Laurensius, orang yang kelak menjadi Uskup Agung Canterbury menggantikan Agustinus, bukan Agustinus sendiri. Isi piagam terdiri atas dua maklumat. Maklumat pertama adalah kata-kata peringatan kepada Eadbald, putra Raja Æthelberht, yang telah diangkat menjadi Wali Negeri Rochester. Maklumat kedua adalah pernyataan penghibahan tanah kepada Santo Andreas, santo pelindung gereja yang akan dibangun.[19] Pernyataan hibah yang ditujukan secara langsung kepada orang kudus tertentu semacam ini serupa dengan piagam-piagam lain dari khazanah kepustakaan yang sama.[20]
Dalam tulisannya pada tahun 1946, sejarawan Wilhelm Levison mempertanyakan orisinalitas piagam ini.[20] Menurutnya, dua maklumat dalam piagam ini tidak berkaitan satu sama lain. Ia menduga bahwa maklumat pertama (dicantumkan mendahului mukadimah piagam) mungkin disisipkan oleh seseorang yang mengenal baik Beda Venerabilis dengan maksud mengingatkan orang pada keputusan Eadbald untuk menjadi pemeluk agama Kristen yang baru terjadi pada kemudian hari.[20] John Morris berpendapat bahwa piagam maupun daftar saksinya sahih karena menggunakan gelar-gelar dan frasa-frasa yang tidak lagi digunakan pada tahun 800.[21]
Æthelberht membangun gereja katedral bagi Yustus di Rochester. Sebagian dari fondasi panti umat dan panti imam, yang kini berada di bawah bangunan Katedral Rochester mungkin berasal dari masa hidup Yustus.[7] Sisa-sisa fondasi sebuah gedung berbentuk persegi panjang di dekat bagian selatan dari bangunan Katedral Rochester sekarang ini juga mungkin berasal dari masa hidup Yustus, tetapi mungkin pula merupakan sisa-sisa sebuah bangunan bangsa Romawi.[15]
Bersama Melitus, Uskup London, Yustus menandatangani sepucuk surat yang ditulis oleh Laurensius, Uskup Agung Canterbury, yang dialamatkan kepada uskup-uskup Irlandia. Surat ini berisi imbauan kepada jemaat Kristen pribumi Irlandia untuk beralih ke metode penentuan tanggal Paskah yang digunakan oleh Gereja Roma. Surat ini juga menyebutkan fakta bahwa para misionaris Irlandia, seperti Dagan, menolak untuk makan bersama-sama para misionaris dari Roma.[22] Meskipun surat ini sudah hilang, sebagian isinya terabadikan dalam karya tulis Beda Venerabilis.[23]
Pada tahun 614, Yustus menghadiri Konsili Paris, muktamar waligereja yang diselenggarakan oleh Klothar II, Raja Orang Franka.[24] Sebab musabab Yustus dan Petrus, KepalaBiara Santo Petrus dan Paulus di Canterbury,[c] menghadiri muktamar ini tidaklah jelas. Mungkin saja mereka kebetulan sedang berada di Kota Paris ketika muktamar diselenggarakan, tetapi sejarawan James Campbell menduga Raja Klothar II memang sengaja mengundang rohaniwan dari Britania untuk menunjukkan bahwa ia berkuasa mengatur-atur Kerajaan Kent.[25] Sejarawan N. J. Higham berpendapat lain. Menurutnya, Raja Æthelberht sengaja mengutus Yustus dan Petrus untuk menghadiri muktamar ini karena adanya perubahan kebijakan bangsa Franka terkait hubungan baik dengan Kerajaan Kent. Keduanya berangkat ke Paris sebagai duta-duta muhibah untuk berunding dengan Raja Klothar II.[26]
