Urung Senembah adalah salah satu kerajaan Karo yang didirikan oleh marga Barus setelah terjadinya perkawinan antara Raja Si Pultak Barus, yaitu putra Simbelang Pinggel dari marga Barus Siberas, dengan putri Sebayak Tandukan Raga, Raja Piraus Saragih Dasalak dari wilayah Tanjung Morawa. Raja Si Pultak Barus merupakan putra Simbelang Pinggel dari perkawinannya dengan saudari Panglima Polem dari Kerajaan Aceh. Dengan demikian, hubungan Simbelang Pinggel dan Kerajaan Aceh sudah terjalin. Nama "Senembah" sendiri merupakan wujud syukur dari Simbelang Pinggel karena permohonannya atas wilayah di sebelah barat Sungai Batuan, sebelah timur Kayu Ageng, Sungai Belumai, dan Seruai, sebelah utara Selat Melaka, serta sebelah selatan puncak Bukit Barisan, dikabulkan. Wilayah tersebut seterusnya masuk ke dalam wilayah administratif Kesultanan Deli dan Kesultanan Serdang.[1]
Dengan diakuinya wilayah tersebut oleh Kerajaan Aceh, maka Kerajaan Senembah diberikan pangkat "kejuruan", artinya wilayah yang berdaulat dan berdiri sendiri di Deli. Pada saat itu, terdapat pula kerajaan besar lain di Deli, yaitu Kerajaan Haru yang berpusat di Deli Tua. Selain itu, terdapat pula kerajaan Karo lainnya, yakni Kerajaan Sepuluh Dua Kuta yang didirikan oleh marga Sembiring Pelawi, Kerajaan Urung Sukapiring yang didirikan oleh marga Karo Sekali atau Sembiring, dan Kerajaan Urung Sunggal yang didirikan oleh marga Surbakti. Keempat kerajaan ini kemudian dikenal sebagai Raja Berempat Deli. Raja Berempat Deli berhak untuk memilih, menentukan, mengangkat, dan melantik Sultan Deli melalui lembaga yang dipimpin oleh Urung Sunggal Serbanyaman sebagai "Ulun Jandi".[1]
Kedjuruan Senembah merupakan salah satu negeri Urung/Kerajaan Suku Karo yang ada di Pesisir Pantai Timur Sumatera bagian Utara atau Ooskust van Sumatera atau Dusun/Karo Jahe dengan mayoritas dihuni oleh Suku Karo yang telah bermigrasi dari dataran tinggi/pegunungan, disamping Suku Karo terdapat juga Suku dari Simalungun yang banyak berdomisili di wilayah Serdang serta Suku Melayu yang banyak berdomisili di wilayah Deli/Pesisir. Wilayah-wilayah Urung Senembah kemudian masuk dalam imperial Deli dan juga Serdang yang setelah masa Republik Indonesia tersebar ke wilayah kabupaten/kota, seperti Medan, Binjai, Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Simalungun.
Salah satu alkuturasi budaya Karo dengan Melayu di Kedjuruan Senembah dapat dilihat dari perkawinan Syahdewa Barus menikah dengan adik Tengku Matsih, Kejeruan Percut. Pada saat Syahdewa Barus wafat tahun 1871, Ia meninggalkan seorang putra yang masih kecil bernama Wan Abdul Rahman Barus. Wan itu adalah gelar Melayu yang artinya: Ibunya Tengku tapi Ayahnya bukan. Padahal Sulung Bahar Barus, Pamannya, yang memangku Jabatan Raja Urung Senembah pada saat itu, belum memakai gelar WAN. dan Putra Sulung Bahar Barus yaitu Wan Abdul Kadir Barus sudah memakai Gelar WAN didepan namanya. Wan Guntar Alam Barus adalah anak dari Akir Ali Barus, juga sudah memakai gelar WAN didepan namanya, jadi gelar WAN dipakai di depan nama keturunan Raja Urung Senembah dapat dikatakan setelah tahun 1870-an.[1]
Jadi dengan demikian setelah 1870-an gelar WAN ditempatkan didepan nama keturunan Barus Raja Urung Senembah, baik untuk Anak Laki-Laki dan Perempuan ada WAN didepan Nama, Merga Barus atau Barus tetap dipakai juga menandakan asal nya dari Karo, Barus Jahe, Barus Rumah Siberas, dan Masih menjalin Silaturahmi dengan Keluarga Besar Barus Rumah Siberas dan Barus di Wilayah Senembah dan Tanjung Nguda maupun di Barus Jahe. Keturunan Raja Pultak Barus Rumah Siberas, Anak Empung Siembelangpinggel Barus, Menantu Raja Piraus Saragih Dasalak, Yg berkampung di Tadukenraga terus berkembang hingga mancanegara. Di Senembah tidak ada gelar Tengku atau Datuq ke Keturunan Raja Urung Senembah Barus, yang di pakai dan dipergunakan adalah Wan, sesuai Pemakaian Gelar Wan, dimana Ibu nya bergelar Tengku menikah dengan Non Melayu atau Kebanyakan, maka Keturunan dapat menyandang Gelar Wan. Ini sesuai dengan Gelar Kebangsawanan Melayu.
