Awalnya, stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus, ditambah satu sepur badug yang menyambung di jalur 1. Sejak pengoperasian jalur ganda segmen pertama Purwokerto–Patuguran per 9 September 2009,[3][4] terdapat jalur 4 baru sebagai sepur belok, sehingga jumlah jalurnya menjadi empat. Jalur 3 eksisting dijadikan sepur lurus arah Prupuk. Sepur badug di stasiun ini kini bertambah menjadi empat, yakni dua di sisi barat terhubung dengan jalur 1, serta dua di sisi timur terhubung dengan jalur 1 dan 4.
Dahulu stasiun ini sering menjadi tempat persilangan kereta api dari dan menuju Purwokerto. Semenjak jalur ganda beroperasi, tidak ada lagi kereta api yang berhenti di stasiun ini, kecuali jika terjadi penyusulan antarkereta api. Melewati wilayah bergunung-gunung, jalur antara stasiun ini dengan Karanggandul termasuk rawan kecelakaan, terutama di sekitar kilometer 330-an.
Stasiun ini memiliki keunikan tersendiri berupa adanya kolam ikan untuk terapi kaki yang ada di dekat peron jalur 1.[5]
Ke arah utara stasiun ini, sebelum Stasiun Patuguran, terdapat Stasiun Legok, tetapi kini Stasiun Legok sudah tidak melayani persilangan atau penyusulan antarkereta api lagi dan hanya berfungsi sebagai pengontrol sinyal blok saja.
Insiden
Pada tanggal 13 Desember 2006, kereta api Sawunggalih Utama anjlok 200 meter menjelang Stasiun Karangsari. Akibatnya enam kereta anjlok dan kemudian dievakuasi ke Stasiun Purwokerto. Pergeseran bantalan rel akibat struktur tanah pegunungan yang lembek setelah hujan menyebabkan kereta api ini anjlok.[6]
Referensi
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).