Serangan kaum penganut kepercayaan leluhur terhadap agama Kristen selepas kemangkatan Raja Æthelberht pada tahun 616 memaksa Yustus dan Melitus untuk mengungsi ke Galia.[27] Keduanya mungkin meminta suaka pada Raja Klothar II dengan harapan Raja Orang Franka itu sudi melakukan intervensi politik dan memulihkan jabatan mereka selaku waligereja di keuskupan masing-masing.[23] Pada tahun 617, kedudukan Yustus selaku Uskup Rochester dipulihkan oleh Raja Kent yang baru.[3] Melitus juga pulang ke Inggris, tetapi sikap kaum penganut kepercayaan leluhur yang belum bersahabat menghalanginya untuk kembali ke London. Sesudah Laurensius wafat, Melitus menjadi Uskup Agung Canterbury.[28] Beda Venerabilis meriwayatkan bahwa Yustus menerima surat berisi kata-kata penggugah semangat dari Paus Bonifasius V (619–625), demikian pula Melitus, meskipun ia tidak membabarkan isi surat-surat itu. Sejarawan J. M. Wallace-Hadrill menduga kedua pucuk surat itu berisi ucapan-ucapan penggugah semangat yang bersifat umum kepada kedua misionaris.[29]
Uskup Agung
Pada tahun 624, Yustus ditunjuk menjadi Uskup Agung Canterbury,[27] dan menerima palium (lambang dari yurisdiksi yang dipercayakan kepada seorang uskup agung) dari Paus Bonifasius V. Sesudah menduduki jabatan barunya, Yustus menahbiskan Romanus menjadi Uskup Rochester menggantikan dirinya.[3] Paus Bonifasius juga mengirim sepucuk surat kepada Yustus berisi ucapan selamat atas keberhasilannya meyakinkan Raja "Adulualdus" (mungkin Eadbald, Raja Kent) untuk menjadi pemeluk agama Kristen. Isi surat ini terabadikan dalam Historia ecclesiastica gentis Anglorum karya Beda Venerabilis.[30] Beda Venerabilis meriwayatkan bahwa sebenarnya Laurensius, Uskup Agung Canterbury sebelum Yustus, adalah tokoh yang berjasa meyakinkan Raja Eadbald untuk memeluk agama Kristen. Tetapi sejarawan D. P. Kirby berpendapat bahwa penyebutan nama Eadbald dalam surat ini justru membuktikan Yustuslah orang yang mengkristenkannya.[31] Sejarawan lain, termasuk Barbara Yorke dan Henry Mayr-Harting, membenarkan riwayat Beda Venerabilis, bahwasanya Raja Eadbald dikristenkan oleh Laurensius.[32] Barbara Yorke mengemukakan bahwa ada dua orang raja yang dipertuan di Kerajaan Kent pada masa pemerintahan Eadbald, yakni Eadbald dan Æthelwald, dan bahwasanya Æthelwaldlah orang yang disebut dengan nama "Adulualdus" oleh Paus Bonifasius. Barbara Yorke berpendapat bahwa Yustus mengkristenkan kembali Æthelwald selepas kemangkatan Æthelberht.[33]
Yustus menahbiskan Paulinus menjadi Uskup York pertama sebelum yang bersangkutan berangkat ke Northhumbria mengiringi Putri Æthelburg yang telah dipersunting menjadi permaisuri Edwin, Raja Northumbria.[3] Beda Venerabilis meriwayatkan bahwa Yustus wafat pada tanggal 10 November, tetapi tidak menyebutkan angka tahunnya. Agaknya Yustus wafat antara tahun 627 dan tahun 631.[27][34] Sesudah wafat, Yustus dihormati sebagai orang kudus, dan diperingati setiap tanggal 10 November (prakongregasi, sebelum pemberlakuan proses kanonisasi formal).[35] Hari peringatannya tercantum dalam Misale Stowe, buku panduan ibadat dari abad ke-9, bersama-sama dengan Melitus dan Laurensius.[36] Pada kurun waktu 1090-an, sisa-sisa jenazahnya ditranslasi, atau dipindahkan dengan upacara meriah, ke tempat persemayaman yang baru di samping altar utama Biara Santo Agustinus di Canterbury. Sekitar waktu yang sama, terbit sebuah karya tulis tentang riwayat hidupnya yang disusun oleh Goselinus dari Biara Santo Bertinus, serta sebuah syair tentang dirinya yang dikarang oleh Reginaldus dari Canterbury.[37][d] Keterangan-keterangan lain dari para penulis tawarikh Abad Pertengahan, yakni Tomas dari Elmham, Gervasius dari Canterbury, dan Gulielmus dari Malmesbury, hanya sedikit memperjelas riwayat hidup Yustus yang ditulis Beda Venerabilis.[3]
