Rohana Muthalib (29 April 1900 – 07 April 1983) adalah seorang ahli kecantikan wanita yang menjabat sebagai Wali Kota Pontianak dari tahun 1952 hingga 1956.
Sebelum diangkat sebagai Wali Kota Pontianak, ia bekerja sebagai ahli kecantikan. Ia lulus dengan gelar tata rias dari Cor van der Leeuw Institute.[1] Dirinya menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi ahli kosmetik setelah lulus.[2]
Riwayat Hidup
Wali Kota Ponitanak
Ia diangkat menjadi Wali Kota Pontianak oleh Menteri Dalam Negeri Mohammad Roem pada 1952 dan menjabat selama empat tahun sampai 1956.[3] Ia menjadi wali kota wanita yang ditunjuk selama masa Roem setelah Wali Kota Manado Augustine Magdalena Waworuntu.[4] Dirinya merupakan wali kota perempuan pertama yang menjabat sebagai Wali Kota Pontianak.[5]
Selama memimpin Pontianak, Rohana dipuji Roem karena memperbaiki masalah ringan tetapi signifikan di kota seperti masalah sampah dan lubang.[4] Ia dikabarkan dalam suatu kesempatan menghabiskan uang Rp 250.000 untuk perpanjangan delapan jalan utama dalam kota, perbaikan jembatan, hingga perbaikan trotoar.[6]
Selama masa jabatannya, ia menghadapi protes dari serikat pekerja yang berafiliasi dengan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia.[4] Serikat buruh menuntut kenaikan gaji. Namun — seperti yang dijelaskan Roem — ia menangani para pengunjuk rasa seperti "anak-anaknya sendiri" dan berhasil memenuhi permintaan tersebut.[7]
Pada 1954, ia mengadakan pameran pers pertama di kota itu. Pameran yang diselenggarakan oleh koran Pembangunan ini menampilkan ribuan terbitan harian dan majalah.[8]
Ia memulai program untuk menyediakan air bersih bagi kota tersebut pada akhir tahun 1955 hingga 1956, yaitu merujuk pula pada akhir masa jabatannya itu.[9]
Kehidupan pribadi
Rohana merupakan anak dari Datuk Mangkuto Sati dan Siti Sawiyah asal Minangkabau. Sang ayah pernah menjadi asisten demang Onderdistrik Baso.[10]
Ia menikah dengan Ir. Abdul Muthalib. Pernikahan tersebut menghasilkan lima (5) orang anak yang bernama Iwan, Win, Nani Razak, Achy, dan Basje.[1]
Akhir kehidupan
Setelah pengunduran dirinya dari jabatan wali kota, ia menyatakan bahwa lebih mudah duduk di salon kecantikan daripada duduk sebagai walikota.[7]
Sejak 1978, ia menjalani beberapa kali perawatan di rumah sakit karena komplikasi.[9] Ia wafat pada tanggal 7 April 1983 pukul 23.00 WIB di Jakarta. Dirinya dimakamkan di sebuah pemakaman di Bogor yang bernama Taman Pemakaman Umum (TPU) Blender.[1]
Penghormatan
Aula utama di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pontianak dinamakan sebagai "Muthalib," yang juga turut terinspirasi dari nama belakangnya atau nama keluarga suaminya.[5]
Referensi