Stasiun Pirusa
Stasiun Pirusa (PRS) adalah stasiun kereta api barang nonaktif yang terletak di Kampung Pirusa, Sukaratu, Sukaratu, Tasikmalaya. Stasiun ini termasuk dalam Wilayah Penjagaan Aset II Bandung. Setelah Gunung Galunggung mengalami erupsi pada tanggal 5 April 1982, timbul keinginan PJKA untuk membangun jalur kereta api baru khusus angkutan pasir yang dimulai dari jalur simpang Babakanjawa, yang terletak di petak antara Stasiun Rajapolah dan Stasiun Indihiang ke Sukaratu di lereng Gunung Galunggung. Tepatnya di Perlintasan sebidang nomor 336. Jalur ini memiliki panjang sekitar 4,96 kilometer.[1] Stasiun dan jalur ini dibangun pada tahun 1983 atau setahun setelah meletusnya Gunung Galunggung. Pasir yang menggunung hasil letusan ternyata menarik minat pemerintah pada masa Orde Baru yang turut mengeruknya dengan membangun rel dan mengoperasikan kereta api pengangkut. Stasiun ini dahulu memiliki lima jalur rel untuk kereta langsir. Di bagian depan stasiun, tembok tinggi yang menjadi lokasi penimbunan pasir juga terlihat.[2] Selama beroperasi sekitar kurang lebih sepuluh tahun, stasiun ini menjadi salah satu stasiun penghasil pasir terbesar di Indonesia. Pasir-pasir ini setiap hari diangkut menggunakan kereta api dari stasiun ini sampai dengan Stasiun Cipinang di Jakarta. Ketika aktif, kereta api angkutan pasir ini mampu menarik 15–20 gerbong sekali jalan tetapi dengan catatan menggunakan lokomotif traksi ganda atau juga menggunakan push pull dengan jumlah 3 lok (2 di depan + 1 di belakang), tujuannya memenuhi aturan stamformasi di Wilayah Penjagaan Aset 2 Bandung. Tercatat, pada grafik perjalanan tahun 1993 saat KA ini terakhir beroperasi, masih tersisa enam perjalanan KA dengan rincian empat KA reguler relasi Pirusa–Cipinang dan dua KA fakultatif dengan relasi Pirusa–Jakarta Gudang. Buah dari pasir Galunggung adalah gedung yang menghiasi Jakarta.[3] Namun, karena persediaan pasir menipis dan diangkut oleh truk, stasiun dan segmen jalur ini resmi ditutup pada tahun 1993.[4] Saat ini masih ada sisa rel dan sinyal di stasiun ini, tetapi sebagian besar rel dan jembatan sudah dibongkar. Bekas bangunan stasiun ini kini sudah beralih fungsi menjadi rumah warga. Referensi
|