Baso, Agam

Baso
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Barat
KabupatenAgam
Pemerintahan
 • CamatImran Pangaduan, S.Sos
Populasi
 • Total37,838 jiwa
Kode pos
26192
Kode Kemendagri13.06.08 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS1307080 Edit nilai pada Wikidata
Luas70,3 km²
Kepadatan540 jiwa/km²
Nagari/kelurahan8
Peta
PetaKoordinat: 0°17′0.48804″S 100°28′38.96659″E / 0.2834689000°S 100.4774907194°E / -0.2834689000; 100.4774907194

Baso adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Indonesia. Kecamatan ini menghubungi dua kota yaitu sekitar 10 km dari Kota Bukittinggi dan 15 km dari Kota Payakumbuh.

Pada kecamatan ini terdapat 8 nagari, yaitu:

  1. Nagari Koto Baru
  2. Nagari Koto Gadang
  3. Nagari Koto Tinggi
  4. Nagari Padang Tarok
  5. Nagari Salo
  6. Nagari Simarasok
  7. Nagari Sungai Cubadak
  8. Nagari Tabek Panjang[1]

Sejarah

Nama Baso diambil dari salah satu nama jorong di Kecamatan Baso yaitu jorong Baso.

Geografi

Kecamatan Baso berada di kaki Gunung Marapi dengan daerah yang berombak dan berbukit sampai dengan lereng yang sangat terjal. Kecamatan Baso berada pada ketinggian antara 725 hingga 1525 m di atas permukaan laut.

Tempratur udara di Kecamatan Baso adalah antara 20 °C hingga 28 °C. Kelembaban udara 88%, kecepatan angin antara 4 hingga 20 km/jam dan penyinaran matahari rata-rata 58%. Curah hujan daerah Kecamatan Baso adalah antara 3500 hingga 4000 mm/tahun tanpa bulan kering.

Kecamatan Baso dilalui oleh 3 batang air yaitu Batang Agam, Batang Jabua dan batang Laia. Kecamatan Baso yang berjarak 80 km dari ibu kota Kabupaten Agam itu memiliki batas wilayah administrasi pemerintahan sebagai berikut:

Utara Kecamatan Kamang Magek dan Kabupaten Lima Puluh Kota
Selatan Kecamatan Canduang
Barat Kecamatan Tilatang Kamang dan Kecamatan Ampek Angkek
Timur Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota

Kependudukan

Etnis

Penduduk Kecamatan Baso sebagian besar berasal dari etnis Minangkabau.

Agama

Penduduk Kecamatan Baso adalah pemeluk agama islam yang memiliki 114 sarana ibadah yang terdiri dari 26 masjid, 28 mushalla dan 60 langgar.

Pemerintahan

Masa Kolonial dan Awal Kemerdekaan

Pada masa kolonial Belanda Onderdistrick Baso merupakan bagian dari Districk Tilatang Kamang Ampek Angkek Canduang di mana Districk ini terdiri atas Onderdistrick Tilatang Kamang, Onderdistrick Ampek Angkek Canduang dan Onderdistrick Baso yang diperintah oleh seorang Demang yang berkedudukan di Biaro.

Pada zaman penjajahan Jepang, sekitar tahun 1943 bentuk Pemerintahan Ampek Angkek Canduang mengalamai perubahan dan diganti menjadi dua bagian, di mana Nagari Panampuang, Lambah, Balai Gurah, Lasi dan Bukik Batabuah serta Canduang Koto Laweh bergabung dengan 5 nagari di Wilayah Baso yaitu Bungo Koto Tuo, Koto Tinggi, Padang Tarok, Simarasok dan Tabek Panjang yang diperintah oleh Demang Muda yang berkedudukan di Baso. Sedangkan nagari-nagari lainnya di Pemerintahan Ampek Angkek Canduang bergabung dengan Daerah Kota Bukittinggi yang diberi nama Bukittinggi Shi III.

Pada bulan November 1947 Nagari Biaro Gadang, Ampang Gadang dan Batu Taba dipisahkan dari Kota Bukittinggi, kemudian bergabung dengan Kabupaten Agam yang menjadi bagian Pemerintahan Wilayah Baso.

Pada Agresi Militer II dimulai bulan Februari 1949, Pemerintahan Wilayah Baso dipimpin oleh Camat Militer Baso yang berkedudukan di Baso meliputi 5 Nagari di Wilayah Baso ditambah Nagari di sebelah Utara rel Kereta Api Pemerintahan Wilayah Ampek Angkek Canduang.

Selanjutnya dengan Ketetapan Bupati/Ketua Dewan Pemerintah Daerah Sementara Kabupaten Agam melalui Surat Keputusan Nomor 038/2-2/1950 tanggal 22 Juni 1950, Nagari di sebelah Utara rel Kereta Api Pemerintahan Wilayah Ampek Angkek Canduang diserahkan kepada Pemerintahan Ampek Angkek Canduang dan 5 Nagari di Pemerintahan Wilayah Baso yang Pemerintahannya dipimpinan oleh seorang Assisten Wedana yang berkedudukan di Baso.

Setelah Kemerdekaan

Semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 05 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, maka pada tahun 1975 istilah Assisten Wedana diganti dengan Camat selaku Kepala Wilayah. Kantor Camat baso sendiri berada di Ampuah, yang secara administratif merupakan bagian dari Jorong Baso.

