Sa'duddin
Dr. H. Sa'duddin, M.M (2 Juni 1961 – 16 Mei 2021)[1] adalah seorang birokrat dan politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Bupati Bekasi sejak 14 Mei 2007 hingga 14 Mei 2012 dan mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia daerah pemilihan Jawa Barat VII Fraksi Partai Keadilan Sejahtera sejak 1 Oktober 2014 hingga pengunduran dirinya pada tanggal 1 Oktober 2016. Sa'duddin mundur dari anggota DPR RI disebabkan mencalonkan diri sebagai calon Bupati Bekasi pada pemilihan umum Bupati Bekasi 2017 bersama Ahmad Dhani, akan tetapi ia dikalahkan oleh pasangan calon Neneng Hassanah Yasin dan Eka Supria Atmaja. Pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2019, ia kembali mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dengan daerah pemilihan yang sama, namun ia terkalahkan. Kehidupan pribadiSa'duddin lahir pada 2 Juni 1961 di Bekasi, Jawa Barat dan dibesarkan dari keluarga sederhana yang taat dalam beragama. Ia adalah anak kelima dari pasangan bapak Ustaz H. Marzuki Saat dan ibu Hj. Aisyah. Sa'duddin merupakan salah satu santri di Pondok Pesantren At-Takwa di bawah binaan KH. Noer Alie. Kedisiplinan Noer Alie telah menjadikannya sebagai sosok yang sangat taat dan disiplin dalam beribadah. Selain itu, ia juga memperdalam ilmu agama di Madrasah Aliyah Yayasan Perguruan Islam el-Nur el-Kasysyaf (YAPINK) di bawah tempaan KH. Dawam dan memperdalam ilmu Tasyawuf dengan KH. Mahfud. Berbekal pendidikan madrasah aliyah di YAPINK, ia sempat mengabdikan diri sebagai guru di Madrasah Diniyah yang berlokasi di kampung halamannya. Setelah satu tahun mengabdi sebagai guru madrasah, ayahnya mengirimnya ke sebuah pondok pesantren di Kota Serang, Banten guna meperdalam Ilmu Al-Quran dan Kitab-Kitab Kuning pada KH. As’ari dan KH. Mukit. Di wilayah Banten inilah, tepatnya Desa Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten, Sa’duddin bertemu wanita yang akan menjadi pasangannya bernama Cucu Sugiarti. Meneruskan kuliah diiringi dengan bekerja merupakan suatu kondisi yang sangat berat untuk dihadapinya. Kondisi inilah yang membuatnya memutuskan untuk berkeluarga. Saat menjalani kuliah semester kedua, dengan penuh keyakinan dan semangat tinggi melakukan perubahan kondisi perekonomian keluarga kecilnya, ia berusaha membanting tulang dengan beragam usaha yang dilakoninya seperti mengajar, berdagang koran di kampung-kampung dengan sistem konsinyasi, dan berjualan buku atau majalah di sekolah-sekolah. Setelah menamatkan Program D3 (BA), ia mengikuti Program Strata Satu (S1) di IAIN Serang, Banten hingga menyelesaikan program S1 pada tahun 1990, dan Sa'duddin pun akhirnya memenuhi permintaan orang tua untuk pulang ke Bekasi guna mengamalkan ilmu yang telah dirinya peroleh dengan menjadi guru madrasah di kampung halamannya. Ia menempuh Program Pasca Sarjana (S-2) di STIE-IPWI Jakarta dan lulus pada 1999. Berbekal semangat, kesungguhan, dan keseriusan terhadap pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Bekasi, maka ketika menjabat sebagai Bupati Bekasi, tepatnya pada 22 Oktober 2009 ia meraih gelar Doktor bidang Ilmu Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Melalui desertasinya yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Kerja Tim dan Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Aparat Pejabat Eselon II di Pemerintahan Daerah Kabupaten Bekasi”. Sa'duddin meninggal dunia pada 16 Mei 2021 dini hari di Rumah Sakit Hermina, Kota Depok setelah menderita penyakit paru-paru.[2] Visi dan SurveiTiga pilar dalam pembangunan Bekasi, menurutnya, adalah pembangunan SDM yang berkualitas dan agamis, pembangunan agro-bisnis, dan pembangunan industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Diungkapkan, kunci pembangunan sumber daya manusia berkualitas adalah melalui pendidikan. Ia menyatakan keinginan untuk memperjuangkan peningkatan anggaran pendidikan dalam APBD Bekasi. Baginya, daerah harus tetap mempertahankan sektor pertanian karena pontensi di sektor itu sangat besar. Karena, kabupaten Bekasi masih dikenal sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Barat. Di sektor industri, ia mengakui tak boleh diabaikan. Oleh karena itu, pembangunan di