Sekali Karo tetaplah Karo, inilah yang harus dipegang utuh oleh semua Keturunan Barus Senembah, apapun agamanya dan meskipun terdapat dan memakai gelar kehormatan melayu “Wan” didepan nama, makai ia tetaplah ber-merga Barus atau Br Barus dan itu adalah Karo. adalah Kerajaan Karo dalam Sub Merga Karo-Karo yaitu Barus. Tradisi dan Budaya serta Adat Karo tetap di-upayakan dan di-pertahankan dalam Kedjuruan Senembah, hal ini terlihat nama-nama Raja dan Tokoh-Tokoh Senembah yang tetap menempatkan Merganya setelah Nama, dan dipergunakannya Syariat-Syariat agama Islam dalam kehidupan sehari-hari hingga saat ini.
Peran di Kesultanan Deli dan Kesultanan Serdang
Urung Senembah juga salah satu dari 4 Urung Suku Karo yang berhak untuk memilih, menentukan, mengangkat dan melantik Sultan Deli, dengan lembaga yang dikenal dengan Raja Berempat, dimana Urung Sunggal (Serbanaman) sebagai Ulun Jandi. Kerajaan Aceh mengangkat Gocah Pahlawan sebagai penguasa di Deli yang pada saat itu Kerajaan Urung Senembah terlibat juga dalam pengangkat Gocah Pahlawan sebagai penguasa di Deli.Keterlibatan ini terkait dengan adanya hubungan baik antara Aceh dan Kerajaan Urung Senembah. Kerajaan Urung Senembah menjadi salah satu konfidensi pendiri dari Kesultanan Deli.
Perpecahan terjadi di Kesultanan Deli yang di mana Tuanku Umar sebagai pewaris asli Kesultanan Deli tidak di angkat menjadi Sultan Deli. Hal ini dibuatkan sebuah jalan keluar tanpa pertumpahan darah oleh pihak Kerajaan Urung Senembah dengan mengajak Kerajaan Urung Sunggal, Kerajaan Urung Tanjong Morawa dan Kejuruan Lumu dari Aceh. Akhirnya penobatan Tuanku Umar sebagai Kesultanan Serdang di lakukan oleh 4 Urung, sama halnya dengan yang di lakukan oleh Kesultanan Deli.[1]
Pada saat Belanda datang, Kesultanan Deli langsung berhasil mengikat Belanda dan membuat perjanjian dengan Belanda untuk mendirikan Perkebunan di daerah kekuasaan Kesultanan Deli.Masuknya Belanda mendapat hadangan dari Kesultanan Serdang, Kerajaan dan Kejuruan sehingga terjadi perang di Sunggal dan perebutan tanah di Kejuruan Senembah.Atas kejadian itu Belanda melakukan intropeksi dan Belanda membagi wilayah Kejuruan Senembah antara Kesultan Deli dan Kesultanan Serdang dan Belanda berhasil mendirikan ladang tembakau di daerah tersebut.[1]
Raja Karo Deli Berempat atau Datuq berempat yang dikenal di Kesultanan Deli, yaitu Datuq empat suku, Yang tetap memiliki Hak Ulayat. Pada Masa kesultanan Deli, Sultan Diangkat dan Dinobatkan oleh Datuq empat Suku ini, dan Sultan tetap Menghormati Hak Dan kekuasaan Datuq empat suku di wilayahnya masing-masing. Pelantikan Sultan dalam Adat Melayu Deli: Ada Pameo, Raja Mangkat, Raja Menanam, yang Artinya Mengebumikan Sultan, Haruslah Juga Sultan, Berarti Harus ada Sultan Baru yang Mesti Mengebumikan Sultan yang Lama, Prosesi Pertama di Bacakannya Surat Ceri yang merupakan Hasil Putusan Pertemuan ke empat Datuq yang menentukan Siapa Sultan Berikutnya.