^Naskah lain yang mungkin juga termasuk buku-buku rombongan kedua yang masih lestari adalah sebuah salinan Regula Santo Benediktus, kini tersimpan di Perpustakaan Bodley, Oxford, dengan kode naskah MS Hatton 48.[12] Kitab Injil lain, yang menampakkan sentuhan Italia dan erat kaitannya dengan Kitab Injil Santo Agustinus, adalah naskah dengan kode MS Oxford Bodelian Auctarium D.2.14, yang menampakkan bukti-bukti pernah disentuh tangan-tangan Angli-Saksen dalam batasan jangka waktu yang bersesuaian. Sisa-sisa sebuah naskah berisi karya tulis Paus Gregorius Agung, yang kini tersimpan di British Library sebagai bagian dari sekumpulan naskah dengan kode MS Cotton Titus C, mungkin juga termasuk barang-barang yang dulu dibawa masuk ke Inggris oleh rombongan misi Gregorius.[13]
^Pada kemudian hari, nama biara ini diganti menjadi Biara Santo Agustinus.[3]
^Tampaknya tak satu pun dari karya-karya tulis ini pernah diterbitkan atau diterjemahkan dalam 200 tahun terakhir.[3]
Brooks, Nicholas (1984). The Early History of the Church of Canterbury: Christ Church from 597 to 1066. London: Leicester University Press. ISBN0-7185-0041-5.
Brooks, Nicholas (2006). "From British to English Christianity: Deconstructing Bede's Interpretation of the Conversion". Dalam Howe, Nicholas; Karkov, Catherine. Conversion and Colonization in Anglo-Saxon England. Tempe, AZ: Arizona Center for Medieval and Renaissance Studies. hlm. 1–30. ISBN0-86698-363-5.
Campbell, A., ed. (1973). Charters of Rochester. Anglo-Saxon Charters. 1. London: British Academy/ Oxford University Press. ISBN0-19-725936-7.
Campbell, James (1986). "The First Century of Christianity in England". Essays in Anglo-Saxon History. London: Hambledon Press. hlm. 49–68. ISBN0-907628-32-X.
Colgrave, Bertram (2007) [1968]. "Introduction". The Earliest Life of Gregory the Great (edisi ke-Paperback reissue). Cambridge, UK: Cambridge University Press. ISBN978-0-521-31384-1.
Fryde, E. B.; Greenway, D. E.; Porter, S.; Roy, I. (1996). Handbook of British Chronology (edisi ke-3). Cambridge, UK: Cambridge University Press. ISBN0-521-56350-X.
Hayward, Paul Anthony (2001). "Justus". Dalam Lapidge, Michael; Blair, John; Keynes, Simon; Scragg, Donald. The Blackwell Encyclopaedia of Anglo-Saxon England. Malden, MA: Blackwell Publishing. ISBN978-0-631-22492-1.
Higham, N. J. (1997). The Convert Kings: Power and Religious Affiliation in Early Anglo-Saxon England. Manchester, UK: Manchester University Press. ISBN0-7190-4827-3.
Hook, Walter F. (1882) [1860]. Lives of the archbishops of Canterbury (edisi ke-4). Bentley.Parameter |link= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Levison, Wilhelm (1946). England and the Continent in the Eighth Century: The Ford Lectures Delivered in the University of Oxford, 1943. Oxford, UK: Clarendon Press. ISBN0-19-821232-1.
Mayr-Harting, Henry (1991). The Coming of Christianity to Anglo-Saxon England. University Park, PA: Pennsylvania State University Press. ISBN0-271-00769-9.