Sumberarum adalah sebuah nama desa di wilayah Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Pembagian wilayah
Desa Sumberarum terdiri dari 7 dusun, yaitu:
- Dusun Bejong yang terdiri dari 3 RT dan 1 RW
- Dusun Kampung Anyar terdiri dari 2 RT dan 1 RW
- Dusun Krajan terdiri dari 14 RT dan 3 RW
- Dusun Lider terdiri dari 2 RT
- Dusun Mangaran terdiri dari 2 RT
- Dusun Pasar terdiri dari 7 RT dan 2 RW
- Dusun Sumberasih terdiri dari 4 RT dan 1 RW
Bentang Alam dan Budaya
Desa Sumberarum adalah desa yang terletak di kaki Gunung Raung. WIlayahnya terdiri dari perkampungan warga, lahan pertanian, perkebunan dan hutan. Perkampungan warga dapat ditemui di beberapa dusun seperti Dusun Pasar, Krajan, Sumberasih, Mangaran, Bejong dan Lider. Lahan pertanian seperti sawah ataupun kebun juga bisa ditemui di tepi jalan desa. Lahan pertanian di desa ini juga ditanami pisang, ketela pohon, sayur seladah, dan tanaman sayur-sayuran mengingat letaknya yang di dataran tinggi. Perkebunan yang berdiri di wilayah ini dikelola PT. Tirta Harapan Bayu Kidul, dimana Dusun Bejong, Kampung Anyar, Mangaran, dan Lider berdiri di dalamnya. Perkebunan ini ditanami beberapa tanaman seperti tebu, cengkih, dan kopi.
Selain Pos Pantau Gunung Raung juga berdiri di wilayah desa ini, tepatnya di Dusun Mangaran. Maka dari itu pos pantau ini dikenal dengan nama Pos Pantau Mangaran. Beberapa destinasi wisata yang bisa dikunjungi di desa ini adalah Air Terjun Lider, Air Terjun Telunjung Raung, Air Terjun Kembar Arum, Air Terjun Sendang Arum, Air Terjun Giri Asih, dan Agrowisata Perkebunan Bayu Kidul dan Vila Bejong , Jembatan Sawah, dan beberapa air terjun yang belum terekspose di media sosial . Wisata tersebut menjadi jujugan wisatawan. Juga ada rumah peninggalan kolonial Belanda tepatnya di Dusun Kampung Anyar.
Penduduk
Penduduk Desa Sumberarum terbagi dalam tiga kelompok besar yaitu Jawa yang mendiami perkampungan biasa dan suku Bali yang bertempat tinggal di Dusun Sumberasih dan Suku Madura yang banyak bermukim di kawasan Perkebunan. Hal ini terjadi karena Perang Puputan Bayu dan perlawanan-perlawanan lainnya yang menyebabkan Belanda harus mendatangkan tenaga kerja dari luar Blambangan seperti para Laskar Madura yang ikut diberikan keleluasaan mendiami wilayah pegunungan di bagian utara Banyuwangi yang akhirnya menjadi lahan perkebunan. Sedangkan warga suku Jawa mendiami perkampungan biasa dan kegemarannya akan musik Kendang Kempul (musik khas Banyuwangi) dan kesenian lain seperti Barong, Macan-macanan dan pithik-pithikan yang biasanya digelar saat seorang dikhitan. Pekerjaan warga desa beragam, mayoritas sebagai petani dan pegawai perkebunan kemudian ada yang menjadi pedagang, pengusaha, montir dan pemilik bengkel, dan PNS. total jumlah penduduk 6.264 jiwa.
Galeri
Pranala luar