Untuk kajian seksualitas berkaitan dengan ruang geografis, lihat Seksualitas dan ruang.
Seks di luar angkasa adalah kegiatan seksual manusia dalam keadaan tanpa bebas di luar angkasa. Kegiatan tersebut memiliki perbedaan dengan sebagian besar kegiatan seksual karena hukum Newton ketiga. Menurut hukum tersebut, jika dua orang mendekat, gerakan mereka akan berkebalikan satu sama lain. Akibatnya, tindakan mereka tak akan mengubah kecepatan mereka ketimbang berdampak dengan objek tak bergerak lainnya. Beberapa kesulitan dapat terjadi karena pergesekan dengan objek lain. Jika pasangan memiliki kecepatan terpadu yang relatif dengan objek lain, tubrukan akan terjadi. Terdapat pendapat bahwa kebidanan dan persalinan di lingkungan luar Bumi dapat menjadi sebuah masalah.[1][2][3][4]
Hingga 2009[update], dengan NASA merencanakan misi jangka panjang untuk pemukiman bulan dengan tujuan menjelajahi dan mengkolonisasi luar angkasa, topik tersebut mengambil tempat penting dalam ilmu kehidupan. Ilmuwan Stephen Hawking secara terbuka berkata pada 2006 bahwa kemungkinan pertahanan hidup manusia sendiri akan bergantung pada kesuksesan dalam bertahan pada lingkungan ekstrim di luar angkasa.[5][6][7]
Berbagai perubahan fisiologis telah dicatat selama penerbangan luar angkasa, banyak di antaranya dapat memengaruhi hubungan seks dan prokreasi manusia. Efek tersebut berasal dari berbagai faktor seperti perubahan gravitasi, radiasi, kebisingan, getaran, isolasi, gangguan ritme sirkadian, stres, atau kombinasi dari faktor-faktor ini.[8]
^Jennings, RT; Santy, PA (1990). "Reproduction in the space environment: Part II. Concerns for human reproduction". Obstetrical & Gynecological Survey. 45 (1): 7–17. doi:10.1097/00006254-199001000-00006. PMID2405309.
Rujukan umum
Freitas Jr., Robert (April 1983). "Sex in Space". Sexology Today (48): 58–64.
Levin, RJ (August 1989). "Effects of space travel on sexuality and the human reproductive system". Journal of the British Interplanetary Society. 42 (7): 378–82. PMID11540233.