R. Mohammad Zuhdan
Drs. R. Moh. Zuhdan (3 September 1931 – 24 Juni 1986) adalah seorang pejuang, pendidik, guru, ulama, dan politisi Sumatera Barat yang ditempa dan dibesarkan di lingkungan Muhammadiyah Kauman Yogyakarta dan Kauman Padang Panjang, Sumatera Barat. Nama lengkapnya adalah Raden Mohammad Zuhdan yang disingkat menjadi R. Moh. Zuhdan. R. Moh. Zuhdan mempersunting gadis minang bernama Anidar Kusaini dari Nagari Pandai Sikek, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, menjadi urang sumando Pandai Sikek dan diberi gelar adat St. Mudo. R. Moh. Zuhdan St. Mudo berdakwah dan berjuang memajukan pendidikan di Sumatera Barat melalui profesinya sebagai guru, seniman, ulama, dan pegiat organisasi sosial Muhammadiyah. Di Nagari Pandai Sikek dia merintis membesarkan Muhammadiyah melalui pendirian lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), yaitu mendirikan Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (TKABA), menjadi ulama, seniman, dan guru. Drs. R. Moh. Zuhdan menjabat sebagai ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pandai Sikek (1968-1975), Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan X Koto (1975-1979), Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Padang Panjang, Batipuh, X Koto (1979-1982), dan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Padang Panjang, Batipuh, dan X Koto (1982-1986). Di dunia Pendidikan, Drs. R. Moh. Zuhdan terakhir menjabat sebagai Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Gunung Padang Panjang, Sumatera Barat. Riwayat HidupR. Moh. Zuhdan adalah anak keenam dari tujuh bersaudara, anak dari Atmopertomo (ayah) dan Rr. Sukinah (Raden Nganten Atmopertomo) (ibu) yang memiliki garis keturunan ke 6 dari Sri Sultan Hamengku Buwono II. Masa remaja dialaminya di Kauman, Yogyakarta, tempat lahirnya Muhammadiyah. Pada usia remaja saat masa agresi militer tahun 1949, Zuhdan ikut bertempur melawan tentara kolonial Belanda, dan mendapat “Surat Tanda Djasa” dari Comdi Pertempuran R.K. Kauman yang dikeluarkan pada 17 Agustus 1950. Karir AkademikR. Moh. Zuhdan diangkat menjadi guru PGAN Pekalongan pada tahun 1954 dan kemudian pindah tugas menjadi guru PGAN Yogyakarta tahun 1962. Setelah menyelesaikan Pendidikan Sarjana (Drs) di IKIP Yogyakarta pada tahun 1968, Drs. R. Moh. Zuhdan mengabdikan dirinya di kampung halaman istrinya, Anidar Kusaini, di Pandai Sikek, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat. Dari kampung kecil di lereng gunung Singgalang inilah Drs. Moh. Zuhdan berjuang menjadi pendidik, guru, ulama, dan politisi melalui profesi guru dan seni. Beliau mendirikan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (Taman Kanak-Kanak Bustanul Athfal Pandai Sikek), lembaga pendidikan setingkat taman kanak-kanak pertama yang ada di desa, dan beliau juga adalah salah seorang pendiri perguruan tinggi Muhammadiyah di Kota Padang Panjang, yaitu Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah di Kauman, Padang Panjang (1983), yang kemudian berubah menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB), dan memimpin Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Gunung Padang Panjang disamping tugasnya sebagai pendidik, ulama, dan aktifis organisasi Muhammadiyah. Kehidupan PribadiDelapan anak Drs. R. Moh. Zuhdan telah berhasil menapaki kariernya di berbagai bidang antara lain:
Pada tahun 2019, sebuah buku biografi tentang Drs. R. Moh. Zuhdan yang ditulis oleh wartawan senior Sumatera Barat, Anwar Thahar, telah diterbitkan oleh Universitas Hamka (UHAMKA Press) Jakarta dengan judul Drs. R. Moh Zuhdan: Berjuang di Tanah Seberang yang prolognya ditulis oleh Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Maarif, tokoh nasional dan tokoh Muhammadiyah yang bermukim di Yogyakarta yang berasal dari ranah minang.[1] Riwayat Pendidikan
Riwayat Pekerjaan dan Jabatan
Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Buku
Karya Seni
Catatan Kaki
|