Trimurti adalah konsep ketuhanan dalam agama Hindu di Pulau Jawa dan Pulau Bali yang meyakini adanya tiga dewa tertinggi dengan tiga tugas yang berbeda. Ketiga dewa ini ialah Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara, dan Siwa sebagai pengembali ciptaan ke asalnya.
Sejarah
Pada abad ke-10 Masehi, terjadi konflik antara puluhan sekte agama Hindu di Pulau Bali. Konflik ini berusaha diselesaikan oleh Prabu Udayana dan Mahendradatta dengan mengundang Mpu Kuturan ke Pulau Bali. Penataan atas puluhan sekte kemudian dilakukan oleh Mpu Kuturan sehingga terbentuk satu sekte yakni Sekte Tri Murti dengan ideologi struktur yang terdiri dari tiga hal. Sekte Tri Murti didirikan di Pura Samuan Tiga, Kabupaten Gianyar. Ideologi ini kemudian membentuk konsep Trimurti pada umat Hindu di Pulau Bali.[1]
Kedudukan
Paham Trimurti dilandasi oleh keyakinan bahwa Tuhan ada dalam bentuk pribadi. Keyakinan ini dikenal dengan nama Saguna Brahman. Panca Sradha yang berisi ajaran mengenai keberadaan Tuhan memberikan sifat materalisme yang cenderung naturalisme dalam ajaran Hindu. Sehingga ketuhanan dalam agama Hindu bersifat politeisme dengan banyak dewa. Namun Panca Sradha mengajarkan adanya peringkat menuju Tuhan yang disebut moksa. Sehingga terbentuk keyakinan bahwa ada dewa yang menjadi sumber kekuatan yang kemudian dikenali sebagai Trimurti.[2]
Tiga Dewa
Trimurti merupakan ajaran agama Hindu mengenai cara penganutnya untuk mengenal Tuhan. Penggambaran Tuhan dengan Trimurti disertai dengan deskripsi.[3] Dalam Trimurti terdapat dewa-dewa yang lebih berkuasa dibandingkan dengan dewa-dewa lainnya. Kekuasaan ini diperoleh melalui perbedaan kekuatan dan kemampuan dari para dewa.[4] Para dewa yang termasuk dalam Trimurti ialah Brahma, Wisnu dan Siwa. Ketiga dewa ini terpisah karena tugasnya berbeda berkaitan dengan atribut sebagai Tuhan. Namun esensi dari ketiga dewa ini bersifat esa, karena ketiganya adalah manifestasi dari pribadi yang satu yaitu Brahman, artinya Trimurti adalah konsep Ketuhanan Modalisme dan Unitarianisme, karena mengimani satu pribadi Brahman yang bermanifestasi dalam tiga wujud yaitu Brahma, Siva dan Visnu.[5]
Brahma
Dalam Trimurti, Brahma berperan sebagai dewa pencipta. Ia diyakini memiliki dua istri yakni Dewi Saraswati dan Gayatri. Brahma digambarkan memiliki senjata berupa usur, bajra, gada, dan panah. Simbol huruf untuk Dewa Brahma ialah Ang atau A. Sementara simbol warna untuk Dewa Brahma adalah merah.[butuh rujukan]
Wisnu
Dalam Trimurti, Wisnu berperan sebagai dewa pemelihara. Ia diyakini memiliki dua istri yakni Laksmi dan Kamajaya. Wisnu digambarkan memiliki senjata berupa cakram dan cakra sudarsana. Simbol huruf untuk Dewa Wisnu ialah Ong atau U. Sementara simbol warna untuk Dewa Wisnu adalah hitam.[butuh rujukan]
Siwa
Dalam Trimurti, Siwa berperan sebagai dewa pelebur. Ia diyakini memiliki dua istri yakni Dewi Durga dan Dewi Parvati. Siwa digambarkan memiliki senjata berupa trisula. Simbol huruf untuk Dewa Siwa adalah Mang atau M. Sementara simbol warna untuk Dewa Siwa adalah panca warna.[butuh rujukan]
Persimbolan
Porosan dalam daksina
