Siti (film)
Siti adalah film independen Indonesia yang disutradarai oleh Eddie Cahyono dan pertama kali tayang pada 2014. Film drama ini berkisah tentang Siti (Sekar Sari), seorang perempuan penjual peyek jingking di Parangtritis sekaligus menjadi pemandu karaoke di malam hari, setelah suaminya lumpuh dalam kecelakaan yang menenggelamkan kapal nelayannya sekaligus menjebak Siti dalam lilitan utang. Sebagai film independen, Siti tidak ditayangkan melalui bioskop berjaringan di seluruh Indonesia, tetapi justru pertama kali dirilis dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival 2014.[4] Film ini baru secara resmi diputar di bioskop Indonesia pada 28 Januari 2016. Siti telah memenangkan beberapa penghargaan di luar negeri dan di dalam negeri, dan berhasil meraih tiga penghargaan dalam Festival Film Indonesia 2015 termasuk Film Terbaik.[5] SinopsisBercerita kehidupan satu hari seorang perempuan bernama Siti (Sekar Sari), 24 tahun. Siti adalah seorang ibu muda, yang harus mengurusi ibu mertuanya, Darmi (Titi Dibyo), anaknya, Bagas (Bintang Timur Widodo), dan Suaminya, Bagus (Ibnu Widodo “Gundul”). Bagus mengalami kecelakaan saat melaut setahun yang lalu, mengakibatkan tubuhnya mengalami kelumpuhan. Kapal Bagus yang baru dibeli dengan uang pinjaman hilang di laut. Siti harus berjuang untuk menghidupi mereka dan membayar hutang pada pak Karyo (Chatur Stanis). Disaat keadaan makin terjepit, Siti terpaksa bekerja siang dan malam. Pada siang hari Siti berjualan Peyek Jingking di Parangtritis. Malam hari Siti bekerja sambilan sebagai pemandu karaoke untuk menambah penghasilan. Bekerja sebagai pemandu karaoke membuat Bagus tidak suka pada Siti dan membuatnya tidak mau bicara lagi dengan Siti. Keadaan ini membuat Siti frustasi. Gatot (Haydar Saliz), seorang polisi yang dikenal Siti di tempat karaoke menyukai Siti sejak lama dan ingin menikahinya. Gatot meminta Siti untuk meninggalkan suaminya. Siti dalam kebimbangan. Tekanan hidup membuat Siti harus memilih. Daftar Pemeran
ProduksiPraproduksiSiti merupakan salah satu film "low budget" karena hanya menghabiskan Rp150 juta untuk seluruh proses produksi film yang berdurasi 88 menit.[2] Eddie Cahyono, sutradara sekaligus penulis naskah film juga hanya menghabiskan dua bulan untuk menyelesaikan naskah Siti.[3] Pengambilan GambarProses pengambilan gambar film ini tergolong cepat karena hanya dilakukan selama enam hari[3] di sekitar Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Penggunaan teknik sinematografi dengan adegan panjang tanpa putus yang bergerak mengikuti pergerakan para lakonnya sengaja dilakukan agar menonjolkan emosi berderak dari peran Siti.[6] PenyuntinganSalah satu tema dominan dalam film ini adalah seluruh film yang berwarna hitam putih. Pewarnaan hitam putih ini sengaja dilakukan untuk menggambarkan betapa "tidak berwarna"-nya hidup seorang Siti.[4] Selain itu, sutradara dan produser juga membuat keputusan berani untuk mengubah rasio gambar dari 16:9 menjadi 4:3 untuk "mendekatkan" kehidupan Siti dan penontonnya, sekaligus menonjolkan terbatasnya pilihan-pilihan hidup Siti.[6] RilisAkan segera tayang pada 28 Januari 2016 di 27 layar Bioskop Indonesia. Hingga saat ini, Siti belum ditayangkan melalui bioskop berjaringan di seluruh Indonesia karena keterbatasan dana dan belum mengurus kelulusan sensor kepada Lembaga Sensor Film. Produser Ifa Isfansyah mengaku sedang memproses kelulusan sensor tersebut sebelum dapat ditayangkan secara luas di penayangan reguler.[7] Siti pertama kali tayang dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival 2014.[4] Siti juga menjadi film pilihan (official selection) dalam beberapa festival film nasional dan internasional.[1] Respons KritikusSecara umum, Siti memperoleh respon positif dari berbagai kritikus. Harian Kompas menyebutkan Siti "kuat berbicara", serta "hadir wajar, menyentuh, tanpa terjebak cengeng atau klise". Situs CNN Indonesia mengapresiasi Sekar Sari yang mampu berakting layaknya aktris papan atas.[4] Situs CinemaPoetica.com mencatut Siti sebagai kritik atas ketidaksetaraan gender, di mana perempuan Jawa (atau mungkin perempuan pada umumnya) hanya memiliki ruang yang sangat sempit dalam mengekspresikan dirinya, serta mengkritisi perempuan yang terjebak dalam kesempatan kerja yang tidak memihak perempuan.[8] PenghargaanSiti menyabet berbagai penghargaan dalam festival film internasional maupun di dalam negeri, termasuk "Film Fiksi Panjang Terbaik" Apresiasi Film Indonesia 2015 dan "Film Terbaik" Festival Film Indonesia 2015.
Referensi
Pranala luar |