Para antariksawan dan partisipan penerbangan luar angkasa melakukan kegiatan keagamaan mereka saat berada di luar angkasa; terkadang secara terbuka, terkadang secara tertutup. Penerapan agama di luar angkasa atau agama di antariksa menghadapi tantangan dan kesempatan unik bagi para penganutnya. Para penjelajah angkasa dikabarkan mengalami prubahan dalam cara mereka memandang keyakinan mereka terkait efek Overview,[1] sementara beberapa kelompok sekuler mengkritik pemakaian pesawat luar angkasa pemerintah untuk kegiatan keagamaan oleh para antariksawan.[2]
Antariksawan Apollo 11Buzz Aldrin, seorang Presbiterian, melakukan kegiatan perjamuan kudus untuk dirinya sendiri memakai barang yang disediakan oleh gerejanya. Aldrin mengatakan rencana tersebut kepada kepala penerbangan Chris Kraft dan berniat untuk menyiarkan kegiatan tersebut saat kembali ke Bumi namun ditolak atas permintaan Deke Slayton, karena kontroversi berkelanjutan dari pembacaan di Apollo 8.[6]
Sebuah mikrofilm Alkitab yang dibawa ke permukaan Bulan dilelang pada 2011.[7] Mikrofilm tersebut adalah sebuah mikrofilm Alkitab versi King James Version yang dibuat setelah tiga antariksawan tewas dalam kebakaran Apollo 1.[7]Ed White, salah satu antariksawan yang ikut serta, ingin membawa Alkitab ke Bulan.[7]
Katolik Roma
Sebuah pesan bertandatangan dari Paus Paulus VI dipadukan di antara pernyataan-pernyataan dari puluhan pemimpin dunia lain yang didatangkan ke bulan memakai cakram silikon pada misi Apollo 11.[8] Setelah misi tersebut, William Donald Borders, Uskup Keuskupan Orlando, berkata kepada Sri Paus bahwa Kitab Hukum Kanonik 1917 menempatkan bulan dalam keuskupan tersebut, karena para penjelajah pertama berangkat dari Cape Kennedy yang berada di bawah yurisdiksinya.[9]
Natal Ortodoks Rusia dirayakan di Stasiun Luar Angkasa Internasional pada 7 Januari 2011.[11] Salah satu kru bercuit, "Selamat Natal kepada seluruh Rusia."[11] Seluruh kru juga mengadakan perayaan pada 25 Desember, dua pekan sebelumnya.[11]
Islam
Muslim di luar angkasa berniat memenuhi kegiatan agama mereka termasuk bersujud dan menghadap Makkah untuk salat dalam perjalanan mikrogravitasi di beberapa kilometer per detik. Masalah tersebut mula-mula timbul saat Sultan bin Salman bin Abdulaziz Al Saud, seorang pangeran Saudi, terbang dalam STS-51-G dan lagi saat Anousheh Ansari terbang sebagai wisatawan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.[12] Dalam persiapan untuk kunjungan Sheikh Muszaphar Shukor dari Malaysia ke ISS pada 2007, Badan Fatwa Nasional membuat "Kewajiban Muslim di Stasiun Luar Angkasa Internasional" yang menjelaskan modifikasi yang diijinkan untuk ibadah-ibadah seperti bersujud saat salat (tak harus di luar angkasa), menghadap Makkah saat salat (terlepas kemampuan terbaik dari antariksawan saat memulai salat), dan berwudu (cukup memakai handuk basah).[13]
Pada Februari 2014, Otoritas Umum Urusan dan Dukungan Islam (GAIAE) dari Arab Saudi[14] mengeluarkan sebuah fatwa yang melarang umat Muslim untuk ikut serta sebagai anggota kru dalam rencana misi Mars One ke Mars. Berbicara mewakili kelompok ulama, Farooq Hamada menjelaskan bahwa, "Melindingi nyawa terhadap seluruh kemungkinan bahaya dan memastikannya aman adalah masalah yang disepakati oleh semua agama dan jelas-jelas diatur dalam ayat 4/29 dari Kitab Suci al-Qur'an: Jangan membunuh dirimu sendiri atau orang lain. Sesungguhnya, Allah Mahabaik kepadamu."[15]