Meurah Johan

Meurah Johan adalah sultan pertama Kerajaan Aceh yang memerintah dari tahun 601 H/1205 M sampai dengan tahun 631 H/1234 M. Beliau mangkat pada hari Kamis, 1 Rajab 631 H dan dimakamkan di Gle Weueng, Aceh Besar.

Sejarah

Sekitar tahun 450-460 H (1059-1069 M), tentera Cina yang telah menduduki Kerajaan Indra Jaya (daerah Leupung sekarang) menyerang Kerajaan Indra Purba yang beribu kota di Lamuri, yang pada masa itu sedang diperintah oleh Maharaja Indra Sakti.

Dalam keadaan sedang berkecamuknya peperangan antara dua pasukan itu, tibalah ke Lamuri pasukan yang dikirim oleh Kesultanan Peureulak sebanyak 300 orang di bawah pimpinan seorang ulama Syekh Abdullah Kan'an yang bergelar Syiah Hudan (turunan Arab dari Kan'an). Mereka datang dari pusat kegiatan ilmu dan militer, yaitu dari Dayah Cot Kala di Bayeuen. Di antara mereka termasuk Meurah Johan, putera dari Adi Genali atau Teungku Kawe Teupat, yang dirajakan di negeri Lingga.

Mereka mendapat izin untuk menetap dalam Kerajaan Indra Purba dengan mengambil tempat di Mamprai (dekat Sibreh) dan membuka kebun lada. Kemudian pasukan ini di bawah pimpinan Meurah Johan bersama-sama dengan pasukan Kerajaan Indra Purba menghadapi pasukan Cina, di mana akhirnya mereka kalah dan Lamuri menang yang membawa akibat Maharaja Indra Sakti dan seluruh rakyat Kerajaan Indra Purba masuk agama Islam. Untuk membalas jasa, Maharaja Indra Sakti yang telah masuk Islam, mengawinkan puterinya yang bernama Puteri Blieng Indra Keusuma dengan Meurah Johan.

Menurut catatan M. Yunus Jamil, bahwa tentera Cina yang menyerang Lamuri dipimpin oleh panglima perempuan yang bernama Nian Nio Lian Khi yang setelah dikalahkan oleh Meurah Johan, dia masuk Islam. Puteri Nian Nio Lian Khi menyukai Meurah Johan, dan akhirnya dengan persetujuan isterinya Puteri Indra Keüsuma dan Syekh Abdullah Kan'an, Meurah Johan mengawini Nian Nio yang kemudian namanya terkenal dengan sebutan Putroe Neng. Masuknya Putroe Neng kedalam Islam menyebabkan pasukan Cina yang bersamanya juga masuk Islam.

Dua puluh lima tahun kemudian, Maharaja Indra Sakti meninggal dunia, dan diangkatlah menantunya Meurah Johan menjadi raja Indra Purba dengan gelar Sulthan Alaiddin Johan Syah, dimana Kerajaan Indra Purba dijadikan kerajaan Islam dengan nama Kerajaan Darussalam dan ibu kota negara dibuat yang baru ditepi sungai Kuala Naga (Krueng Aceh sekarang) dan dinamai Bandar Darussalam. Proklamasi ini berlangsung pada hari Jumat bulan Ramadhan 601 H (1205 M). Di samping membangun ibu kota negara yang baru Banda Darussalam, juga Sulthan Alaiddin Johan Syah mendirikan sebuah tempat peristirahatan (kota istirahat) di daerah pegunungan, pada suatu dataran tinggi yang bernama Gle Weueng, dibagian atas kampung Mamprai.[1]

Sumber

  1. ^ Hasjmy, Ali (1983). Kebudayaan Aceh dalam Sejarah. Jakarta: Penerbit Beuna. hlm. 55–56. 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 5

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 70

 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: HTTP_REFERER

Filename: controllers/ensiklopedia.php

Line Number: 41