Pembagian Adminisratif

Sebelum tahun 1979, Kecamatan Baso mempunyai 7 Nagari yaitu Bungo Koto Tuo, Koto Tinggi, Koto Gadang, Sungai Cubadak Padang Tarok, Simarasok dan Tabek Panjang.

Setelah diberlakukannya Undang Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa, sistem nagari dihilangkan. Jorong yang mempunyai penduduk lebih dari 1000 jiwa diganti statusnya menjadi desa. Sedangkan jorong yang mempunyai penduduk kurang dari 1000 jiwa maka disatukan dengan jorong lain hingga di Kecamatan Baso mempunyai 17 Desa yang dipimpin olek Kepala Desa.

Pada masa otonomi daerah berlaku, pemerintahan nagari kembali digunakan. Hingga kecamatan Baso kembali mempunyai 5 nagari dan 23 jorong. Pada awal otonomi daerah tersebut nagari Bungo Koto Tuo dimekarkan menjadi 2 nagari yaitu nagari Koto Baru dan nagari Salo sehingga kecamatan Baso kini mempunyai 6 nagari dan 27 jorong.

Pada tahun 2017, Bupati Agam mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2017 yang membentuk nagari persiapan, yakni Nagari Koto Gadang di wilayah Kecamatan Baso. Nagari Koto Gadang merupakan pemekaran dari wilayah Nagari Koto Tinggi.[2]

Kesehatan

Pelayanan kesehatan di kecamatan Baso telah memadai, yang mana di kecamatan Baso telah terdapat 2 puskesmas, 8 puskesmas pembantu, 3 puskesmas keliling dan 64 posyandu.

Pendidikan

Kecamatan Baso dulunya merupakan salah satu wilayah pendidikan di Sumatera Barat di mana diawal tahun 1960 salah satu kampus Universitas Andalas dibangun di Ampuah. Namun sayang, kampus tersebut porakporanda saat periode PRRI. Sisa bangunan kampus Unand tersebut sekarang adalah bangunan dari SMP Negeri 1 Baso dan SMA Negeri 1 Baso. Sarana pendidikan di Kecamatan Baso telah tersedia pada tingkat pendidikan TK/sederajat hingga Perguruan Tinggi.

Salah satu kampus IPDN terdapat di kecamatan ini, tepatnya di Nagari Sungai Cubadak dan Nagari Koto Tinggi.

Pendidikan formal TK atau RA negeri dan swasta SD atau MI negeri dan swasta SMP atau MTs negeri dan swasta SMA atauMA negeri dan swasta SMK negeri dan swasta Perguruan tinggi
Jumlah satuan 20 28 6 2 1 1
Data sekolah di Kecamatan Baso
Sumber: Profil Kecamatan Baso

Perhubungan

Kecamatan Baso memiliki 121,7 km jalan terdiri dari 9,7 jalan negara, 7 km jalan provinsi dan 55 km adalah jalan kabupaten. Sisanya adalah jalan desa.

Selain itu, kecamatan baso mempunyai transportasi angkutan umum yang sangat memadai. Ada beberapa rute yang dilalui oleh beberapa angkutan umum di Kecamatan Baso. Yang mana rute tersebut menghubungkan beberapa lokasi maupun tempat wisata di Kecamatan Baso dengan Kota Bukittinggi ataupun Pasar Baso yang menjadi sentral ekonomi masyarakat Kecamatan Baso.

No Nama PO Alamat PO Rute
1 Trayek 01.01 Sungai Janiah Sungai Janiah - Bukittinggi
2 Trayek 01.02 Simarasok Simarasok - Bukittinggi
3 Trayek 01.03 Sungai Angek Sungai Angek - Bukittinggi
4 Trayek 01.04 Salo Salo - Bukittinggi
5 Trayek 01.05 Padang Tarok Titih - Bukittinggi
6 Trayek 01.06 Ujuang Guguak Ujuang guguak - Bukittinggi
7 Trayek 01.07 Pincuran Puti Labuang Baru - Bukittinggi
8 Trayek 01.08 Simpang Koto Baru Koto Baru - Bukittinggi
9 Trayek 01.09 Pincuran Puti Tampuak Cubadak - Bukittinggi

Pariwisata

Di kecamatan Baso terdapat beberapa tempat wisata seperti Ngalau Baso, Ngalau Simarasok dan yang terkenal adalah Ikan Sakti Sungai Janiah.

Perekonomian

Kecamatan Baso memiliki pasar serikat yang didirikan pada masa Kolonial Belanda yang bernama Pasa Baso yang beroperasi setiap hari Senin, Kamis dan Sabtu. Pasar ini merupakan pasar terbesar di Kabupaten Agam. Selain Pasa Baso terdapat pula pasar serikat di Nagari Padang Tarok, kemudian pasar nagari di Nagari Koto Baru dan di Nagari Koto Gadang.

Prestasi

Kecamatan Baso telah memiliki banyak prestasi di tingkat Provinsi Sumatera Barat maupun tingkat Nasional. Salah satunya, Nagari Tabek Panjang yang meraih 8 besar tingkat Nasional perlombaan Desa oleh Menteri Dalam Negeri tahun 2007 dan Nagari Simarasok yang juga meraih peringkat pertama Lomba Desa se Indonesia oleh Menteri Dalam Negeri tahun 2011.

Referensi

Pranala luar