Pada masa kolonial Belanda
Tahun 1882, Pemerintah kolonial melalui Residen Schiff melakukan politik Adu domba dengan membagi Senembah menjadi 4 kejuruan yaitu:
1. Daerah Medan Senembah dikepalai Wan Kolok Barus,
2. Daerah Patumbak dikepalai Wan Sulong Bahar Barus,
3. Daerah Sigaragara dikepalai Wan Sulong Mamat Barus,
4. Daerah Namu Surau dikepalai Sibayak Amat Barus.
Pembagian ini tidak berjalan secara efektif, sehingga Belanda kemudian memodifikasi perjanjian tersebut dengan membagi 2 daerah Senembah menjadi:
1. Senembah Serdang, yang beribu kota di Sei Bahasa dengan daerahnya di Tadukan Raga/Sei Bahasa dan Medan Senembah.
2. Senembah Deli, yang beribu kota di Patumbak dengan daerahnya Patumbak, Sigaragara dan Namu Surau.
Penguasa
Menurut terombo yang ada pada keluarga Senembah, Raja-Raja Senembah Adalah, sbb:
1. Raja Si Pultak Barus Siberas Sutan Mangedar Alam Harimau Putih. Raja Urung Senembah ke I Berkuasa (1580-1620 M) 2. Taharim gajah Menta Barus Raja Urung Senembah ke II (1620-1665 M ) 3. Meuraksa Barus Raja Urung Senembah ke III (1665-1671 M) 4. Bedah Sari Barus Raja Urung Senembah ke IV (1671-1720 M) 5. Pintosari Barus Raja Urung Senembah ke V (1720-1730 M ) 6. Ranjuna Barus Raja Urung Senembah ke VI (1730-1780 M )
A. Kerajaan Urung Senembah Deli di Patumbak
7. Raja Kamaludin Barus (1780-1856 M) 8. Syahdewa Barus Seri Diraja Wajir Senembah (1856-1871 M) 9. Wan Abdul Rahman Barus (1871-1912 M)
Pada Masa Wan Abdul Rahman Barus karena usia masih kecil, maka dipangku oleh Paman-Pamannya yaitu : 1). Sulung Bahar Barus (Paman Pemangku 1871-1893 M), 2). Wan Usop Barus (Paman Pemangku 1893-1903 M) dan 3). Wan Abdul Kadir Barus (Paman Pemangku 1903-1912 M)
10. Wan Muhammad Yatim Barus dinamakan juga Wan Sulung Piatu (1912-1914 M)
11. Wan Haji Abdul Kadir Barus (1914-1933 M) 12. Wan Oemar Bahsyah Barus (1933-1945 M)
14. Wan Muhammad Salim Barus (1945-1983 M)
15. Wan Nazarudin Barus (1983-1995 M) 16. Wan Bukhori Muslim Barus(1995-2012 M) 17. Wan Chaidir Barus Sri Diraja Serdang ke V (2013- Sekarang)
B. Kerajaan Urung Senembah Tanjung Muda/ Serdang
Kerajaan ini terbentuk akibat perpecahan saat terjadi perang Kesultanan Serdang dibantu Aceh dengan Kesultanan Deli dibantu Siak, sehingga Memecah Kerajaan Urung Senembah dan membentuk kejeruan baru yang terletak di Tanjung Muda Serdang/Taduken Raga. Dengan Raja-rajanya, sbb:
7. Sutan Saidi Barus Raja Kejeruan Seri Diraja Serdang I (1810-1855 M ) 8. Akir Ali Barus (1855-1861 M)
9. Sulong Bahar Barus (1861-1893 M)
10. Wan Jaenal Abidin Barus (1893-1903 M) 11. Wan Guntar Alam Barus (1903-1912 M)
12. Wan Haji Abdul Kadir Barus (1912-1915 M)
13. Wan Bahauddin Barus Seri Diraja Senembah dan Tanjung Muda (1915-1920 M) 14. Wan Umaruddin Barus Seri Diraja Senembah dan Tanjung Muda (1920-1940 M)
15. Wan Bahsyan Barus Seri Diraja Senembah dan Tanjung Muda (1940-1979 M)
16. Wan Azmansyah Barus (1979-2013 M)
17. Wan Yusuf Iziddin Barus (2013-2016 M)
18. Wan Chaidir Barus Raja Urung Senembah Sri Diraja Serdang ke V (2016-Sekarang)
Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkankategori. Tag ini diberikan pada Januari 2023.