Stasiun Muara Satu
Stasiun Muara Satu adalah stasiun kereta api yang terletak di Blang Pulo, Muara Satu, Lhokseumawe. Stasiun yang termasuk dalam Sub Divisi Regional I.1 Aceh ini masih dalam tahap pembangunan dan belum diaktifkan. Stasiun ini memiliki dua jalur kereta api dengan jalur 2 sebagai sepur lurus. Saat ini bangunan Stasiun Muara Satu telah selesai dibangun berikut dengan pemasangan rel kereta pada emplasemennya. Stasiun ini mempunyai infrastruktur bangunan yang sama seperti Stasiun Geurugok dan Stasiun Kutablang. Stasiun ini dibangun sebagai perpanjangan rute untuk memperlancar konektivitas penumpang maupun barang baik antar provinsi, kota, maupun kabupaten serta melanjutkan pembangunan angkutan massal kereta api di Aceh yang dicanangkan oleh Menteri Perhubungan. Pengaktifan stasiun ini memperpanjang lintasan aktif eksisting dari Kutablang menuju Krueng Geukueh sepanjang 21 km menjadi 30 km, bertambah 9 km dari Krueng Geukueh menuju stasiun ini.[2][3] Direncanakan stasiun akan beroperasi pada saat penerapan grafik perjalanan kereta api tahun 2025 (GAPEKA 2025) mulai diberlakukan.[4] KontroversiStasiun Muara Satu merupakan stasiun yang didesain memiliki area yang begitu luas, Luasnya area stasiun ini membuat pembangunan stasiun turut menjangkau wilayah-wilayah adat setempat, termasuk cagar budaya Makam Putroe Neng, seorang tokoh kapten wanita berdarah Tionghoa-Siam yang diagungkan oleh masyarakat setempat.[5][6] Hingga akhirnya, disebutkan bahwa pihak kontraktor pembangunan Stasiun Muara Satu telah bermusyawarah dengan masyarakat desa serta penjaga makam untuk tidak melakukan pengambilalihan lahan melalui pembangunan pagar untuk menegaskan batas-batas wilayah stasiun. Sehingga pembangunan dan pengoperasian stasiun dapat dilanjutkan.[7] Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia