Menurut Lekkerkerker (1938), jalur yang melewati stasiun ini aslinya adalah jalur trem dengan lebar sepur 600 mm. Pembangunan diprakarsai oleh Staatsspoorwegen, dengan melanjutkan jalurnya dari Lumajang menuju Rambipuji via Balung. Jalur ini dibuka untuk segmen Lumajang–Kencong pada tanggal 25 Agustus 1927 dan kemudian ke arah Balung pada tanggal 1 November 1928. Setahun berikutnya jalur ini diputuskan untuk diganti sepurnya menjadi 1.067 mm.[3]
Kompleks stasiun ini dahulu merupakan stasiun kelas I, fasilitasnya dilengkapi dengan sebuah depo lokomotif, jembatan putar, dan menara air untuk memasok kebutuhan lokomotif uap; barangkali dengan 4 atau 5 jalur rel.
Panjang sepur-sepur ini sekitar 300 m. Semua bangunan itu kini berada di tengah-tengah permukiman warga, termasuk bangunan utama stasiun yang dimanfaatkan sebagai rumah tinggal. Sedangkan rel, sistem wesel, dan persinyalannya telah dibongkar semua.
Galeri
Sisi peron
Papan nama dan ketinggian
Reruntuhan depo lokomotif
Bekas jembatan putar
Menara air
Referensi
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).