sektor industri diarahkan sebagai industri yang berkelanjutan dan ramah lingkunan. Pengumuman LSI secara cepat memperlihatkan, bersama pasangan wakil bupati, ia berada diperingkat pertama dengan 24,49 persen. Metode perhitungan cepat (quick count) LSI mengambil sampel 54.249 pemilih di 200 tempat pemungutan suara. KarierSebelum terjun ke dunia politik, Sa'duddin merupakan guru di Bekasi, Jawa Barat. Pernah menjabat sebagai kepala sekolah di SDIT Thoriq bin Ziyad (1990–1999) dan dosen di STMIK Bani Saleh Bekasi (1990–2003). Sedangkan pada bidang organisasi, ia menjabat Ketua Dewan Dakwah Partai Keadilan Sejahtera Provinsi Jawa Barat. Pada pemilihan umum legislatif Indonesia 1999, ia mencalonkan diri dan berhasil terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi Fraksi Partai Keadilan Sejahtera periode 1999–2004. Di periode selanjutnya, ia kembali terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Bekasi periode 2004–2009. Selain itu, ia juga terpilih sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bekasi pada 4 Oktober 2004 dengan perolehan 23 suara dari 44 anggota yang hadir mengalahkan calon lain, yaitu Damanhuri Hussein dari Fraksi Partai Golongan Karya dan Nurhadi dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Sa'duddin dilantik sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bekasi pada 20 Oktober 2004.[3] Pada pemilihan umum Bupati Bekasi 2007, Sa'duddin bersama Darip Mulyana diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera untuk menjadi calon Bupati dan Wakil Bupati Bekasi periode 2007–2012, serta mendapatkan nomor urut empat. Ia berhasil terpilih dan dilantik pada 14 Mei 2007 hingga masa jabatannya berakhir pada 14 Mei 2012. Selama masa jabatannya, ia mengawasi penghapusan biaya sekolah untuk siswa di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama negeri. Untuk melanjutkan masa jabatannya di periode kedua, Sa'duddin kembali mencalonkan diri pada pemilihan umum Bupati Bekasi 2012 bersama dengan Jamalullail Yunus sebagai pasangannya. Namun ketika pemilihan berlangsung, pasangan calon Sa'duddin-Jamalullail dan Neneng-Rohim sama-sama mengklaim bahwa kemenangan ada di pihak mereka.[4] Pada akhirnya, Sa'duddin dan Jamalullail harus menerima kekalahan atas pasangan calon Neneng Hassanah Yasin dan Rohim Mintareja. Akan tetapi, Sa'duddin menuding calon pemenang melakukan praktik politik uang dan menggugat hasil pemilihan umum, namun Mahkamah Konstitusi mendukung kemenangan Neneng.[5] Atas kekalahannya pada 2012, Sa'duddin maju dalam pemilihan umum legislatif Indonesia 2014 sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk daerah pemilihan Jawa Barat VII meliputi Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta.[6] Ia memperoleh suara mayoritas 50.935 suara dan berhasil melenggang ke parlemen untuk Fraksi Partai Keadilan Sejahtera. Kemudian, ia menjadi anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia bidang dalam negeri, sekretariat negara, dan pemilihan umum. Pada April 2016 dirinya dipindahkan ke Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia bidang pertanian, perikanan, dan pangan. Ia mengundurkan diri dari parlemen pada 1 Oktober 2016 bertujuan untuk mencalonkan diri kembali untuk posisi Bupati Bekasi. Kedudukan di parlemen yang telah ditinggalkan olehnya digantikan oleh sesama koleganya di PKS Mardani Ali Sera.[7] Pada pemilihan umum Bupati Bekasi 2017 dengan penuh kepercayaan ia kembali maju bersama dengan Ahmad Dhani sebagai pasangannya. Pasangan calon ini mendaftarkan pencalonannya di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bekasi pada 23 September 2016.[8] Akibat pasangan ini mendaftar, Kabupaten Bekasi dijebak kemacetan sepanjang 6 km. Setelah pemilihan berlangsung, Sa'duddin dan Ahmad Dhani berada di urutan kedua dengan memperoleh 309.205 suara, serta kembali dikalahkan oleh Neneng.[9] Kekalahannya di Kabupaten Bekasi pada 2017 tidak membuatnya putus asa. Sa'duddin mencalonkan diri pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2019 untuk daerah pemilihan Jawa Barat VII dengan mendapatkan nomor urut dua di kertas suara setelah Ahmad Syaikhu. Namun, ia terkalahkan. Sejarah elektoral
Referensi
Pranala luar
|