Fungsi pencipta, pemelihara da pengembali ke asalnya dalam Trimurti disimbolkan dalam beberapa bentuk. Salah satunya ialah pembuatan porosan dalam daksina. Porosan merupakan suatu pemberian yang terdiri dari buah, sirih dan pamor. Sifat-sifat dari Trimurti kemudian disimbolkan dengan beberapa pemberian lain. Kesuburan diwakili sifatnya dengan memberikan beras. Kesucian diwakili sifatnya dengan telur itik. Keselamatan diwakili sifatnya dengan tapak dara. Kesejahteraan diwaliki sifatnya dengan uang kepeng. Sementara kulit diwakili sifatnya dengan kulit daksina. Keberadaan daksina sendiri mewakili keberadaan Tuhan dan ciptaan-Nya.[6]
Bentuk segi
Trimurti juga dapat dilambangkan melalui bentuk. Brahma sebagai pencipta dilambangkan dengan bentuk segitiga. Wisnu sebagai pemelihara dilambangkan dengan bentuk segi empat. Sementara Siwa sebagai pengembali ke asalnya dilambangkan dengan bentuk lingkaran.[6]
Naga
Naga dijadikan sebagai persimbolan Trimurti melalui tiga sifat yang berbeda. Pada umbul-umbul, terdapat tiga naga yang mewakili Trimurti yakni Basuki, Anantaboga dan Taksaka. Basuki mewakili sifat tanah atau air. Anantaboga mewakili sifat api. Sedangkan Taksaka mewakli sifat angin.[7]
Pemujaan dewa tertentu
Ketiga dewa dalam Trimurti disebut dengan "om" yang berasal dari gabungan tiga huruf yang mewakili masing-masing, yakni A, O, dan M. Penyebutan "om" menjadi ciri khas dari penyebutan Trimurti oleh umat Hindu di Bali.[butuh rujukan]
Pemujaan bersama
Pemujaan ketiga dewa Trimurti dilakukan oleh umat Hindu di Pura Besakih yang terletak di lereng Gunung Agung, Pulau Bali. Namun Pura Besakih juga menjadi pemujaan roh nenek moyang. Adanya dua fungsi pada Pura Besakih berkaitan dengan puncak Gunung Agung yang diyakini sebagai tempat tinggal Sang Hyang Tohlangkir.[8] Umat Hindu di sekitar Candi Ceto tidak melaksanakan pemujaan Trimurti di pura keluarga seperti yang dipraktikkan di Pulau Bali.[9]
Pemujaan Siwa sebagai Dewa tertinggi
Pemujaan Siwa sebagai Dewa tertinggi di antara Trimurti dipraktikkan di Candi Prambanan. Kedudukan Siwa terlihat pada bentuk candinya yang ramping dan menjulang tinggi. Bentuk candi Siwa dibuat menyerupai gunung suci tempat bersemayam para dewa dalam ajaran agama Hindu yakni Meru.[10]
^Kasno (2018). Salsabila, Intan, ed. Filsafat Agama(PDF). Surabaya: Penerbit Alpha. hlm. 37. ISBN978-602-6681-18-8.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Sulasman, dkk. (2017). Yunani, Ahmad, ed. Islamisasi di Tatar Sunda: Era Kerajaan Sukapura(PDF). Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia. hlm. 116–117.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Padmapuspita Y, Ki (1982). Bobin AB dan Husna, ed. Candi Sukuh dan Kidung Sudamala(PDF). Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 4–5.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Ardhana, I. K., dkk. (2019). Ardhana, I. K., dan Aswarini, N. M. F., ed. Dinamika Hindu di Indonesia(PDF). Denpasar: Pustaka Larasan. hlm. 149. ISBN978-602-5401-54-1.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Kartapranata, Gunawan (2014). "Candi Prambanan: Kemegahan Siwagrha Mataram Kuno". Indonesia dalam Infografik. Jakarta: Kompas Media Nusantara. ISBN978-979-709-841-4.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)